Oleh : Fatma Zohra Assalamualaikum Ayah, Ayah apa kabar? Semoga ayah selalu sehat dan dalam Lindungan-Nya. Ayah, hari ini hari raya...

Mengeja Ayah

/
0 Comments
Oleh : Fatma Zohra

Assalamualaikum Ayah,

Ayah apa kabar? Semoga ayah selalu sehat dan dalam Lindungan-Nya. Ayah, hari ini hari raya yah, esok kita akan melaksanakan sholat ied. Bagaimana puasa ayah? Siapa yang membuat sahur dan buka untuk ayah?. Ayah, ini pertama kalinya aku berpuasa di tempat orang yah, dan untuk kedua kalinya aku berpuasa tanpa ayah. Aku selalu berdoa dan berharap ayah dikelilingi oleh kebahagiaan dan orang-orang yang senantiasa baik kepada ayah.

Ayah, hari ini aku membuat opor dengan ibu. Yah, nanti ayah coba ya opor buatanku ini, walaupun tak sesedap buatan ibu. Nanti adek akan mengantarkan opor ini untuk ayah dan apin. Dimakan ya yah, aku membuatnya untuk ayah. Aku berharap ayah suka, walaupun dihari yang besar ini aku tidak bisa berada disamping ayah, tapi aku selalu berharap secepatnya aku bisa bertemu dengan ayah.

Ayah, aku hendak ingin meminta maaf kepada ayah. Maafkan aku apabila aku memiliki banyak kesalahan kepada ayah. Maafkan aku apabila aku tidak mampu merawat ayah dan berada di sisi ayah. Maafkan aku yang tak bisa bertegur sapa dengan ayah.

Jauh di dalam hatiku yah, aku sangat merindukan ayah. Sejahat apapun ayah, ayah tetap ayahku. Selamat hari raya idhul fitri yah, semoga ayah selalu bahagia dan sehat selalu. Aku berdoa agar ayah diberi kesehatan hingga aku sukses nanti, hingga aku bisa membahagiakan ayah dan ibu. Aku bisa membalas semua perbuatan yang tak bisa kulakan bersama ayah. Ayah, tunggu putrimu ini yah, tunggu aku yah. Jangan pergi yah, aku disini berdoa untuk bisa bersama ayah. Walaupun aku tak bisa berada di sisi ayah, aku selalu mengirimkan doa untuk ayah, aku berharap doa ku akan selalu menemani ayah, hingga ayah tak merasa sendiri lagi.
Aku di sini berdoa untuk ayah dan ibu.

Takdir Kita Istimewa Kawan,
Aku sempat merasa berat sekali menjalani hidup, kenapa aku tak bisa seperti orang lain yang seumuran denganku? Kenapa aku harus seperti ini dan bertingkah serta berpola pikir seperti orang dewasa?

Hingga akhirnya aku bercerita banyak tentang keluh kesahku selama ini kepada masku yang memiliki kisah hidup sama sepertiku ini, bahkan lebih sulit dibanding kisahku saat ini. Beliau mengatakan bahwa kita ini adala anak-anak dengan takdir istimewa. Percayalah, bahwa Tuhan memiliki rencana terbaik-Nya untuk hamba-Nya dengan takdir istimewanya, misal saja, Tuhan sudah menakdirkan kita malam ini bertemu, makan bersama di tempat ini, kamu memesan ini, dan mas memesan makanan itu, semua ini sudah ditakdirkan. Jangan pernah menyesali takdir kita. Karna kira ditakdirkan istimewa.

Pernah kamu berpikir bahwa kita tanpa orang tua yang lengkap pun sanggup menjalani hal-hal yang dilakukan oleh orang-orang yang memiliki orang tua lengkap. Kita sanggup berkuliah, kita sanggup mencari kerja, sanggup membimbing adik kita, apa yang kita lakukan sama halnya dengan mereka yang memiliki prang tua lengkap. Bahkan belum tentu mereka yang memiliki orang tua lengkap bisa melakukan apa yang kita lakukan, karna kita bertakdir istimewa.

Jadi, jangan pernah bersedih dengan keadaan kita saat ini. Perbedaan kita dengan mereka simpel kok, bedanya disaat ini mereka bersenang-senang menikmati masa muda dan masa remajanya bahkan masa kuliahnya, kita harus sudah memikirkan bagaimana keadaan ibu nanti kalau saat ini aku seperti ini, sampai kapan aku akan membiarkan ibu bekerja keras, kapan aku bisa membalas budi kepada ibu dan ayah yang jauh di sana, kapan aku segera bisa menjadi pengganti ayah dan membantu ibu di rumah, ibu bekerja keras setiap hari hanya karna kita bisa kuliah selayaknya anak-anak yang lain.

Mas juga dulu sempat jenuh karna harus memikirkan semua itu, sedangkan teman-teman mas sibuk menikmati masa mudanya, mas harus sibuk berpikir tentang masa depan mas, saat itu mas hanya berpikir bagaimana caranya mas bisa secepatnya membuat ibu beristirahat dan menikmati masa tuanya     tanpa harus sibuk bekerja dan merasa kelelahan serta kesakitan setiap malam. Meskipun saat itu yang bisa mas lakukan hanya memijat kaki dan tangan ibu.

Dunia akan meninggalkanmu, tapi doa dan kasih sayang ibu tidak akan pernah meninggalkanmu di mana pun kamu berada. Jangan pernah mengecewakan ibu hanya untuk kesenanga semata masa mudamu. Bukan berarti mas melarangmu menikmati masa mudamu ya, hanya saja masa muda kita sedikit berbeda dengan masa muda anak-anak yang lain. Apalagi kita anak pertama, anak pertama yang selalu ibu tunggu kehadirannya di rumah. Selamat menjalankan kuliahmu, semangat untuk ibu dan adik-adikmu. Semakin cepat kamu sukses semakin cepat kamu bisa membayar waktumu saat tidak bersama ayahmu. Segeralah membayar waktu yang kau lewatkan tanpa ibu di sampingmu.

Tak Bisakah?
Pagi ini saya duduk di ujung sebuah perpustakaan besar, terlihat orang-orang yang berlalu lalang di hadapan saya. Ujung ruangan inilah tempat favorit saya, entah karna anginnya yang berhembus atau hanya sekedar karna aku bisa merasakan keberadaan diriku sendiri. Ditemani sekotak jendela kecil di samping saya, bisa anda bayangkan betapa nyaman dan tenangnya tempat itu. Dari atas sini saya bisa melihat orang – orang yang berlalu lalang, tersenyum, tertawa, atau hanya sekedar berjalan membawa setumpuk buku dan tas jinjingnya. 

Aku memang tidak berniat untuk membaca, aku datang hanya sekedar ingin beristirahat dan menikmati ruangan yang sudah lama kurindukan ini. Semenjak aku sendiri, ruangan ini sering menjadi tempatku mencurahkan segalanya, bahagia, tangis, tawa, dan kecewa aku luapkan. Menuliskannnya, aku hanya bisa menuliskannya. Entah mengapa kepercayaan ini tak pernah hadir pada diri seseorang, aku hanya percaya pada tulisanku, aku percaya dia bisa menjaga rahasiaku, bisa menjaga perasaanku, bisa mengerti mengapa aku merasakan hal ini dan mengalami semua peristiwa yang tidak pernah kubayangkan sebelumnya. 

Aku hanya seorang gadis SMA kala itu, betapa bahagianya ketika kami hendak berlibur ke bali, hari itu adalah hari keberangkatanku ke bali, ayah yang seperti biasanya mengajakku berkeliling untuk sekedar melihat-lihat keramaian, atau memang sengaja menghabiskan waktu di jalan. Aku bahagia bisa menjadi bagian dari kehidupan ayah. Sore itu kami berjalan-jalan ke pusat kota, hanya sekedar untuk membeli camilan ku saat perjalanan nanti malam. Ayah yang tak tampak seperti biasanya hanya terdiam, sesekali tersenyum mendengar betapa bahagianya aku bisa ke bali. Aku tau ayah bukanlah orang yang pendiam, ayah selalu menceritakan kisah – kisah hebat padaku, entah itu pengalaman ayah sendiri maupun orang lain, namun sore itu ayah tampak lebih banyak diam dari biasanya. Sampai sudah kami di rumah, seperti biasa ibu selalu duduk di depan rumah. Ibu hanya duduk dan menanyakan pukul berapa aku akan berangkat, sangat aneh, karna tidak biasanya ibu menanyakan aku hendak diantar siapa.

Aku hanya terdiam, aku menjawab siapapun aku tak masalah bu. Malem ini aku diantar ibu, sesampainya di tempat pemberangkatan ibu hanya mengucapkan hati-hati di jalan, bersenang-senanglah, jangan lupa untuk meminum obatnya. Malam itu memang ayah tak tampak di rumah, ibu bilang ayah sudah tidur di kamarnya.

Seminggu sudah aku dibali, hari ini kami berencana pulang ke pekalongan. Pukul 10 pagi kami tiba di Pekalongan. Ibu menjemputku di depan sekolah. Sesampainya di rumah, aku bergegas membereskan diri dan bersiap menceritakan segala kehebohan dan kesenangan ku di Bali. Ayah selalu berangkat kerja di pagi hari dan pulang di sore hari. Kemalaman harinya, aku menyadari hingga larut malam begini ayah tak kunjung datang. Aku bertanya pada ibu, bu ayah di mana? Kok belum pulang?. Ibu hanya diam, tak menjawab pertanyaanku. Hingga akhirnya ibu mengatkan hal yang sangat mengejutkanku, ayah dan ibu akan bercerai. Ibu terserah kamu mau ikut dengan siapa. Bagai disambar petir di siang bolong. Aku tak menyangka hal ini akan terjadi pada keluargaku. Aku tak pernah membayangkan bagaimana nasib ku dan ketiga adikku. aku hanya diam, tak bisa menjawab apa-apa. Keluarga yang terlihat bahagia dengan keempat anaknya, tak ku sangka pernikahan yang sudah 18 tahun di bangun oleh ayah dan ibuku akan hancur seperti ini. Selama ini aku hanya mengira perceraian hanya ada di dalam film dan sinetron-sinetron itu. Aku tak habis pikir dengan kedua orang tua ku. Saat itu aku membenci keduanya, kenapa harus jalan seperti ini yang dipilih, tidak bisakah mereka berdamai seperti pertengkaran biasanya?

Tak bisakah kita kembali seperti dulu ayah?

Sulitkan ibu untuk memberikan cinta ibu kembali kepada ayah?

Tentang penulis :
Studi saat ini di Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada


You may also like

Tidak ada komentar:

Total Tayangan Halaman

Pencarian

Diberdayakan oleh Blogger.

Translate

Most Trending

Popular Posts