Komunitas Inspirasi HAMUR selanjutnya disebut HAMUR adalah komunitas yang mewadahi survivor broken home   (sebutan bagi anak – anak dari ke...

HAMUR at Glance

/
0 Comments
Komunitas Inspirasi HAMUR selanjutnya disebut HAMUR adalah komunitas yang mewadahi survivor broken home (sebutan bagi anak – anak dari keluarga bercerai) dengan sasaran remaja dewasa. Anggota kami saat ini (Maret 2018) berjumlah 120 orang yang tersebar di seluruh Indonesia. Kegiatan kami terdesain dalam 2 agenda yaitu kegiatan formal (training dan kelas inspirasi) dan kegiatan non formal (anjangsana, kunjungan, dan lainnya).


Training HAMUR terdiri atas : Leadership, Public Speaking, dan Writing.
Kelas Inspirasi HAMUR terdiri atas : Inspirasi Berprestasi, Inspirasi Parenting, dan Inspirasi Wirausaha. 

Semua kegiatan di atas dilakukan secara berkala setiap satu sampai dua minggu sekali dengan mendatangkan pembicara dan trainer yang berkompeten. Sejauh ini kegiatan yang bersifat tatap muka dilangsungkan di Jogja sebagai Kota Kelahiran HAMUR. Untuk anggota keluarga HAMUR yang berada di luar Jogja diberikan fasilitas berupa kelas - kelas inspirasi dan duskusi yang kami langsungkan secara online.

HAMUR diinisiasi oleh Dian Yuanita Wulandari (founder) bersama dua sahabatnya Nofendianto Rahmaan (co-founder) dan Abdul Jalil (co-founder) pada Februari 2015. Latar belakang HAMUR didirikan yaitu semakin maraknya tren perceraian orangtua yang kemudian menyisakan beberapa hal pada anak. Bagi anak – anak yang mampu menerima keadaan dengan baik maka akan mampu survive bahkan melesat dengan sangat cemerlang. Sedangkan beberapa anak – anak yang lain mungkin masih dalam taraf salah pergaulan sehingga masih banyak masyarakat yang melabeli anak – anak dari keluarga bercerai memiliki masa depan yang suram.

Visi misi kami adalah mewadahi para survivor broken home  dengan kegiatan positif untuk nantinya menjadi sosok yang semakin inspiratif dan kontributif. Sangat banyak, survivor yang rendah diri dengan takdir keluarganya yang bercerai. Mengecam hidupnya sendiri, seolah dialah yang hanya punya masalah sehingga tidak bergairah dalam menjalani kehidupan.

Berasal dari keluarga bercerai adalah suatu anugerah. Sungguh, anugerah.
Namun, bukan berarti justru kami pro terhadap perceraian. Bukan.

Dengan menghadapi masalah keluarga yang lebih pelik dari orang lain, kami terbiasa untuk berkali – kali lipat lebih kuat, berkali – kali lipat lebih tangguh, berkali – kali lipat lebih sabar. Derasnya air mata yang mungkin saja selalu mengiringi perjalanan hidup para survivor boleh saja terjadi. Tapi itulah yang kemudian membentuk mentalnya menjadi pejuang hidup yang ulung.

Selama dua tahun berjalan sudah banyak yang kami jalankan. Sengaja tidak mengekspos ke media lebih exposure karena kami ingin fokus pada peningkatan kapasitas internal. Selanjutnya jadilah blog ini sebagai saksi dan pengekal cerita perjalanan kami. Tentu kami berharap blog ini mampu menjadi sumber inspirasi bagi para pembaca.

Di HAMUR, kami tidak hanya melakukan kegiatan training dan kelas inspirasi yang sudah terjadwal. Kami juga mengikuti beberapa lomba, mengaplikasikan ilmu dari training dan kelas inspirasi, menjadi subyek penelitian, melakukan kolaborasi dengan berbagai komunitas, dan masih banyak lagi. Kami bukanlah komunitas yang melankolis meski kami seluruhnya dari keluarga bercerai.


Mengutip pernyataan seorang survivor broken home, Marthella Roidatua Sirait, Why we should be broken twice?” Untukmu yang senasib dengan kami, berbesar hati dan berbanggalah karena Tuhan memilihmu untuk menjadi yang lebih kuat dari lainnya 💗

HAMUR,
karena keluarga begitu berharga.

Nofendianto Rahmaan (co-founder)
Dian Yuanita Wulandari (founder)


Abdul Jalil (co-founder)





You may also like

Tidak ada komentar:

Total Tayangan Halaman

Pencarian

Diberdayakan oleh Blogger.

Translate

Most Trending

Popular Posts