Oleh: Michelle CG             “Tuhan pasti sedang tertidur ketika aku dilahirkan, sampai-sampai Dia tidak tahu aku telah lahir ke dunia...

Tuhan Belum Selesai dengan Hidupku

/
0 Comments

Oleh: Michelle CG

            “Tuhan pasti sedang tertidur ketika aku dilahirkan, sampai-sampai Dia tidak tahu aku telah lahir ke dunia... keluargaku menolakku sejak hari aku dilahirkan, mereka membuatku kabur dari rumah saat aku masih Tk, masa kecilku diisi dengan berbagai percobaan bunuh diri, teman-teman membully-ku di bangku SD, aku memiliki seorang kakak yang menderita bipolar, disusul kakak ke-tigaku yang menderita depresi dan jiwaku tersesat sebagai  seorang ateis saat SMP.
            Background keluargaku adalah etnis tionghoa keturunan yang masih kolot dan sangat mendewakan anak laki-laki. Aku adalah seorang anak hasil bayi tabung yang diprogram sebagai bayi laki-laki. Tetapi, Tuhan berkehendak lain, dan aku terlahir sebagai perempuan. Secara otomatis aku diperlakukan sebagai anak yang tertolak. Kedua orangtuaku mulai sering bertengkar, bahkan setelah diselidiki, papaku memiliki anak di luar nikah. Secara hukum mereka tidak bercerai, tak akan pernah. Tapi yang pasti, hubungan keduanya sudah broken. Begitu juga hubunganku dengan mereka. Ketiga kakak-ku yang semuanya perempuan juga merasa tidak tahan saat berada di rumah. Karena terlalu banyak menumpuk amarah dan kesedihan seorang kakakku mengalami gangguan Bipolar, dan yang seorang sempat mengalami depresi.
            Saya sendiri bertumbuh dalam ketakutan dan kegelisahan, dibully saat SD karena minoritas, pernah masuk ke kulkas dan menenggelamkan diri di bathub agar semua selesai. Hatiku penuh dengan luka batin dan kepahitan. Hari-hari yang buruk membayangi. Sulit rasanya mengampuni keluarga dan mengampuni diri sendiri, ditambah saya tumbuh sebagai pribadi yang minder akut. Ingin sekali berteriak dan menyalahkan kenapa Tuhan tidak adil, tapi saat itu aku tidak percaya akan keberadaan Tuhan, jadi aku tidak punya alasan menyalahkan-Nya. 
            Titik balik dalam hidupku terjadi pada tahun 2016, di mana banyak sekali pikiran kelam yang menghantui. Pikiran-pikiran mengenai bunuh diri pun sudah hadir setiap hari. Saat itu hati nuraniku mengatakan “sampai kapan aku mau mengalami penderitaan ini”. Seminggu setelahnya, seorang teman mengajakku mengikuti sebuah camping rohani. Aku pun bersedia ikut, dengan tekad ingin mendapatkan pencerahan. Pada saat sesi konseling, pemuka agama memberiku sebuah kalimat ajaib, “Sekalipun ayah dan ibumu menolak engkau, Tuhan menyambutmu”. Wow..kalimat itu rasanya seperti oase yang mengalir mengisi kekosongan dalam jiwaku. Menurutku, itulah kalimat terindah yang pernah kudengar. Malam itu aku menangis, merasakan kasih Tuhan yang mengisi kekosongan di hatiku. Di camping itu juga terdapat sesi penyembuhan luka batin, dan saat itulah aku memutuskan untuk mengampuni kedua orangtuaku, terutama papa. Saat itulah kesembuhan terjadi. Hubungan dengan keluargaku dipulihkan.  Sejak itu aku berpaling menjadi seorang teis. 
            Jika diibaratkan, Tuhan adalah seorang pelukis, dan hidup kita adalah kanvasnya. Di saat melukis, bukan hanya cat cerah yang dipakai oleh-Nya, Dia juga akan memakai cat berwarna gelap dan suram. Tuhan adalah seniman yang dapat membuat kita tertawa sekarang atau menangis karena kita tidak mengerti rencana-Nya, tetapi setelah  lukisanya jadi, semua orang akan “ngeh” dan berkata; “oalah, ternyata begitu toh maksudnya”. Di tangan seniman, kita tidak akan bisa menduga hasil akhir dari karyanya. Tetapi, jangan hakimi seniman itu sebelum dia kelar. Tunggu sampai kuasnya turun... baru nilai, bisa jadi lukisan yang tadinya coretan asal-asal an bernilai jutaan dolar di tangan seniman ahli. Ada banyak hal dihidupku yang belum kelar. Oleh karena itu, aku harus SURVIVE, karena aku tahu Tuhan masih belum selesai dengan hidupku.
             


You may also like

Tidak ada komentar:

Total Tayangan Halaman

Pencarian

Diberdayakan oleh Blogger.

Translate

Most Trending

Popular Posts