Oleh : Ela Sejak usiaku dua tahun ayah pergi meninggalkan Ibu dan aku. Bertahun-tahun ayah tidak pernah memberi kabar. Sejak ...

Memoar Tentang Ayah

/
0 Comments
       Oleh : Ela


Sejak usiaku dua tahun ayah pergi meninggalkan Ibu dan aku. Bertahun-tahun ayah tidak pernah memberi kabar. Sejak kecil tetangga sering bertanya padaku “Ayahmu dimana nduk ? Dikirim uang tidak ? Aku yang masih kecil hanya geleng-geleng kepala. Saat itu aku yang masih belajar calistung , belajar iqro, bermain cim-ciman belum paham masalah yang dihadapi Ibu. Semenjak usiaku 4 tahun dan akan menginjak bangku sekolah Ibu mulai sering bekerja lebih berbulan-bulan. Diusia itu aku mulai sering menangis setiap hari aku melingkari kalender. Aku mulai sadar aku tidak seperti anak-anak yang lain yang setiap sore disuapi ibunya sambil bemain. Hal paling membuat aku bahagia adalah saat Ibu tiba-tiba pulang bekerja dan membawakanku stok susu. Namun saat ibu dirumah seringkali nenek dan ibu bertengkar karena berat badanku. Ibu menganggap nenek tidak bisa merawatku dan nenek menyalahkan Ibu karena menikah dengan laki-laki yang salah.

Sering aku melihat ibu menangis , melihat fotonya yang masih cantik dengan seorang laki-laki dibuku kecil bewarna coklat. Aku mengusap air matanya dan memeluknya seraya bertanya “Ibu kenapa menangis ?” Ibu menjawab ‘Ibu kangen ayahmu sayang”  “Oh ini foto ayah,kok ayah tidak pulang-pulang Bu,ayah dimana bu, kenapa tidak bekerja naik pohon kelapa saja sih seperti ayahnya A dan B?” cita-citaku ingin punya ayah seorang penderas nira. Ibu hanya geleng-geleng kepala dan menjelaskan kalau ayah tidak betah tinggal .Setelah menanyakan itu aku terus bermain dengan teman-teman dan tidak ingat lagi maklum anak kecil. Hal paling menyedihkan saat itu adalah saat nenek mengantarku bermain ditengah teman-teman saat pulang Ibu tidak ada lagi di rumah dan pergi bekerja.Kadang aku menangis sampai malam dan tak bisa tidur nyenyak . Susu yang dibuatkan nenek rasanya beda dan aku tidak mau meminumnya. 

Tanggal demi tanggal aku lingkari. Hal itu berlanjut hingga aku duduk di sekolah dasar. Setiap pagi nenek bingung tidak bisa mengepang rambutku disitu aku mulai merasa berbeda dengan teman-teman. Terlebih saat penerimaan rapor kadang aku harus mengambil sendiri. Pernah aku mengajak bermain kerumah teman, ibunya mengusirku karena temanku sedang belajar dengan ayahnya. Saat itu aku pulang dan menangis dikamar aku merasa dunia ini tak adil padaku. Aku mulai takut untuk bermain diluar. Saat kecil aku sangat bandel dan suka menggigit atau mencubit kecil guru ngaji sehingga mereka kesal sampai membuatku menangis dan tidak mau mengaji lagi. Akhirnya nenekku takut jika aku tidak bisa mengaji, setelah lulus sekolah dasar mereka mengirimku ke pesantren. Aku marah pada Ibu karena tidak menyekolahkanku di smp impianku. Aku menangis tidak betah di pesantren setiap minggu aku mengirim surat ke rumah. Suatu hari di pesantren ada yang memanggilku “Mbak ayahnya kesini tuh nungguin di depan “. Aku berlari namun ternyata bukan  Nela aku di asrama ada yang namanya sama dan kulihat Nela yang lain yang sedang dipeluk ayahnya.

Aku merasa aku harus mencari informasi tentang ayahku, aku harus tahu seperti apa wajahnya.Sesekali saat aku pulang aku bertanya pada ibu nama dan asal ayahku. Ibu mejelaskan bahwa ayahku itu orang yang multitalenta bisa membuat mebel dan kue namun pada saat usahanya berkembang saat itu krisis moneter melanda sehingga usahanya gagal. Ayah berasal dari sukabumi, mereka menikah disukabumi kakaknya pemilik pesantren Aku mengajak ibu untuk berkunjung kesana namun Ibu telah lupa alamat . Dan ibu memberiku secarik kertas berisi alamat itu. Aku membawanya ke asrama.

Di sekolah aku dijelaskan tentang internet. Beberapa kali aku mulai menulis surat namun beberapa kali itu tak pernah ada tanda-tanda. Sepulang sekolah aku pergi ke warnet kutelusuri lewat google ku penasaran sampai mencari daftar nama penduduk sekabupaten disana namun berbulan-bulan nihil. Beruntung saat itu guru TIK di sekolah mengajariku tentang search engine juga medsos seperti ym dan facebook untuk mencari teman dari belahan dunia lain. Saat itu otakku berandai mungkin saja ayahku bermain facebook juga. Namun aku lelah jika terlalu sering kewarnet aku meminta dikirim hape yang dapat mengakses internet dan Ibu mengabulkan permintaanku .Namun dipesantren peraturannya tidak boleh membawa hape atau dikumpulkan .Disitu kebandelanku mulai muncul saat belum khatam mengaji sudah ingin berhenti mondok. 

Tak ada seorangpun yang mengerti bahwa aku hanya merindukan perhatian ayah yang mereka tahu hanya aku harus fokus pada pendidikanku baik Ilmu umum maupun ilmu agama. Meski nilai ujianku seringkali tertinggi namun aku tak pernah mendapat peringkat pertama wali kelas pernah memanggilku dan mengatakan kamu itu anak cerdas tapi sayangnya banyak yang lebih rajin. Jadi bagi temen-temen yang ngalami seperti ini mungkin baiknya fokus saja melakukan yang terbaik karena ada saatnya Allah menjawab kegundahan hati.

Senja itu mengajakku memandang bukit-bukit hijau dan langit yang memerah. Suara adzan mendayu-dayu kuingat setelah adzan adalah waktu yang mustajab saat itu aku memejamkankan mata kupanjatkan doa pada dzat pencipta alam semesta. Aku mohonkan kehidupanku seperti orang kebanyakan, dan tunjukan aku pada cita-cita yang berhasil dan mulia.

Saat itu pengumuman kelulusan aku dinyatakan lulus , seperti biasa tak ada yang menjadi waliku namun aku tak sedih untuk itu. Aku hanya tidak tahu bisa besekolah lagi atau tidak. Aku ingin sekali bisa mendapatkan pendidikan umum terbaik didaerahku nilaiku selalu memenuhi syarat untuk masuk ke sekolah terbaik. Seringkali ada beasiswa ditengah perjalanan namun Ibu tidak ada untuk uang gedung. Aku seperti anak durhaka yang tega memeras keringat ibu , kebanyakan orang memandangku anak tidak tahu diri karena keinginan sekolah yang dianggap tinggi. Ibuku kembali memasukanku kesekolah agama. Itu tidak masalah bagiku karena aku pernah lihat siswa sekolah itu ada yang ditrima di PTN favorit . Aku kembali bersekolah disana namun lagi-lagi aku menjalaninya dengan setengah hati . Kalau disana memang harus mondok lagi , ya aku senang sekali mondok disana yang terasa sekali keshalihahan Ibu nyai saat menungguiku sholat berjama’ah . Namun sayang tidak sampai selesai Ibuku tak sanggup mengirimiku uang. Terkadang aku masih berandai jika hanya sekolah mungkin tak begitu memberatkan bagi Ibu. Orang lain mungkin ada yang berpandangan bahwa ketidak punyaan hanyalah alasan . Namun kenyataanya saya pernah mengambil singkong dari kebun untuk dijual dan untuk membeli buku-buku sekolah.

Singkat cerita aku telah duduk dibangku kelas sebelas mulai SMP aku hanya iseng mencari data-data penduduk warga daerah asal bapakku. Namun tak membuahkan hasil , hingga pada akhirnya kutemukan sebuah fanspage sebuah yayasan di rawasalak aku mencoba mengubungi adminnya. “Assalamu’alaikum Kakak saya baca profil disini informasinya benar ya “ “iya ada yang bisa dibantu Teh?” saya mencoba mengkorek informasi tentang yayasan tersebut dari nama pengasuhnya kemudian saya mencocokan dengan cerita dari ibu ternyata banyak kesamaan. Keesokannya aku meminta no tlp pengasuh yayasan tersebut, dan mencoba mengontak nomor itu namun tidak diangkat hingga aku meninggalkan pesan singkat yang menanyakan keshahihannya dan menjelaskan maksud . Kira-kira Jam 5 sore beliau baru menelpon saya dan mengatakan sayang kamu kelas berapa sekarang tinggl dimana ? betapa saat itu aku terasa lega sekali saat aku dihubungkan pertama kali mendengar suara Pakde dan dihubungkan dengan bapak . Pakde menyuruhku untuk berkunjung kesana dan mengirimku sejumlah uang. Aku didampingi pak likku berkunjung kesana. Pertama kali kesana terasa kaget. Ayahku hampir memelukku namun bagiku ia sangat asing perasaanku campur aduk namun dalam hati ini sulit sekali untuk membencinya. Aku hanya menuntut pertanggung jawaban kepada Ibu yang selama ini berjuang sendiri, yang hancur hatinya belasan tahun karena keegoisan laki-laki.

Ibuku pernah bercerita adik ayah alias tante selalu menghina Ibuku yang dari jawa yang menurutnya kulitnya tak sebersih wanita sunda.Menurut aku ini semua adalah ketidak adilan bagi Ibuku dan aku sampaikan pada mereka jika kalian tidak setuju ibuku menjadi bagian dari keluarga kalian kenapa kalian biarkan ini semua terjadi. Alasan apapun kalian telah berbuat salah dan menyalahi .

Malam itu aku berada diasrama putri berbagi rasa dengan mereka , ternyata banyak diantara mereka yang mengalami hal yang sama bahkan ayah mereka melakukan tindak kekerasan. Banyak diantara mereka yang tidak mengenyam pendidikan lanjut. Aku hanya membatin disana. Mencoba memaknai segalanya . Termasuk merenungkan kesakralan sebuah pernikahan.

Aku dipanggil Pak De aku diajak ke sebuah tempat. Di perjalanan aku dikisahi tentang kehidupan kami yang hampir mirip , namun beliau berhasil seperti sekarang. Disana aku diberi banyak nasehat kehidupan “Nak hati kamu boleh hancur merasa tidak diberi kehidupan seperti orang lain namun anak2 kamu nanti yang akan memetik usaha kamu.

Aku ditanya ingin menjadi apa nanti jika dewasa , Aku yang saat itu masih Abege dan nurut apa kata guru bilang saja “Ingin jadi ahli ekonomi yang bekerja di BI atau bursa efek atau menjadi arsitek” karena suka menggambar .Pakde tersenyum , dan mengamini cita-citaku, kamu tak ingin bisa membaca kitab2 arab saja nak ?” aku geleng kepala.
               
Sesampainya ditempat itu lagi-lagi aku diceritai tentang sejarah keluarga kami. Dan dipertemukan dengan Teh Nunung Afifah santriwati cantik admin fanspage yang selama itu jadi teman chat kamipun berpelukan. Aku sekarang adalah mahasiswi di sebuah PTN di Jogja yang berjuang untuk menjadi insan yang menebar manfaat di muka bumi ini. Aktivitasku kuliah dan berorganisasi .

Haiii anak Indonesia hormati ayah ibu , gapai citamu , semakin muda semakin luas kesempatanmu ~ saya. Menjadi apapun wanita entah berkarir atau menjadi Ibu rumah tangga wanita wajib berpendidikan tinggi karena dari wanita cerdas akan lahir generasi cerdas ~ Dian Sastro Wardoyo




You may also like

Tidak ada komentar:

Total Tayangan Halaman

Pencarian

Diberdayakan oleh Blogger.

Translate

Most Trending

Popular Posts