Menjadi hari yang luar biasa dalam sebuah peradaban. Senin, 21 September 2015 telah diresmikan sebuah komunitas inspirasi, lain daripada ya...

Broken Home dan Implikasinya pada Masa Depan Anak – anak : Sebuah Renungan

/
0 Comments
Menjadi hari yang luar biasa dalam sebuah peradaban. Senin, 21 September 2015 telah diresmikan sebuah komunitas inspirasi, lain daripada yang lain, komunitas untuk mahasiswa mahasiswi korban dan survivor broken home. Komunitas pertama di Indonesia untuk korban dan survivor broken home yang berbasiskan training pengembangan diri. Komunitas yang lahir atas dasar kepedulian sesama.

Di hari itu pula, diselenggarakan talkshow sederhana yang menyingkap permasalahan broken home dan implikasinya masa depan anak – anak. Hadir tiga orang pembicara dengan latar belakang berbeda yaitu Dr. Budi Andayani, MA (psikolog), Dwi Novia Rahma, S.psi (LSM) dan Dian Yuanita Wulandari (mahasiswa, survivor broken home). Dalam talkshow tersebut masing – masing pembicara memaparkan perspektifnya mengenai permasalahan broken home.

Dr. Budi Andayani dalam pemaparannya mengungkapkan bahwa keluarga dapat dibagi menjadi 2 yaitu keluarga yang utuh dan keluarga yang tidak utuh. Keluarga utuh adalah keluarga yang lengkap (ayah, ibu, anak) dan memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan baik fisik, ekonomi, psikologis, dan sosial. Sedangkan keluarga tidak utuh sebaliknya. Keluarga yang tidak utuh dapat dipicu oleh beberapa hal diantaranya :

- Kurang komitmen antar anggota keluarga utamanya ayah dan ibu. Contoh : perselingkuhan. Ayah tergoda janda kembang atau ibu jatuh hati pada brondong manis.
- Kurang kepedulian. Contoh : seorang fulan, lelaki berusia 30 tahun sudah didesak keluarganya untuk menikah karena dianggap tidak laku – laku. Walhasil dia menikah, namun sebenarnya belum ada kesiapan untuk menikah. Bahasa cerdasnya adalah gur mung pengen nikah tok! :3
- Kurang kebersamaan. Contoh : di era serba gadget ini memisahkan jarak antar anggota keluarga. Mungkin mereka duduk bersama dalam restoran mewah menikmati makan malam, namun masing- masing tenggelam dalam lautan keasyikan dengan gadget masing – masing. Mereka mungkin bersama, namun tidak ada kehangatan dalam kebersamaan itu. Wkwkwk

Hal – hal di atas jelas akan menjadi masalah besar jika masing – masing dari anggota keluarga tidak saling sadar. Dampaknya adalah kemungkinan perseteruan yang terjadi karena ada ketidakpuasan atau ketidakbahagiaan, kekekerasan dalam rumah tangga, dan masih banyak lagi. Bagi anak – anak, hal tersebut tentu menjadi problema besar untuk dirinya. Dan hal ini SERINGKALI tidak disadari oleh para orangtua.

Anak – anak pada taraf anak kecil sampai anak pra remaja masih sangat membutuhkan pengarahan, perhatian, kasih sayang, dan kebutuhan batiniah lainnya, disamping kebutuhan jasmaniah. Dampaknya, jika pemicu ketidakutuhan tersebut terus berlanjut (broken home), ketika anak – anak memasuki taraf remaja, mereka kehilangan tujuan hidup, kurang atau tidak beretika, tidak dapat membangun hubungan yang dekat dengan lawan jenis (mereka melihat ayah dan ibunya sebagai role model membangun hubungan dengan lawan jenis), dan memiliki ketakutan membangun keluarga sendiri.

Hal tersebut juga ditegaskan oleh Dwi Novia Rahma S.Psi atau akrab disapa mbak Novia bahwa anak yang saat itu sebagai korban broken home akan memiliki kepribadian tertentu yang merupakan buah hubungan kedua orangtua yang tidak bagus. Ada dua cara pandang untuk anak – anak yang keluarganya merupakan keluarga yang tidak utuh (broken home) yaitu anak sebagai korban dan anak sebagai survivor.

Anak sebagai korban adalah ketika anak masih dalam masa – masa broken home atau anak dari keluarga yang tidak utuh yang tidak bisa move on atau survive, cenderung memiliki cara pandang pasif. Mungkin saja anak yang menjadi korban broken home ini mengalami depresi berat hingga masuk ke dunia gemerlap untuk mencari kebahagiaannya sendiri, contohnya. Selanjutnya anak sebagai survivor adalah anak yang sudah mampu melewati masa – masa broken home, mampu move on, mampu survive.

Mbak Novia mengungkapkan jumlah kasus broken home di Yogyakarta yang ditangani oleh LSM Rifka Annisa, LSM tempat beliau bekerja, berkisar 300 – 400 kasus setiap tahunnya. Saya sendiri membayangkan, jika beratus – ratus kasus broken home yang ditangani maka berapa ribu anak yang ‘terlantar’ kasih sayangnya? Berapa anak yang menjadi korban? Berapa anak yang mampu survive? Berapa anak yang mungkin masuk ke dunia kelam?

Oh ya, perlu untuk diketahui bahwa broken home tidak hanya sebutan yang berlaku jika ayah dan ibu bercerai saja. Melainkan jika sudah ada salah satu kebutuhan baik fisik, psikologis, sosial atau ekonomi sudah tidak terpenuhi dan memicu munculnya ketidakharmonisan, itu juga dapat dikatakan sebagai broken home. Jelas bahwa hal tersebut sangat mempengaruhi perkembangan anak – anak utamanya dalam meraih masa depannya.

Saya, Dian Yuanita, pada saat memaparkan perspektif broken home dari sudut pandang anak yang dulunya menjadi korban menegaskan bahwa keluarga adalah benteng bagi anak – anaknya. Maka jika benteng tersebut runtuh, jelas bahwa anak – anak akan sangat mudah goyah. Dari broken home akan melahirkan anak – anak yang mungkin saja melakukan tindakan kriminal, mungkin saja menggunakan narkotika, mungkin saja menjadi LGBT dan sebagainya. Saya sendiri punya banyak teman yang juga merupakan korban dari broken home yang mencari kebahagiaan diri dengan jalan seperti itu. Dan saya berteman sangat baik dengan mereka. Namun saya juga memiliki batasan untuk tidak terhanyut dalam hal negatif tersebut.

Judgement masyarakat bahwa anak – anak broken home adalah anak brandalan, anak bandel, anak tidak aturan akan semakin menuntun mereka ke dalam dunia yang lebih kelam lagi kejam. Kepedulian adalah salah satu hal pokok yang mereka butuhkan.

Pun demikian, banyak korban broken home yang telah menjadi survivor. Mereka menjadi sumber inspirasi untuk banyak orang. Sedangkan banyak orang tersebut tidak mengetahui bahwa mereka bukan berasal dari keluarga yang bahagia sejahtera, banyak orang tersebut tidak mengetahui bagaimana para korban broken home jumpalitan menjalani hidupnya, bagaimana para korban memperjuangkan hidupnya, menjadi survivor tangguh.

Berdasarkan pengalaman saya pribadi dan pengalaman banyak korban broken home itulah saya bersama dengan ketiga rekan saya (Abdul Jalil dan Nofendianto Rahman) membentuk komunitas inspirasi HAMUR. Komunitas inspirasi untuk korban dan survivor broken home. Akan ada aktivitas seru nan positif. Aktivitas nantinya ada yang diadakan oleh internal kami sendiri, dan ada yang nantinya mendatangkan trainer maupun psikolog. Harapan ke depan mampu menguatkan satu sama lain, sesama korban dan survivor broken home. Mampu mengembangkan diri, menjadi sumber inspirasi. Kami juga ingin menghapus stigma masyarakat bahwa korban broken home memiliki masa - masa kelam.

HAMUR diambil dari kata RUMAH. Coba baca kata RUMAH dari belakang (:dibalik). Akan Anda dapati kata HAMUR disana. Filosofinya adalah apabila rumah (bangunan rumah) dibalik, pondasi di atas, atap di bawah, akan koyak moyak isi apapun yang ada dalam rumah tersebut. Tercerai berai.

Kami mengonsep HAMUR adalah komunitas inspirasi berbasis training. Kami merencanakan kegiatan - kegiatan HAMUR ke depan dilaksanakan sekali setiap minggunya. Kegiatan berupa training dan kelas inspirasi. Untuk training seperti leadership training, public speaking, kepenulisan, persiapan masuk dunia kerja , dan masih banyak lagi. Kemudian untuk kelas inspirasi seperti inspirasi parenting (menyiapkan masa rumah tangga sejak saat ini), inspirasi berprestasi, inspirasi wirausaha, dan masih banyak lagi.

Semoga, komunitas inspirasi ini dapat berkembang baik, dapat menjadi menjadi agen penyelamatan rusaknya generasi muda, dapat melahirkan pemimpin – pemimpin bangsa yang penuh karya dan kerja nyata, dapat menjadi wadah untuk menebarkan inspirasi dan semangat positif di muka bumi.

Yogyakarta, 22 September 2015

CP : 085643998338.

Mbak Novia | Doc. HAMUR



Dr. Budi Andayani | Doc. HAMUR



Peserta | Doc. HAMUR



You may also like

Tidak ada komentar:

Total Tayangan Halaman

Pencarian

Diberdayakan oleh Blogger.

Translate

Most Trending

Popular Posts