tag:blogger.com,1999:blog-44145656252678090282024-03-05T16:53:13.693+07:00HAMURKomunitas Inspirasi Untuk Survivor Broken HomeHamur Inspiringhttp://www.blogger.com/profile/09772530393294564042noreply@blogger.comBlogger54125tag:blogger.com,1999:blog-4414565625267809028.post-80538001363755062572018-07-25T13:37:00.000+07:002018-07-25T13:37:05.665+07:00Tidak Ada Kecewa<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kenalkan,
aku Allona. Aku anak terakhir dari lima bersaudara. Tiga saudara tiri dan satu
saudara kandung. Tiga saudara tiriku merupakan bawaan Papa dari istri pertama. Mamaku
merupakan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>istri kedua setelah istri yang
pertama meninggal. Ya, Mamaku seorang gadis dan Papaku seorang duda beranak
tiga lebih jelasnya. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kehidupan
kami berjalan lancar dan cukup bahagia. Papa sering mengajak aku ke luar kota
untuk bekerja dan menggendongku kala aku masih balita. Papa juga sering mengajak
aku untuk makan di warung Bu Safak dengan menu opor pupu tekuk. Meskipun
hubungan kami tidak seakrab hubungan ayah dan anak pada semestinya, tapi aku
cukup bahagia akan hal kecil yang aku lakukan bersama dengan Papa. Aku juga
bahagia karena aku tinggal bersama Mas Nino, Mbak Widya dan Mbak Andin yang
selalu menjaga dan membahagiakan aku. Oh iya aku tidak tinggal bersama dengan
Mbak Ayudia , kakak tiri ketiga ku karena ia dirawat oleh saudara dari Papa. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Seiring
dengan perkembangan teknologi, kala itu anggota keluargaku telah memiliki <i style="mso-bidi-font-style: normal;">handphone</i> (hp) kecuali aku karena masih
balita. Kudengar seringkali Mama dan Papa beradu mulut tentang masalah pesan
singkat di hp Papa. Papa bilang itu hanya pesan salah kirim yang kebetulan ada
di hp Papa. Beberapa waktu kemudian, Mas Nino kecelakaan di dekat rumah dan hp Papa
Mama yang pegang. Saat itu pesan singkat dan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">missed call</i> berdatangan di hp Papa. Mama mulai curiga dan terkuak
sudah ternyata selama ini Papa memiliki hubungan dengan wanita lain di luar
sana. Aku yang masih kecil kala itu ingat betul saat diajak Mama untuk survey
ke lokasi sebenarnya siapa wanita itu. Ternyata sosoknya adalah wanita pedagang
kaki lima yang diberikan modal oleh Papa. Kemudian Papa di sidang di rumah
namun Papa mengelak tidak melakukan hal semacam itu meskipun barang bukti sudah
berbicara. Papa berjanji tidak akan melakukan hal seperti itu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tahun
dua ribu lima Papa memilih untuk urban ke ibukota untuk memperbaiki ekonomi
keluarga agar lebih baik. Komunikasi antara aku dan Papa sudah tidak se intens
dulu lagi. Tak berapa lama kemudian, Mama menyusul Papa ke ibu kota dan aku
hanya tinggal bersama dengan Mas Nino dan Mbak Widya. Sedangkan Mbak Andin
sudah mulai pindah ke kota tetangga untuk menempuh pendidikan lanjutnya. Di
jakarta ternyata Papa menjalin hubungan dengan seorang pemulung. Miris memang,
namun mau bagaimana lagi itu juga Papaku. Dan lagi, Papaku tidak mau mengakui
hal itu kembali meski barang bukti telah tersedia. Dan setelah kurang lebih
enam bulan Mama pun memilih untuk kembali ke kampung dan hidup bersama aku
lagi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Setelah
dua tahun sifat Papa masih saja sama, perekonomian keluarga pun mulai limbung
dan mengenaskan. Akhirnya Mama memutuskan untuk pergi ke jakarta. Karir Mama
dimulai dari bekerja di konveksi dengan gaji lima puluh ribu seminggu, mencuci
pakaian tetangga, meluruskan paku bekas, jual beli paku bekas dan besi tua,
membuka toko, hingga Mama mampu mandiri dengan usahanya dan menstabilkan
perekonomian keluarga. Hal ini semata-mata karena kebutuhan keluarga yang makin
membengkak dan Papa masih menjalin hubungan dengan wanita lain di luar sana. Papa
pernah menjalin hubungan dengan penjual bunga, pemulung, pedagang asongan,
istri rekan kerja, karyawan pabrik, dan lain sebagainya. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Selama
kurang lebih empat setengah tahun aku berpisah jarak dengan Mama, akhirnya saat
aku memasuki sekolah menengah pertama, aku dan Mama memutuskan untuk hijrah dan
tinggal bersama dan melupakan tentang keburukan Papa. Sudah cukup puas untuk
tinggal di kampung karena Papa selalu mengadu domba Mama dengan keluarganya
sehingga ada hubungan tidak harmonis antara Mama dengan sanak saudara. Saat itu
kita hanya tinggal di kamar kost kecil dengan kamar mandi kumuh yang saat
pertama kali ku melihatnya hanya ada rasa jijik. Namun lama kelamaan aku
terbiasa dengan hal itu dan justru aku merasa memiliki rumah disana. Papa hanya
sesekali menjenguk aku dan Mama karena domisili Papa saat itu masih di jakarta
sedangkan aku di Jawa. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tempat
baru merupakan usaha baru. Begitulah prinsip aku dan Mamaku. Kala itu Mama
selalu mencoba untuk memperbaiki perekonomian tanpa ada campurtangan Papa. Mama
memulai usaha kecilnya dengan membuka warung makan, pijat lulur dan pada
akhirnya bekerja di sebuah laundry yang kini menjadi miliknya. Butuh cukup
waktu untuk merasakan makan enak tanpa memikirkan uang jajan yang ada di
kantongku kala itu. Butuh perjuangan agar tidak di bully oleh teman-temanku
kala itu. Papa masih sama, masih bermain dengan wanita yang entah sudah berapa
jumlahnya. Akupun mulai merasa malas apabila Mama bercerita tentang Papa dan
wanitanya. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dua
tahun yang lalu, Papaku sudah memutuskan untuk tidak bekerja lagi dan sudah
memutuskan hubungan dengan kami (aku dan Mama). Papa tinggal di rumah lama
kami. Papa berhenti bekerja karena Papa sudah muak selalu dituduh berselingkuh
secara terus menerus oleh Mama. Tiada lagi rasa percaya yang diberikan oleh Mama
kepada Papa. Hal ini berdampak pada aku yang galau memikirkan urusan keluarga.
Aku ingat betul kala itu aku masih terduduk bermain hp di bangku belakang dengan
tiada aura semangat. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tiba-tiba guru BK memanggil nama tengahku yang kebetulan
ada orang lain yang memiliki nama sama dengan ku. Lalu guru BK itu menanyakan
apakah aku memiliki saudara bernama Ibu susi, ku jawab benar. Dalam hatiku nama
itu adalah nama yang akhir-akhir ini selalu ku dengar disetiap pertengkaran Mama
dan Papa. Akhirnya aku memutuskan untuk menemuinya di ruang BK sekolahku. Tak
kusangka ternyata sosok di depanku ini merupakan sosok yang mengakibatkan Mamaku
tak tidur di malam hari dan membuat Papaku akhirnya memilih untuk berhenti
bekerja. Sebelum ke ruang BK, aku sudah memberi kabar ke Mbak Andin bahwa pacar
Papa menemui ku di sekolah. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Beberapa saat ku ajak ngobrol Bu Susi yang datang
ditemani oleh anaknya. Aku ajak dia berbincang dengan nada baik meskipun hatiku
teriris dan ingin menghabisi muka dua orang di hadapanku kala itu. Beberapa saat
kemudian, datanglah Mamaku dengan amarah yang tersulut. Akhirnya aku mulai
menangis dan salah seorang guru BK mencoba untuk menenangkanku. Di luar ruangan
kecil ini Mamaku bertengkar dengan bu susui yang merupkan pelakor dalam
keluarga kami. Tak sedikit mata memandang kejadian itu. Aku pun malu dengan
diriku sendiri yang tak bisa menjaga situasi itu, justru aku terjatuh pilu. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Semenjak
kejadian di ruang BK itu, aku tak berani menampakkan mukaku di khalayak umum.
Terlebih ketika ada salah seorang teman yang dengan baiknya membeberkan fitnah
antara aku dengan teman yang lain. Aku harus mencari cara agar aku bisa kembali
menjadi aku seperti sedia kala. Pada akhirnya, aku menemukan cara yaitu dengan
cara berprestasi. Setiap perlombaan aku ikuti entah bagaimana pun hasilnya yang
penting aku selalu berusaha. Hingga akhirnya beberapa kejuaraan pun telah
berhasil aku genggam.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Beberapa
bulan kemudian, aku sering merasa apa yang selama ini aku pendam sudah tidak
mungkin aku jaga seorang diri. Aku sudah tidak kuat untuk merasakan ini semua
seorang diri. Beberapa upaya bunuh diri juga pernah kulakukan namuan
alhamdulillah semua nihil, tak ada satupun yang berhasil. Kemudian aku mencoba
untuk menemukan jalan lain yang lebih baik daripada mengakhiri hidup. Aku
memilih datang ke seorang ahli jiwa dan menceritakan segala sesuatu yang aku
rasakan. Bagai disambar petir, ternyata selama ini aku menderita bipolar dan
PTSD <i style="mso-bidi-font-style: normal;">(Post Traumatic Stress Disorder)</i>.
Aku pun harus menjalankan beberapa terapi yang membuatku lebih baik daripada
sebelulmnya karena Aku belum bisa meneirma masa lalu ku dan kenyataan tentang
orang-orang yang berada disekelilingku.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kejadian
demi kejadian telah terjadi dalam hidupku dan keluargaku. Kata cerai seolah
selalu menghantui kami terutama Mama. Namun Mama memilih untuk tidak berpisah
dengan Papa karena banyak pertimbangan, salah satu diantara pertimbangan itu
adalah aku dan masa depanku. Bagaimanapun beliau tetap Papaku. Apapun itu,
bagaimanapun itu tetap orang tuaku, darah dagingku. Tak mudah untuk terus
tertindas oleh aral yang ada. Dan bagi yang bertaya apakah Papaku masih
memiliki hubungan spesial dengan orang lain? Jawabannya masih dan tentu saja
selalu dengan orang yang berbeda setiap waktunya. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kecewa
pasti ada karena aku selalu berharap papaku lebih baik atau setidaknya sama
dengan papa temanku. Aku selalu berharap keluargaku utuh layaknya keluarga
lain. Aku juga ingin drama telenovela seperti ini tidak terjadi dalam kehidupanku.
Jika aku selalu berharap dengan asa tanpa upaya, aku hanya akan mendapatkan
kekecewaan untuk yang kesekian kali. Termasuk masalah papa dan keluarga. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kehidupan
memang menuntut kita untuk selalu belajar dari masa lalu untuk meraih masa
depan. Jangan jadikan dirimu butiran sisa masa lalu yang terbawa angin kemana
ia mau. Jadilah sosok insan yang menjadikan masa lalu untuk menggapai butiran
demi butiran kecil untuk merangkai masa depanmu. Tidak ada seorangpun yang
menyakiti ataupun mengecewakanmu. Kamu hanya kecewa terhadap harapan yang kau
untai terhadap seseorang itu. Percayalah.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<i><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">(</span><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-align: right;">Indah
Wulandini, 18 tahun)</span></b></i></div>
Hamur Inspiringhttp://www.blogger.com/profile/09772530393294564042noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-4414565625267809028.post-86672884144481174032018-03-30T08:58:00.001+07:002018-03-30T08:59:37.943+07:00Kelas Inspirasi HAMUR : Self Healing, Upaya Menerima Masa Lalu<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sabtu, 17 Maret 2018 HAMUR
mengadakan kelas inspirasi dengan tema Self Healing : Penerimaan Masa Lalu. Pembicara
pada kelas inspirasi ini adalah Regisda Machdy Fuady,M.Sc lulusan master Global
Mental Health University of Glasgow dan juga merupakan co-founder Pijar
Psikologi,media informasi psikologi dan kesehatan mental di Indonesia. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kelas inspirasi ini diikuti
oleh sekitar 30 orang,20 orang dari anggota HAMUR dan 10 orang dari anggota non
HAMUR. Diawal kelas, moderator Ezra Ananta memperkenalkan pembicara kepada peserta.
Pembicara memulai kelas inspirasi dengan menanyakan kepada peserta apakah
pengertian self healing di lanjutkan dengan pemaparan sebab-sebab mengapa tidak
bisa menerima masa lalu dalam kehidupan. Pembicara juga mengajak peserta untuk
berrelaksasi sejenak selama 5 menit di tengah-tengah kelas. Dengan memanfaatkan
Taman Timur Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, kelas insiprasi ini
berjalan sesuai dengan rencana. Meskipun para peserta dan pembicara harus
berpindah tempat ke Joglo Fakultas Kehutanan karena hujan. Namun hal itu tidak
membuat para peserta patah semangat untuk tetap mengikuti kelas insiprasi ini
hingga akhir.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Apa yang dibahas dalam kelas
inspirasi Self Healing dapat di ringkas sebagai berikut :<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><b>A. Luka</b><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Luka dapat diartikan sebagai kejadian
besar yang terjadi dlm diri dan membuat
diri kita stuck atau kejadian kecil yang terjadi secara terus menerus
(<i>frequently and intense</i>) sehingga menunculkan keyakinan buruk (<i>negative core
beliefs</i>). Luka dapat terbentuk ketika diri kita belum berdamai dengan kejadian
buruk di masa lalu. Luka yang membuat kita akan mengingat kejadian buruk
tersebut dan ketika ingatan itu muncul secara tidak langsung melabeling diri
kita sendiri dengan ‘luka’. Dengan adanya luka maka muncullah trauma. Cara
mudah untuk menerima luka adalah dengan mengenali apa yang kita sebut sebagai
‘luka masa lalu’. Bersikap jujur pada diri sendiri dan mengakui pada diri
sendiri bahwa kita mempunyai “luka”.
Dengan mengenali luka yang ada pada diri kita sendiri membuat kita mampu
menegenali luka pada orang lain. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><b>B. Alasan untuk melakukan <i>self healing</i></b><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">1. agar tidak takut menghadapi masa
depan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">2. memunculkan rasa bahagia di masa
ini bukan untuk masa depan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">3. menghilangkan rasa menyalahkan
diri sendiri dan malu (<i>shame and guilty blaming</i>)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">4.
menghilangkan rasa <i>insecure</i>
(tidak aman)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">5. menghilangkan rasa kepekaan yang
berlebihan (<i>sensitivity</i>) <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">6. menghilangkan rasa tidak percaya
sama lawan jenis<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">7. menghilangkan rasa kebas emosi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">8. menghilangkan ras tidak percaya
diri<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><b>C. Menyembuhkan Luka dan Trauma (self Healing)<o:p></o:p></b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Luka yang dialami oleh seseorang akan
menyebabkan trauma. Trauma inilah yang menjadikan diri kita merasa menjadi
korban dalam masalu yang kita miliki. Cara untuk menyembuhkan luka dan
trauma pasti membutuhkan proses yang
tidak singkat dan tidak mudah. Proses self healing dapat dilakukan sebagai
berikut: <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">1. Niat. Kita harus memeiliki niat
untuk sembuh dari luka dan trauma yang pernah kita alamai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">2. Menghadapi masalah. Ketika kita
sudah berniat untuk menyembuhkan luka dan trauma yang kita miliki kita pasti
siap untuk bertemu dengan orang-orangyang pernah melukai kita.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">3. Berdialog dengan diri sendiri.
kita harus mampu menyadari bagian mana dari diri kita yang sama atau bahkan
bertolak belakang dengan diri kita sendiri<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">4. Memaafkan. Memaafkan memang bukan
hal yang mudah namun dalam langkah self healing cara ini sangat penting.
Memaafkan diri sendiri adalah yang
utama. Memaafkan orang lain yang kita anggap pernah melukai kita karena mungkin
mereka punya luka didiri mereka juga namun mereka tidak tahuu cara untuk
melampiaskan juga memaafkan lingkungan yang kita anggap sebagai <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">5. <i>Relaxing</i>. Selanjutnya adalah
bersikap santai (relax) dengan apa yang kita alami dan yakin jika apa yang kita
alami pasti berlalu. Dengan bersikap relax kita mampu enikmati bermacam hal
yang terjadi dalam hidup kita<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">6. <i>Honest</i>. Jujur dengan diri sendiri
bahwa kita pernah terluka dan memilki trauma dengan permasalahn yang pernah
kita hadapi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">6. <i>Gratitude Journal.</i> Berterimakasih
kepada diri sendiri,orang lain dan lingkungan sekitar karena pasti ada pesan
yang dapat kita petik dari permasalahn yang kita hadapi. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">7. <i>Journey.</i> <i>Self healing</i> membuatuhkan
proses yang lama karena tidak mudah untuk berdamai dengan diri sendiri. Namun
dengan berdamai pada diri sendiri maka kita akan mudah berdamai dengan orang
–orang disekitar kita. Luka dan trauma yang kita alami adalah guru kehidupan
kita.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3_P-zN9LklUlxGWRDUZP-g64MePWxA-Qxu-cpWECeq1aNzi4pGvAx_DDF_9h8PLwWP4dZDR73i3gqOr1Vbi183yKpUtMiqUtY16vKksO4lsf2TpOVHP00UxijixVYNpo68wUXNlScJ1c/s1600/HAMUR.jpg" imageanchor="1"><img border="0" data-original-height="720" data-original-width="960" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3_P-zN9LklUlxGWRDUZP-g64MePWxA-Qxu-cpWECeq1aNzi4pGvAx_DDF_9h8PLwWP4dZDR73i3gqOr1Vbi183yKpUtMiqUtY16vKksO4lsf2TpOVHP00UxijixVYNpo68wUXNlScJ1c/s320/HAMUR.jpg" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Doc. HAMUR</td></tr>
</tbody></table>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<b><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">D. Keberhasilan <i>self healing</i><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Acceptance. Berhasil tidaknya
seseorang dalam melakukan <i>self healing</i>
adalah kemampuan untuk menerima
keadaan saat ini. Menerima yang dimaksud adalah ketika ingatan tentang masa
lalu yang buruk itu datang secara tiba-tiba tidak ada gejolak yang muncul dalam
perasaan, baik itu rasa kecewa,sedih,menyesal bahkan trauma atau luka. Menerima
dalam konteks ini bukan berarti bersikap bodo amat namun bersikap biasa saja
seolah tidak terjadi apa-apa.<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
Jadi.. Mari <i>self healing</i>!</div>
Hamur Inspiringhttp://www.blogger.com/profile/09772530393294564042noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4414565625267809028.post-84754809453654554662018-01-21T11:36:00.002+07:002018-01-21T12:04:40.585+07:00Nyong Alga: Si Sabuk Hitam yang Husbandable<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Hai, para pembaca!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Mengawali tahun 2018 ini, HAMUR punya terobosan baru
yang lebih segar dalam menyebarkan inspirasi. Secara berkala kami akan mengulas
pencapaian para anggota secara <i>exclusive </i>dalam
blog ini! Mengapa demikian? Sebab di HAMUR, kesemuanya adalah insan – insan berprestasi
yang dibesarkan dari tempaan hidup. Kisah perjuangan mereka dalam melahirkan
karya dan mencetak pengalaman sangat perlu untuk disimak dan diteladani,
khususnya bagi kamu yang juga merupakan <i>survivor
broken home</i>.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Sebagai rilis pertama, kami akan mengulas sosok
jawara taekwondo yang prestasinya tumpah ruah banget! Namanya <b>Algafari Rizkyprima atau akrab dipanggil Nyong Alga,
mahasiswa jurusan Sosiologi Pembangunan</b> di <b>Universitas Negeri Jakarta</b>. Seperti apa ya
kisahnya?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l3 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -.25in; text-justify: inter-ideograph;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-size: large;"><b><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; line-height: 150%;">1.<span style="font-family: "times new roman"; font-stretch: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span></span></b><!--[endif]--><b><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; line-height: 150%;">Hai,
Nyong Alga. Boleh berbagi dong apa aja prestasi kamu khususnya taekwondo selama
ini?<o:p></o:p></span></b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: .25in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-size: large;"><i><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; line-height: 150%;">So
far</span></i><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; line-height: 150%;">
selama mengikuti kejuaraan taekwondo, aku baru memperoleh 14 Medali Emas, 9
Medali Perak, 3 Medali Perunggu, dan 1
Piagam Rekor Muri.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: .25in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-left: .25in; mso-add-space: auto; mso-list: l3 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -.25in; text-justify: inter-ideograph;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-size: large;"><b><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; line-height: 150%;">2.<span style="font-family: "times new roman"; font-stretch: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></b><!--[endif]--><b><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; line-height: 150%;">Wow banyak bangeett ya! Bisa
dibagikan sedikit detail kejuaraannnya?<o:p></o:p></span></b></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; mso-list: l0 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -.25in; text-justify: inter-ideograph;">
</div>
<ol>
<li><span style="font-size: large;"><span style="font-stretch: normal; line-height: normal;"> </span><span style="font-family: "times new roman" , serif; line-height: 150%; text-indent: -0.25in;">Juara
1 Under 80 Kg senior putra Kejuaraan Taekwondo Trisula cup open se Jabodetabek
21 Agustus 2016</span></span></li>
<li><span style="font-size: large;">Juara
1 Under 80 Kg senior putra Kejurnas Taekwondo Piala Gubernur DKI Jakarta 15-17
April 2016</span></li>
<li><span style="font-size: large;"><span style="font-stretch: normal; line-height: normal;"> </span><span style="font-family: "times new roman" , serif; line-height: 150%; text-indent: -0.25in;">Juara
1 Under 80 Kg senior putra Golden Kickers Taekwondo Championship 5-6 Maret 2016</span></span></li>
<li><span style="font-size: large;">Juara
2 Under 80 Kg senior Putra 4th SETU Taekwondo Championship 30-31 Januari 2016</span></li>
<li><span style="font-size: large;">dan masih banyak lagi hehehehe…</span></li>
</ol>
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"> <table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhS79OeeaiBo4X9yBqc5oKLLO2Y836I3U_yoBOheDCLWyTsTT67XACZqDCX_s6grV27MZo8KAr5NR8a6RWeR7Ss67R1BvmmjKI_GfMqeUSNSQIyNphK197Dc1oH7FCIqRuNGDv6gvInoKc/s1600/389803_3188978222479_453539482_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="640" data-original-width="480" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhS79OeeaiBo4X9yBqc5oKLLO2Y836I3U_yoBOheDCLWyTsTT67XACZqDCX_s6grV27MZo8KAr5NR8a6RWeR7Ss67R1BvmmjKI_GfMqeUSNSQIyNphK197Dc1oH7FCIqRuNGDv6gvInoKc/s400/389803_3188978222479_453539482_n.jpg" width="300" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Doc. Alga<br />
<br />
<br /></td></tr>
</tbody></table>
</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 22.5pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: -22.5pt; text-justify: inter-ideograph;">
<b><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">3. Selain
prestasi di atas, ada prestasi lain nggak?<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 22.5pt; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Ada. Diantaranya:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 22.5pt; text-justify: inter-ideograph;">
</div>
<ol>
<li><span style="font-size: large;"> <span style="font-family: "times new roman" , serif; line-height: 150%; text-indent: -0.25in;">Mendapat
penghargaan “Anak Berprestasi Tahun 2014” dalam peringatan Bakrie 72 Untuk
Negeri tahun 2014</span></span></li>
<li><span style="font-size: large;">Mengikuti
diklat lisensi coach Pengprov Taekwondo DKI Jakarta tahun 2014 </span></li>
<li><span style="font-size: large;">Mendapat
penganugerahan “Mahasiswa Terolahraga” dalam acara Bidikmisi UNJ Award tahun
2016</span></li>
</ol>
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<b><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">4.
Apa sih yang kamu hadapi saat
berjuang mengikuti kejuaraan taekwondo?<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Perjuangannya sangat berliku ya. Mulai dari absen
yang cukup banyak saat sekolah ketika kelelahan menjalani latihan atau pasca
kejuaraan, kesulitan dana untuk mendaftar kejuaraan, tekanan pelatih, juga rasa
letih baik karena latihan maupun aktivitas di luar latihan yang juga padat.
Tapi puji syukur saya bisa melaluinya dengan baik. Yang penting sabar dan
berserah sama Tuhan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; tab-stops: 22.5pt; text-align: justify; text-indent: -.25in; text-justify: inter-ideograph;">
<b><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">5. <i>So
inspiring</i>! Katanya kamu juga membuka pelatihan taekwondo untuk anak – anak ya?
<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Iya, betul. Itu karena kecintaanku pada taekwondo.
Aku juga ingin membagikan ilmu yang aku miliki sehingga manfaatnya dapat terus
mengalir. Dengan membuka pelatihan aku juga bisa meng-<i>encourage </i>mereka untuk berprestasi. Hasil pencapaian sebagai
seorang pelatih<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo4; text-align: justify; text-indent: -.25in; text-justify: inter-ideograph;">
</div>
<ol>
<li><span style="font-size: large;"><span style="font-stretch: normal; line-height: normal;"> </span><span style="font-family: "times new roman" , serif; line-height: 150%; text-indent: -0.25in;">Pada
even 8<sup>th</sup> Jakarta Taekwondo Festival tahun 2013 kontingen Alrian
Taekwondo dari total 5 atlet yang turun bertanding berhasil meraih 1 medali
emas dan 4 medali perak.</span></span></li>
<li><span style="font-size: large;"><span style="font-stretch: normal; line-height: normal;"> </span><span style="font-family: "times new roman" , serif; line-height: 150%; text-indent: -0.25in;">Pada
even 9<sup>th</sup> Jakarta Taekwondo Festival tahun 2014 kontingen Alrian
Taekwondo dari total 16 atlet yang turun bertanding berhasil meraih 9 medali
emas, 5 medali perak, 1 medali perunggu, dan 1 piala juara 2 poomsae individu
putri (Kategori jurus).</span></span></li>
<li><span style="font-size: large;"><span style="font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span style="font-stretch: normal; line-height: normal;"> </span><span style="font-family: "times new roman" , serif; line-height: 150%; text-indent: -0.25in;">Pada
even Pangkohanudnas Cup tahun 2014 kontingen Alrian Taekwondo dari total 11
atlet yang turun bertanding berhasil meraih 4 medali emas, 2 medali perak, 3
medali perunggu, dua piala juara 1 dan juara dua poomsae individu putri
(Kategori jurus).</span></span></li>
<li><span style="font-size: large;"><span style="font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span style="font-stretch: normal; line-height: normal;"> </span><span style="font-family: "times new roman" , serif; line-height: 150%; text-indent: -0.25in;">Pada
even Generasi Unggulan Nusantara Championship tahun 2014 kontingen Alrian
Taekwondo dari total 3 atlet yang turun bertanding berhasil meraih 2 medali
emas dan 1 medali perak.</span></span></li>
<li><span style="font-size: large;"><span style="font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span style="font-stretch: normal; line-height: normal;"> </span><span style="font-family: "times new roman" , serif; line-height: 150%; text-indent: -0.25in;">Pada
Kejuaraan Invitasi Nasional Delta Championship tahun 2014 kontingen Alrian
Taekwondo dari total 1 atlet yang turun bertanding berhasil meraih 1 medali
emas.</span></span></li>
<li><span style="font-size: large;"><span style="font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span style="font-stretch: normal; line-height: normal;"> </span><span style="font-family: "times new roman" , serif; line-height: 150%; text-indent: -0.25in;">Pada
even Jakarta Taekwondo Festival 6+8 tahun 2017 kontingen Alrian Taekwondo dari
total 6 atlet yang turun bertanding berhasil meraih 4 medali emas dan 2 medali
perak.</span></span></li>
</ol>
<!--[if !supportLists]--><span style="font-size: large;"><br /></span>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhSja9YsWvn_rYC_QJT5FfEtl-CSTcPDgEskZkaF5G8BhxP9zRdtD8lVg-iY0uYIy1e1MLcCfAhSzG5qVeRKRpqRd4q-KA9xiuQBsGrcam97NZFnOfPpQTlU-bKDYlLJscVqjMqc40XGk8/s1600/10173530_10200733391856282_1377201320_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><span style="color: black; font-size: large;"><img border="0" data-original-height="960" data-original-width="540" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhSja9YsWvn_rYC_QJT5FfEtl-CSTcPDgEskZkaF5G8BhxP9zRdtD8lVg-iY0uYIy1e1MLcCfAhSzG5qVeRKRpqRd4q-KA9xiuQBsGrcam97NZFnOfPpQTlU-bKDYlLJscVqjMqc40XGk8/s640/10173530_10200733391856282_1377201320_n.jpg" width="360" /></span></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-size: large;">Doc. Alga</span></td></tr>
</tbody></table>
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgfdJ7rnfMSrBoYQ0d6yCVv64RsfgMOYMARmv0djq67OiBNg78L1MevbcYjdk5TMiEyxYRf21upUUMCn6eAghA2Uv5I3Krpaj-yMdvKuessYodoKDS7GnvVTun-sHHvyfq78Y-7qQbqKOg/s1600/1891096_10200544052802924_1758742926_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><span style="color: black; font-size: large;"><img border="0" data-original-height="720" data-original-width="960" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgfdJ7rnfMSrBoYQ0d6yCVv64RsfgMOYMARmv0djq67OiBNg78L1MevbcYjdk5TMiEyxYRf21upUUMCn6eAghA2Uv5I3Krpaj-yMdvKuessYodoKDS7GnvVTun-sHHvyfq78Y-7qQbqKOg/s400/1891096_10200544052802924_1758742926_n.jpg" width="400" /></span></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-size: large;">Doc. Alga</span></td></tr>
</tbody></table>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 22.5pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; tab-stops: 22.5pt; text-align: justify; text-indent: -22.5pt; text-justify: inter-ideograph;">
<b><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 22.5pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; tab-stops: 22.5pt; text-align: justify; text-indent: -22.5pt; text-justify: inter-ideograph;">
<b><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 22.5pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; tab-stops: 22.5pt; text-align: justify; text-indent: -22.5pt; text-justify: inter-ideograph;">
<b><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">6. Selain aktivitas yang kamu sebutkan,
kamu juga punya jiwa berbisnis. Bisnis apa yang coba kamu lakukan, Nyong?<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 22.5pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; tab-stops: 22.5pt; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Aku coba mulai menggeluti bisnis di
bidang kuliner dengan mendirikan <i>catering</i>
kecil – kecilan. Selain itu aku juga beternak ikan koi. Karena kondisi
keluarga, itu jadi trigger buat aku putar otak gimana caranya biar (disamping)
berprestasi juga bisa menghasilkan <i>income</i>
secara mandiri sejak muda.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 22.5pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; tab-stops: 22.5pt; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 22.5pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: -22.5pt; text-justify: inter-ideograph;">
<b><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">7.
Wah cara pandang kamu ini sangat perlu
diteladani sih. Ngomong – ngomong apa pesan kamu buat rekan – rekan sesama <i>survivor broken home</i> di luar sana?<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 22.5pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: -22.5pt; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"> Janganlah engkau patah semangat,
ingatlah bahwa perceraian kedua orang tuamu bukan menjadi halangan untuk menuju
kesuksesan dirimu. Jalani segalanya dengan penuh semangat juang dan penuh
keikhlasan. <i>Do what your love</i>, and <i>love what you do</i> insya allah kamu akan
menikmati suatu pencapaian yang memuaskan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 22.5pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: -22.5pt; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 22.5pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; tab-stops: .25in; text-align: center; text-indent: -22.5pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">***<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 22.5pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; tab-stops: .25in; text-align: center; text-indent: -22.5pt;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 22.5pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: -22.5pt; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Nantikan rilis
berikutnya ya! Terima kasih sudah membaca.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 22.5pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: -22.5pt; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 22.5pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: -22.5pt; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">HAMUR,<o:p></o:p></span></div>
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 22.5pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: -22.5pt; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; line-height: 150%;"><span style="font-size: large;">karena keluarga
begitu berharga.</span><span style="font-size: 12pt;"><o:p></o:p></span></span></div>
Hamur Inspiringhttp://www.blogger.com/profile/09772530393294564042noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4414565625267809028.post-91001356163852022602017-10-30T07:27:00.005+07:002017-10-30T07:28:50.871+07:00Bertahan Hidup dalam Kesendirian<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<i><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: xx-small;">Oleh: <span style="background-color: white; color: #222222; white-space: nowrap;">Ayu MuktiSari GP</span></span></i></div>
<table cellpadding="0" class="cf gJ" style="background-color: white; border-collapse: collapse; color: #222222; font-family: arial, sans-serif; font-size: 12.8px; margin-top: 0px; width: auto;"><tbody>
<tr class="acZ" style="height: 16px;"><td class="gF gK" style="margin: 0px; padding-right: 8px; padding-top: 0px; vertical-align: top; white-space: nowrap; width: 899px;"><table cellpadding="0" class="cf ix" style="border-collapse: collapse; table-layout: fixed; width: 899px;"><tbody>
<tr><td style="margin: 0px;"><br /></td></tr>
</tbody></table>
</td></tr>
</tbody></table>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pernahkah Anda merasa sedang dalam kondisi
sangat terpuruk dalam kes</span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">e</span><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">ndirian?
Dimana merasa ingin meluapkan semua emosi yang ada tetapi tidak bisa justru
yang timbul adalah perasaan depresi seperti beban yang menumpuk. Beberapa orang
bahkan melampiaskannya dengan cara yang salah seperti marah atau melukai diri
sendiri dan orang lain, padahal sebenarnya ada cara yang lebih baik untuk dapat
melampiaskan perasaan terpuruk tersebut. Mungkin Anda pernah mendengar kata <i>survive</i>. Yang berarti bertahan hidup.
Selain itu diartikan juga upaya mempertahankan hidup dari keadaan yang sulit. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Melampiasakan kekesalan maupun perasaan
terpuruk saat sendiri dengan mencari hal hal baru, menyalurkan pikiran kita ke
hal</span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> -</span><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> hal yang positif.
Baiknya kita juga harus berbenah diri, tidak perlu mendengar omongan orang lain
yang negatif tentang kita. Perbanyak juga ilmu keagamaan dan rohani dengan
mempererat hubungan kita kepada Tuhan Yang Maha Esa semuanya akan lancar dengan
kita selalu bersyukur menikmati hidup dalam segala hal. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Ubah pola pikirmu, jangan selalu terpaku
menganggap bahwa kesendirian itu selalu identik dengan hal </span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">yang</span><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> negatif, karena
terkadang ada keindahan saat sendiri. Buat kesendirian itu sebagai waktu y</span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">an</span><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">g paling tepat untuk
berubah menjadi pribadi y</span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">an</span><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">g
lebih baik. Tinggalkan zona nyamanmu. Cobalah untuk melampaui batas kemampuanmu.
Melakukan kegiatan membuat kita lupa jika kita punya masalah bahkan kita bisa
membuat menyelesaikan masalah dengan baik. Dalam masalah apapun anda harus <i>survive. Survive</i> dapat melatih untuk
menjadi lebih baik tidak merepotkan orang lain, melatih kemandirian. Menjaga
emosi serta kesadaran.<o:p></o:p></span></div>
Hamur Inspiringhttp://www.blogger.com/profile/09772530393294564042noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4414565625267809028.post-61388143603325729732017-10-30T07:21:00.003+07:002017-10-30T07:21:39.760+07:00Outbound Inisiasi HAMUR 2017, Seru!<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Wow,
Outbound Inisiasi HAMUR tahun ini benar – benar seru dan mengesankan!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Outbound
yang dilaksanakan pada 22 Oktober 2017 ini diikuti oleh anggota keluarga HAMUR
yang datang dari kampus UNY, UII, UIN, UGM, UNDIP, UST, dan SMA 1 Purworejo.
Bertempat di Lembah UGM, selama kurang lebih empat jam anggota keluarga HAMUR
mengikuti berbagai <i>games</i> peningkatan <i>softskill</i> yang dipandu oleh trainer dari
UKM Pramuka UGM. Tidak hanya sekedar <i>games</i>,
peserta outbound juga melakukan pemaknaan pada setiap<i> games </i>yang sudah dijalankan. Outbound insiasi HAMUR sendiri rutin
dilaksanakan selama setahun sekali, bertujuan untuk merekatkan kekeluargaan
internal HAMUR dan meningkatkan aspek <i>softskill.<o:p></o:p></i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;"><i><br /></i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Hal
yang paling gokil dalam outbound kali ini yaitu nama tim yang berkompetisi selama
outbound. Satu tim bernama Tim Bojoku Galak (red: pasanganku galak) yang memang
terdiri dari anggota – anggota yang sangar, ambisius, dan galak hahaha. Satu
tim lainnya bernama Tim Kandas yang entah mengapa kok selalu kalah selama
kompetisi berlangsung. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;"><i><br /></i></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Nah,
keseruan apa lagi ya yang akan HAMUR lakukan dalam waktu dekat?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;"><i><u>Dokumentasi:</u></i></span></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpVxXjYhbbd-4WRBqWWrlLqwrGElw5wv84JcnakqkaHdwp-DNxWsmmayb2l7E_lRunFIgpE3dUe1RWhQ_35uPTJbiGYC8pZwAmQ69JKRyeXdY-LKb4-1WolTNvLz9XvJ0LOHlSBep9t6s/s1600/22519962_1693449854030061_2207764219943407754_o.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="810" data-original-width="1080" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpVxXjYhbbd-4WRBqWWrlLqwrGElw5wv84JcnakqkaHdwp-DNxWsmmayb2l7E_lRunFIgpE3dUe1RWhQ_35uPTJbiGYC8pZwAmQ69JKRyeXdY-LKb4-1WolTNvLz9XvJ0LOHlSBep9t6s/s400/22519962_1693449854030061_2207764219943407754_o.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i>After finished the outbound</i>! Seru! | Doc. Pribadi</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhD5BajMQ-TgQfC8I_DxJrRFY8x2R372fciCigNwD0ZWpFmX9eIbxff4bq0EKzK2n9WwXAdwMIOz2x8nzlz3EMWmGyodgJMPs1wqFLqI2Iv1f4LrD1RqOswDFO9JGgYAEiWDN_L3-syOfg/s1600/22552899_1693734930668220_7494390847189576308_o.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="810" data-original-width="1080" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhD5BajMQ-TgQfC8I_DxJrRFY8x2R372fciCigNwD0ZWpFmX9eIbxff4bq0EKzK2n9WwXAdwMIOz2x8nzlz3EMWmGyodgJMPs1wqFLqI2Iv1f4LrD1RqOswDFO9JGgYAEiWDN_L3-syOfg/s400/22552899_1693734930668220_7494390847189576308_o.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Tim Kandas | Doc. Pribadi</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYkjd8xiy87quP9JG5n5pyVGwR_FKWwxviCIn_ldQT7Ol3HGMrtSFpiZsof5KzpI-pclUIxZvIXsvryRyDl-LEP4wkyCNQo0FcEGq22cVkQ7v1LtOE8JJhSCKMd7Tgdq5IGcmijgL_giQ/s1600/22712275_1693734717334908_3632425058775203930_o.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="810" data-original-width="1080" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYkjd8xiy87quP9JG5n5pyVGwR_FKWwxviCIn_ldQT7Ol3HGMrtSFpiZsof5KzpI-pclUIxZvIXsvryRyDl-LEP4wkyCNQo0FcEGq22cVkQ7v1LtOE8JJhSCKMd7Tgdq5IGcmijgL_giQ/s400/22712275_1693734717334908_3632425058775203930_o.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Tim Bojoku Galak | Doc. Pribadi</td></tr>
</tbody></table>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5_R4OkEtn2bsOBU488J3WxrxsexRVv0VFVbwMmmkMs3oH7iUh6eJq_qTTqH-XRzJuBoUkTZdkD9EJTDZbqwt8xeZywnexOTLslSZRkg0An9oQ3Sze7R6x1cYZykolNriFxzHjyR1ZtKE/s1600/22555360_1693734650668248_6988107750488620938_o.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="810" data-original-width="1080" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5_R4OkEtn2bsOBU488J3WxrxsexRVv0VFVbwMmmkMs3oH7iUh6eJq_qTTqH-XRzJuBoUkTZdkD9EJTDZbqwt8xeZywnexOTLslSZRkg0An9oQ3Sze7R6x1cYZykolNriFxzHjyR1ZtKE/s400/22555360_1693734650668248_6988107750488620938_o.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kapten Nabila selaku PJ Outbound menyerahkan kenang - kenangan ke UKM Pramuka | Doc. Pribadi</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgifIPwcts746UhmN_uAhTs-IT4eaoLJTohBsJ7CzVAMrlWrTUEQIBvP8MPqSmcBJ6CFdH-8v66vddhNtLjjHYC1YglWRU55en4b9V2bASjIQ8FV5klSbM3FrLfbQmZXuIUBE7bX8h7gHM/s1600/22769784_1693734444001602_7609822990158153277_o.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="810" data-original-width="1080" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgifIPwcts746UhmN_uAhTs-IT4eaoLJTohBsJ7CzVAMrlWrTUEQIBvP8MPqSmcBJ6CFdH-8v66vddhNtLjjHYC1YglWRU55en4b9V2bASjIQ8FV5klSbM3FrLfbQmZXuIUBE7bX8h7gHM/s400/22769784_1693734444001602_7609822990158153277_o.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Peserta dengan predikat ter- | Doc. Pribadi</td></tr>
</tbody></table>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<iframe allowfullscreen='allowfullscreen' webkitallowfullscreen='webkitallowfullscreen' mozallowfullscreen='mozallowfullscreen' width='320' height='266' src='https://www.blogger.com/video.g?token=AD6v5dzr_cztwf5HQdRrvTVqiohyq9vVteorg4tKoW-X7cREzggIpMIuvzumzeG90C5iTKNC67MGK9RP5f010WFIbg' class='b-hbp-video b-uploaded' frameborder='0'></iframe></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;"><i><u><br /></u></i></span></div>
Hamur Inspiringhttp://www.blogger.com/profile/09772530393294564042noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4414565625267809028.post-60604817136294439942017-10-30T07:05:00.004+07:002017-10-30T07:05:50.884+07:00Press Release: Seminar Media Sosial oleh Kampus Update dan Forum Jogja Peduli<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">Jumat, 6 Oktober 2017 HAMUR mengikuti acara KUmeetup
& Forum Jogja peduli, acara ini merupakan seminar tentang Peningkatan
Kualitas Media terhadap Komunitas Sosial di Yogyakarta dengan dua pembicara
yaitu Rona Mentari (<i>founder</i> Rumah Dongeng Mentari) dan Broto Seno (Presiden
Young On Top Yogyakarta)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">HAMUR mengirimkan tiga perwakilan, Ezra, Mirza dan
Taufik lalu kebetulan Tiara yang menjadi salah satu panitia dan MC acara ini
juga merupakan anggota HAMUR, inti dari seminar ini adalah bagaimana cara kita
untuk meningkatkan kualitas media pada suatu komunitas sosial namun tidak hanya
berhenti pada media sosial saja namun bagaimana cara kita bisa mengangkat <i>brand </i>komunitas yang kita dirikan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> <table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipqchmPdJPC1W0KV58trvCZOLLYSvQ3aELZG_TfR9mhiALqtONtfIa4vlw1aXG36Ii4JiyY5ADEn0LUAuwNyX4WcAXzL_D5bUoVk3B44gRaFaiuYx5VzaRe0e1r2OEkpnbYco-kE98nVA/s1600/IMG_20171006_185033.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="901" data-original-width="1600" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipqchmPdJPC1W0KV58trvCZOLLYSvQ3aELZG_TfR9mhiALqtONtfIa4vlw1aXG36Ii4JiyY5ADEn0LUAuwNyX4WcAXzL_D5bUoVk3B44gRaFaiuYx5VzaRe0e1r2OEkpnbYco-kE98nVA/s400/IMG_20171006_185033.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Perwakilan HAMUR dalam Seminar Media Sosial | Doc. Pribadi</td></tr>
</tbody></table>
</span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"><br /></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">Apa yang kami dapatkan dari seminar tersebut dapat
dirangkum dalam 5 poin :<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 150%; margin-left: 36.0pt; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--></b><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"><b>Kolaborasi</b><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">Bagi komunitas yang baru
berdiri berkolaborasi dengan komunitas yang <i>concern
</i>dibidang yang sama atau dengan Forum diskusimerupakan cara yang efektif
untuk menambah jejaring, mendapatkan volunter dan memperkenalkan komunitas
walaupun tidak ada masalah bagi komunitas yang sudah cukup lama berdiri untuk
melakukan hal yang sama<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 150%; margin-left: 36.0pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 150%; margin-left: 36.0pt; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--></b><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"><i><b>Buzzer</b></i><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"><i>Buzzer</i> jika diartikan secara
bebas berarti seeorang yang memiliki <i>followers</i>
yang lumayan banyak dan memiliki <i>impact </i>maupun
<i>power</i> kepada <i>followers</i>-nya. Tidak ada salahnya jika sebuah komunitas mendekati
seorang atau beberapa orang <i>buzzer</i>
untuk memperkenalkan maupun mempromosikan komunitas kita.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 150%; margin-left: 36.0pt; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--></b><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"><b>Kompetisi</b><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">Ada beberapa orang menyukai
tantangan dan kenapa tidak berikan kita berikan kepada mereka?, untuk
meningkatkan <i>brand</i> komunitas bisa
dengan mengadakan lomba yang sesuai dengan komunitas yang didirikan, peserta bisa
dari masyarakat luas maupun anggota komunitas itu sendiri, namun jangan lupa
lomba atau kompetisi perlu sebuah hadiah, tidak perlu hadiah yang besar atau
mahal, secukup anggaran komunitas saja.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 150%; margin-left: 36.0pt; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">4.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--></b><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"><b>Poster
<i>online</i></b><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">Media sosial tidak lepas dari
desain suatu konten, terkadang orang lebih melihat desain suatu postingan
daripada konten itu sendiri, konten komunitas itu bermacam-macam bisa berupa
infografis, ajakan mengikuti acara atau mencari <i>volunteer</i> atau bahkan suatu
kampanye, namun jika desain kurang menarik akan sedikit kemungkinan postingan
kita dibaca warganet, namun jika desain bagus paling tidak warganet sudah
tertarik untuk membaca postingan kita<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 150%; margin-left: 36.0pt; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">5.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--></b><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"><b>Nilai</b><o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">Komunitas sosial pasti
mempunyai nilai yang mereka pegang dan nilai ini yang menjadi dasar dari berdirinya
komunitas lalu apa hubungannya dengan brand komunitas? Jika kita ingin
komunitas yang didirikan bisa bertahan lama, bahkan selama lama lamanya perlu
untuk anggota komunitas memiliki suatu nilai yang sama dan dalam branding
komunitas setiap program yang direncanakan, setiap acara yang terlaksanakan,
setiap postingan yang dilakukan perlu untuk menyampaikan nilai komunitas
tersebut.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"><br /></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify;">
<br /></div>
Hamur Inspiringhttp://www.blogger.com/profile/09772530393294564042noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4414565625267809028.post-79206909768160146142017-10-07T16:11:00.003+07:002017-10-07T16:18:07.930+07:00Sandiwara di Tengah Perjuaganku Melawan Gejolak Derita<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: large;"><i>Oleh: Indah Wulandini</i></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<i><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: large; line-height: 150%;">“Bagaimana mungkin Tuhan
mempercayakan ini padaku. Aku mampu. Aku
sutradara sekaligus aktornya. Dan mereka hanya pemirsa belaka”<o:p></o:p></span></i></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<i><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: large; line-height: 150%;"> Secuil kalimat itu seolah menjadi
pedoman hidupku. Terlebih ketika aku harus melewati masa sulitku yang ku lalui
sendiri. Jika sebelum dilahirkan di dunia mereka diberi pilihan untuk memilih
seperti apa nasibnya, aku yakin tak ada yang mau memilih nasib yang aku jalani.
<i>Broken Home, </i>penyandang <i>Bipolar</i> dan <i>Post Traumatic Stress Disorder </i>(PTSD). Masalah silih berganti
seolah tak mau berhenti. Ironis sekali.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: large; line-height: 150%;"> Lalu, aku berfikir. Untuk apa aku
hidup jika hanya meratapi nasib burukku itu? Balasan apa yang aku berikan
kepada Tuhan dan orang yang menyayangiku? Menyakiti diri sendiri tiada henti, bahkan
upaya bunuh diripun pernah ku alami. Perlahan ku sadari, aku harus mampu
terlihat tegar di hadapan orang lain. Adapun kiat yang selalu aku lakoni adalah
:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
</div>
<ul>
<li><span style="font-size: large;"> Percaya
terhadap takdir Tuhan,</span></li>
</ul>
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 35.45pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 36.55pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: large; line-height: 150%;">Tuhan
begitu baik dan maha adil. Manusia diciptakan di dunia untuk saling mengisi
satu sama lain. Tuhan memberikan nasib kepada umatnya karena mereka mampu. Percayalah.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
</div>
<ul>
<li><span style="font-size: large;"><span style="font-stretch: normal; line-height: normal;"> </span><span style="font-family: "times new roman" , serif; line-height: 150%; text-indent: -18pt;">Tersenyum
dan selalu menyapa,</span></span></li>
</ul>
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 35.45pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 36.55pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: large; line-height: 150%;">Orang
tersenyum dan terlihat bahagia belum tentu ia tidak memiliki masalah. Sebagian
besar dari mereka memilih ini sebagai cara untuk menutupi kelemahan dan
kesedihannya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 35.45pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 36.55pt;">
</div>
<ul>
<li><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: large; text-indent: -18pt;"> Tingkatkan
kualitas diri dan tempa prestasi,</span></li>
</ul>
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-left: 35.45pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 36.55pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: large; line-height: 150%;">Peningkatan
kualitas diri merupakan kiat yang harus dilakukan. Peningkatan kualitas ini
dapat diraih dengan terus menempa prestasi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-left: 35.45pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 36.55pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; line-height: 150%;"><span style="font-size: large;"> Manusia ada di bumi untuk berjuang.
Jangan jadikan dirimu debu yang dibawa angin kemana ia mau. Jadilah sesosok
kaktus yang mampu mempertahankan dirinya ditengah keringnya gurun. </span><span style="font-size: 12pt;"><o:p></o:p></span></span></div>
Hamur Inspiringhttp://www.blogger.com/profile/09772530393294564042noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4414565625267809028.post-1919265309329140772017-09-03T07:52:00.004+07:002017-09-03T07:52:56.254+07:00Tuhan Belum Selesai dengan Hidupku<br /><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;">
<i>Oleh:
Michelle CG</i><o:p></o:p></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;">
<i><br /></i></div>
<div align="left" class="MsoNormal" style="line-height: 200%;">
“Tuhan
pasti sedang tertidur ketika aku dilahirkan, sampai-sampai Dia tidak tahu aku
telah lahir ke dunia... keluargaku menolakku sejak hari aku dilahirkan, mereka
membuatku kabur dari rumah saat aku masih Tk, masa kecilku diisi dengan
berbagai percobaan bunuh diri, teman-teman membully-ku di bangku SD, aku
memiliki seorang kakak yang menderita bipolar, disusul kakak ke-tigaku yang
menderita depresi dan jiwaku tersesat sebagai
seorang ateis saat SMP. <o:p></o:p></div>
<div align="left" class="MsoNormal" style="line-height: 200%;">
Background keluargaku adalah etnis
tionghoa keturunan yang masih kolot dan sangat mendewakan anak laki-laki. Aku
adalah seorang anak hasil bayi tabung yang diprogram sebagai bayi laki-laki.
Tetapi, Tuhan berkehendak lain, dan aku terlahir sebagai perempuan. Secara
otomatis aku diperlakukan sebagai anak yang tertolak. Kedua orangtuaku mulai
sering bertengkar, bahkan setelah diselidiki, papaku memiliki anak di luar
nikah. Secara hukum mereka tidak bercerai, tak akan pernah. Tapi yang pasti,
hubungan keduanya sudah broken. Begitu juga hubunganku dengan mereka. Ketiga
kakak-ku yang semuanya perempuan juga merasa tidak tahan saat berada di rumah.
Karena terlalu banyak menumpuk amarah dan kesedihan seorang kakakku mengalami
gangguan Bipolar, dan yang seorang sempat mengalami depresi. <o:p></o:p></div>
<div align="left" class="MsoNormal" style="line-height: 200%;">
Saya sendiri bertumbuh dalam
ketakutan dan kegelisahan, dibully saat SD karena minoritas, pernah masuk ke
kulkas dan menenggelamkan diri di bathub agar semua selesai. Hatiku penuh
dengan luka batin dan kepahitan. Hari-hari yang buruk membayangi. Sulit rasanya
mengampuni keluarga dan mengampuni diri sendiri, ditambah saya tumbuh sebagai
pribadi yang minder akut. Ingin sekali berteriak dan menyalahkan kenapa Tuhan
tidak adil, tapi saat itu aku tidak percaya akan keberadaan Tuhan, jadi aku
tidak punya alasan menyalahkan-Nya. <o:p></o:p></div>
<div align="left" class="MsoNormal" style="line-height: 200%;">
Titik balik dalam hidupku terjadi
pada tahun 2016, di mana banyak sekali pikiran kelam yang menghantui.
Pikiran-pikiran mengenai bunuh diri pun sudah hadir setiap hari. Saat itu hati
nuraniku mengatakan “sampai kapan aku mau mengalami penderitaan ini”. Seminggu
setelahnya, seorang teman mengajakku mengikuti sebuah camping rohani. Aku pun
bersedia ikut, dengan tekad ingin mendapatkan pencerahan. Pada saat sesi
konseling, pemuka agama memberiku sebuah kalimat ajaib, “Sekalipun ayah dan
ibumu menolak engkau, Tuhan menyambutmu”. Wow..kalimat itu rasanya seperti oase
yang mengalir mengisi kekosongan dalam jiwaku. Menurutku, itulah kalimat
terindah yang pernah kudengar. Malam itu aku menangis, merasakan kasih Tuhan yang
mengisi kekosongan di hatiku. Di camping itu juga terdapat sesi penyembuhan
luka batin, dan saat itulah aku memutuskan untuk mengampuni kedua orangtuaku,
terutama papa. Saat itulah kesembuhan terjadi. Hubungan dengan keluargaku
dipulihkan. Sejak itu aku berpaling
menjadi seorang teis. <o:p></o:p></div>
<div align="left" class="MsoNormal" style="line-height: 200%;">
Jika diibaratkan, Tuhan adalah
seorang pelukis, dan hidup kita adalah kanvasnya. Di saat melukis, bukan hanya
cat cerah yang dipakai oleh-Nya, Dia juga akan memakai cat berwarna gelap dan
suram. Tuhan adalah seniman yang dapat membuat kita tertawa sekarang atau
menangis karena kita tidak mengerti rencana-Nya, tetapi setelah lukisanya jadi, semua orang akan “ngeh” dan
berkata; “oalah, ternyata begitu toh maksudnya”. Di tangan seniman, kita tidak
akan bisa menduga hasil akhir dari karyanya. Tetapi, jangan hakimi seniman itu
sebelum dia kelar. Tunggu sampai kuasnya turun... baru nilai, bisa jadi lukisan
yang tadinya coretan asal-asal an bernilai jutaan dolar di tangan seniman ahli.
Ada banyak hal dihidupku yang belum kelar. Oleh karena itu, aku harus SURVIVE,
karena aku tahu Tuhan masih belum selesai dengan hidupku. <o:p></o:p></div>
<div align="left" class="MsoNormal">
</div>
<div align="left" class="MsoNormal" style="line-height: 200%;">
<o:p></o:p></div>
Hamur Inspiringhttp://www.blogger.com/profile/09772530393294564042noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4414565625267809028.post-26421020981531457382017-05-26T06:35:00.000+07:002017-05-26T06:38:57.111+07:00Review Singkat dan Komentar Film “Sabtu Bersama Bapak”<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 200%; text-align: left;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif;"><span style="font-size: large;">Pada tanggal 24 Mei 2017 HAMUR mengadakan nonton
bareng (nobar) dan diskusi film “Sabtu Bersama Bapak”. Film besutan Monty Tiwa
yang diangkat dari novel dengan judul yang sama ini sukses mengaduk emosi
penonton. Ditambah dengan para pemainnya yang nggak bisa dipungkiri lagi
kehebatan mereka dalam bermain peran, menjadikan film ini suatu suguhan yang
sangat inspiratif dan edukatif.</span></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 200%; text-align: left;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif;"><span style="font-size: large;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 200%; text-align: left;">
<span style="font-size: large;"><span style="font-family: "times new roman" , serif;">Nobar ini diikuti oleh HAMUR regional mana saja. Semacam nobar jarak jauh. Spesial untuk regional Jogja, mereka mengadakan nobar langsung. </span><span style="font-family: "times new roman" , serif;">Nah, yuk mari coba kita simak beberapa pendapat
anggota keluarga HAMUR regional Jogja yang nobar langsung.</span></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 200%;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; line-height: 200%;"><span style="font-size: large;"><br /></span></span></div>
<div style="background: white; line-height: 200%;">
<span style="font-size: large;"><b><span lang="IN" style="line-height: 200%; mso-bidi-font-size: 9.5pt;">Mas </span></b><b>M</b><b><span lang="IN" style="line-height: 200%; mso-bidi-font-size: 9.5pt;">irza<br />
</span></b><span lang="IN" style="line-height: 200%; mso-bidi-font-size: 9.5pt;">Filmnya
Bagus, tetapi saya</span><span lang="IN" style="line-height: 200%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 9.5pt;"> </span><span lang="IN" style="line-height: 200%; mso-bidi-font-size: 9.5pt;">sedikit kecewa karena jauh
banget dari novel nya,</span><span style="line-height: 200%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 9.5pt;"> lalu</span><span lang="IN" style="line-height: 200%; mso-bidi-font-size: 9.5pt;"> nilai yang saya dapat dari
film ini adalah arti seorang orang tua</span><span style="line-height: 200%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 9.5pt;">.<o:p></o:p></span></span></div>
<div style="background: white; line-height: 200%;">
<span style="line-height: 200%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 9.5pt;"><span style="font-size: large;"><br /></span></span></div>
<div style="background: white; line-height: 200%;">
<span style="font-size: large;"><b><span lang="IN" style="line-height: 200%; mso-bidi-font-size: 9.5pt;">Taufik<br />
</span></b><span lang="IN" style="line-height: 200%; mso-bidi-font-size: 9.5pt;">Filmnya
bagus, untuk berbau keluarga film ini bagus ada sedih ada lucu juga,</span><span style="line-height: 200%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 9.5pt;"> dan</span><span lang="IN" style="line-height: 200%; mso-bidi-font-size: 9.5pt;"> nilai yang saya
dapat dari film ini adalah orang tua itu tau apa y</span><span style="line-height: 200%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 9.5pt;">an</span><span lang="IN" style="line-height: 200%; mso-bidi-font-size: 9.5pt;">g bagus untuk kita</span><span style="line-height: 200%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 9.5pt;">.<o:p></o:p></span></span></div>
<div style="background: white; line-height: 200%;">
<span style="line-height: 200%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 9.5pt;"><span style="font-size: large;"><br /></span></span></div>
<div style="background: white; line-height: 200%;">
<span style="font-size: large;"><b><span lang="IN" style="line-height: 200%; mso-bidi-font-size: 9.5pt;">Ifa<br />
</span></b><span lang="IN" style="line-height: 200%; mso-bidi-font-size: 9.5pt;">Filmnya
</span><span style="line-height: 200%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 9.5pt;">ber</span><span lang="IN" style="line-height: 200%; mso-bidi-font-size: 9.5pt;">beda dengan novel tapi masih bagus</span><span style="line-height: 200%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 9.5pt;">,</span><span style="line-height: 200%; mso-bidi-font-size: 9.5pt;"> </span><span style="line-height: 200%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 9.5pt;">te</span><span lang="IN" style="line-height: 200%; mso-bidi-font-size: 9.5pt;">tapi akan lebih bagus kalau
baca novelnya</span><span style="line-height: 200%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 9.5pt;">. Ni</span><span lang="IN" style="line-height: 200%; mso-bidi-font-size: 9.5pt;">lai yang saya dapat dari film ini adalah menjadi kuat
bersama, sepasang itu satu paket</span><span style="line-height: 200%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 9.5pt;"> dan masing-masing harus kuat</span><span lang="IN" style="line-height: 200%; mso-bidi-font-size: 9.5pt;">.</span><span style="line-height: 200%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 9.5pt;"> B</span><span lang="IN" style="line-height: 200%; mso-bidi-font-size: 9.5pt;">enar menikmati</span><span style="line-height: 200%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 9.5pt;"> masa
sekarang</span><span lang="IN" style="line-height: 200%; mso-bidi-font-size: 9.5pt;">
itu penting, dan bersyukur</span><span style="line-height: 200%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 9.5pt;"> atas</span><span lang="IN" style="line-height: 200%; mso-bidi-font-size: 9.5pt;"> apa y</span><span style="line-height: 200%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 9.5pt;">an</span><span lang="IN" style="line-height: 200%; mso-bidi-font-size: 9.5pt;">g dimiliki</span><span style="line-height: 200%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 9.5pt;"> dan
juga harus</span><span style="line-height: 200%; mso-bidi-font-size: 9.5pt;"> </span><span style="line-height: 200%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 9.5pt;">n</span><span lang="IN" style="line-height: 200%; mso-bidi-font-size: 9.5pt;">urut sama </span><span style="line-height: 200%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 9.5pt;">orang
tua</span><span lang="IN" style="line-height: 200%; mso-bidi-font-size: 9.5pt;">,
insting ortu kuat</span><span style="line-height: 200%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 9.5pt;">,</span><span lang="IN" style="line-height: 200%; mso-bidi-font-size: 9.5pt;"> Ibuku </span><span style="line-height: 200%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 9.5pt;">meng</span><span lang="IN" style="line-height: 200%; mso-bidi-font-size: 9.5pt;">ajarkan</span><span style="line-height: 200%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 9.5pt;">ku</span><span lang="IN" style="line-height: 200%; mso-bidi-font-size: 9.5pt;"> kalau sampai jadi
orang tua jangan ngerepotin anak, lalu lelaki y</span><span style="line-height: 200%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 9.5pt;">an</span><span lang="IN" style="line-height: 200%; mso-bidi-font-size: 9.5pt;">g baik akan menemukan
perempuan y</span><span style="line-height: 200%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 9.5pt;">an</span><span lang="IN" style="line-height: 200%; mso-bidi-font-size: 9.5pt;">g baik begitu pula sebaliknya.</span><span style="line-height: 200%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 9.5pt;"><o:p></o:p></span></span></div>
<div style="background: white; line-height: 200%;">
<span style="font-size: large;"><span lang="IN" style="line-height: 200%; mso-bidi-font-size: 9.5pt;"><br />
<b>Ezra<br />
</b>Ini salah satu film bertema keluarga yang terbaik yang</span><span style="line-height: 200%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 9.5pt;">
pernah </span><span lang="IN" style="line-height: 200%; mso-bidi-font-size: 9.5pt;">saya
</span><span style="line-height: 200%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 9.5pt;">saksikan,</span><span lang="IN" style="line-height: 200%; mso-bidi-font-size: 9.5pt;"> penceritaannya seimbang maksudnya ada emosi bahagia ada
emosi sedih juga.</span><span lang="IN" style="line-height: 200%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 9.5pt;"> </span><span lang="IN" style="line-height: 200%; mso-bidi-font-size: 9.5pt;">Nilai yang saya dapat adalah
seperti apapun orang tua kita pasti sedikit atau banyak ingin anaknya mempunyai
hidup yang lebih baik</span><span style="line-height: 200%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 9.5pt;">.<o:p></o:p></span></span></div>
<div style="background: white; line-height: 200%;">
<span style="line-height: 200%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 9.5pt;"><span style="font-size: large;"><br /></span></span></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1213" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBJ42G8bF1U4Cd784qHLsxNYpN2tHGwKsmz9nekKmV-C7nF6Do52hyphenhyphenZC5lMpAl1Zn2jiXb8wTew5dxIR0oyKSvF9AEIWyN9uu4Si4B6GPG0OqcD2-wOawgoX78D-PXu5wXTU2vlmvaX_Y/s640/1495754253363.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;" width="484" /></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Poster kegiatan</td></tr>
</tbody></table>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBJ42G8bF1U4Cd784qHLsxNYpN2tHGwKsmz9nekKmV-C7nF6Do52hyphenhyphenZC5lMpAl1Zn2jiXb8wTew5dxIR0oyKSvF9AEIWyN9uu4Si4B6GPG0OqcD2-wOawgoX78D-PXu5wXTU2vlmvaX_Y/s1600/1495754253363.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-size: large;"></span></a></div>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><img border="0" data-original-height="901" data-original-width="1600" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgGPnah72CmZy3Y7X6zuVlzBz1bNb1IiM1gANUdE6REKRbI5pp8bVHNvzxrqNGXwr_qbI0uv09rPmG3b5Ys01u-67sXrLHalczMcpPLfqlUT1rorlv1bJg0m2zJ_M05lipL-IfIf3hmkLo/s640/1495754180969.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;" width="640" /></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Dari kiri ke kanan : Ezra, Mas Mirza, Ifa, Ela, Taufik</td></tr>
</tbody></table>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgGPnah72CmZy3Y7X6zuVlzBz1bNb1IiM1gANUdE6REKRbI5pp8bVHNvzxrqNGXwr_qbI0uv09rPmG3b5Ys01u-67sXrLHalczMcpPLfqlUT1rorlv1bJg0m2zJ_M05lipL-IfIf3hmkLo/s1600/1495754180969.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-size: large;"></span></a></div>
<div style="background: white; line-height: 200%;">
<span style="line-height: 200%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 9.5pt;"><span style="font-size: large;"><br /></span></span>
<span style="line-height: 200%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 9.5pt;"><span style="font-size: large;">Buat para pembaca yang belum pernah nonton "Sabtu Bersama Bapak", direkomendasikan buat nonton nih. Filmnya kaya akan pesan moral. Ada baiknya sih nonton bareng calon pasangan hidup ya... Supaya bisa belajar bareng tentang makna pernikahan dan keluarga. Hehehe.</span></span><br />
<span style="line-height: 200%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 9.5pt;"><span style="font-size: large;"><br /></span></span>
<span style="line-height: 200%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 9.5pt;"><span style="font-size: large;">HAMUR,</span></span><br />
<span style="font-size: large;">karena keluarga begitu berharga</span></div>
<br />
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 200%;">
<br /></div>
Hamur Inspiringhttp://www.blogger.com/profile/09772530393294564042noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4414565625267809028.post-80534619108582403562017-05-25T21:04:00.003+07:002017-05-25T21:04:34.514+07:00Dia yang Selalu Merindu dan Kurindu<div style="line-height: 200%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: center; text-indent: 0.5in;">
<span style="color: #0d0d0d; mso-themecolor: text1; mso-themetint: 242;"><i><b>Oleh : Najmah</b></i></span></div>
<div style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="color: #0d0d0d; mso-themecolor: text1; mso-themetint: 242;"><br /></span></div>
<div style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="color: #0d0d0d; mso-themecolor: text1; mso-themetint: 242;">Perjalanan begitu panjang hingga aku enggan menengok ke belakang.
Perjalanan begitu menyesakkan hingga aku tak ingin memutar balikkan waktu.
Lelah rasanya ketika aku harus melihat sesekali meskipun melalui kaca spion yang
aku miliki, namun hal itu tidak dapat aku hindari. Semakin aku mengelak apa
yang telah terjadi semakin mencekik rasanya ketika harus bertemu dengannya.
Genap satu bulan aku tidak disapanya, entah apa salahku hingga dia seperti itu.
Aku bahkan tidak dihiraukannya ketika berpapasan sekalipun, entah apa yang
merasuki ku seketika itu aku juga semakin menjauh darinya.<o:p></o:p></span></div>
<div style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="color: #0d0d0d; mso-themecolor: text1; mso-themetint: 242;">Hari berganti bulan, bulan berganti tahun namun keadaanku masih sama jika
sejenak terbesit akan Dia. Kali ini berbeda, dia tersenyum padaku dan bahkan
mengehentikan langkahku ketika aku berusaha menjauh darinya. Aku berusaha untuk
menampikkan tangan yang menggenggam erat tanganku hingga aku dapat melarikan
diri serta pikiranku dari Dia. Dia melihatku kelelahan berusaha untuk lari
darinya dan akhirnya dia melepaskanku. Entah apa yang terjadi padaku saat itu,
bertahun-tahun aku ingin melihat wajahnya bahkan hingga terisak ketika
merindukannya. Aku meneriaki diriku sendiri kala itu, mengapa aku melepaskan
kesempatan yang aku tunggu selama 3 tahun. Sore itu aku hanya bisa terisak,
berjalan dan terus menyalahkan tindakan bodohku.<o:p></o:p></span></div>
<div style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="color: #0d0d0d; mso-themecolor: text1; mso-themetint: 242;">Rintik itu kembali menemani langkahku dan butiran menjadi semakin besar.
Aku semakin mengutuk hari itu, kenapa harus turun hujan di saat seperti ini.
Tangisku semakin menjadi hingga Dia datang padaku dengan membawakan payung
biru. Kita saling berpandangan beberapa saat hingga Dia memanggil namaku lagi
setelah sekian tahun. Sontak aku berdiri dan lari meninggalkan Dia. Aku sudah
tidak dapat berpikir apapun sore itu, Dia yang telah meninggalkan luka dan
pergi begitu saja bisakah aku kembali dan melihatnya. Mengingatnya saja sudah
menyakitkan apalagi harus melihatnya. Hari itu aku terlelap dengan pakaian
kuyup dan sisa tangis yang menggantung di ujung mata.<o:p></o:p></span></div>
<div style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="color: #0d0d0d; mso-themecolor: text1; mso-themetint: 242;">Satu dua minggu berlalu, aku memberanikan diri untuk kembali melalui jalan
itu meski rasa enggan dan takutku sangatlah besar. Entah apa yang membuatku
sebenci ini ketika melihatnya, meski dalam hati kecilku sangatlah merindukannya
dan ingin kembali bercerita serta tertawa bersama. Aku melalui jalan itu dengan
mengamati sekitar dengan seksama, dan Dia benar kembali berada disana menatapku
lekat-lekat. Ingin rasanya aku berlari kearahnya dan menumpahkan segala keluh
kesahku, namun lagi-lagi aku hanya bisa berjalan dengan perlahan ke arahnya.
Dia tersenyum, namun tidak berani melangkah lebih jauh ke arahku hanya terduduk
pucat di bawah pohon sudut taman. Aku memberanikan diri untuk duduk
berdampingan dengannya dan menayakan kabar apakah dia baik-baik saja selama
ini? mengingat apa yang telah Dia lakukan padaku 3 tahun lalu. Tak ada jawaban
hanyalah hening dan senja yang menemani, hingga Dia menjawab tanyaku dengan
suara parau.<o:p></o:p></span></div>
<div style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="color: #0d0d0d; mso-themecolor: text1; mso-themetint: 242;">“Aku selalu baik selama kamu baik-baik saja, bagaimana kabar kamu saat ini?”<o:p></o:p></span></div>
<div style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="color: #0d0d0d; mso-themecolor: text1; mso-themetint: 242;">Aku hanya menatapnya lekat-lekat dan terus menahan tangis melihat wajahnya
dan mendengar setiap ucapannya. Tak ada jawaban dariku hanya mengangguk dan
tertunduk, aku tidak tahu kata apa yang pantas untuk menggambarkan apa yang aku
rasakan selama ini. Ketika semua orang tertawa bersama seseorang, aku hanya
bisa menahan rasa sakit karena seseorang yang sangat berarti dalam hidupku. Aku
memutuskan untuk pergi lagi kali ini, namun Dia tidak mengejar hanya
mengamatiku lama-lamat dari kejauhan.<o:p></o:p></span></div>
<div style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="color: #0d0d0d; mso-themecolor: text1; mso-themetint: 242;">Sore berikutnya aku memberanikan diri untuk bertemu dengan Dia dan akan
menumpahkan segala sesak yang mencekik untuk sekian lama. Sepi, tidak ada
seorangpun yang menunggu disana, Dia yang ku cari juga tidak ada. Aku
memutuskan untuk menunggu Dia, entah perasaan macam apa yang sedang bergelayut
saat ini. Khawatir, takut atau bahkan tidak peduli, aku hanya perlu menunggu
lagi dan lagi tapi dia tetap tidak datang hari itu. Entah apa yang harus aku
lakukan, aku sudah tidak tahan menahan sesak lagi. Selepas hari itu aku
memutuskan untuk tetap datang setiap senja menunggu Dia, meski aku tak tahu
harus menunggu hingga kapan.<o:p></o:p></span></div>
<div style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="color: #0d0d0d; mso-themecolor: text1; mso-themetint: 242;">Dia datang menghampiriku di suatu senja, dengan senyuman dan setangkai
mawar merah di tangan kanannya. Aku hanya terperangah, Dia yang aku tunggu
lebih dari seminggu hadir di depan mataku, namun ini tidak baik. Wajahnya
sungguh pucat pasi dan suaranya terdengar lebih parau dari terakhir kita
bertemu. Hingga akhirnya Dia duduk di sampingku dan memberikan setangkai mawar
yang selalu aku sukai dan terlelap dalam kesakitannya. Aku tidak bisa menahan
pecahnya tangis hari itu, sontak aku berteriak<o:p></o:p></span></div>
<div style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="color: #0d0d0d; mso-themecolor: text1; mso-themetint: 242;">"Ayah... Ayah ... jangan seperti ini lagi. Aku belum mulai berbicara,
aku bahkan belum memulai apapun."<o:p></o:p></span></div>
<div style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="color: #0d0d0d; mso-themecolor: text1; mso-themetint: 242;">seketika itu
tangisku semakin menjadi dan berusaha semampunya untuk memberikan yang terbaik.
Aku tidak ingin kehilangan dia untuk kesekian waktu, disaat aku telah bisa
menerima seutuhnya setelah lama dan sakit rasanya ketika di abaikan<o:p></o:p></span></div>
<div style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="color: #0d0d0d; mso-themecolor: text1; mso-themetint: 242;">Ketika sesuatu hal buruk terjadi bukan berarti memang hal buruk yang
terjadi. Kadang kita hanya perlu mengucapkan syukur kepada Tuhan atas apa yang
terjadi karena Tuhan sangat sayang kepada kita dengan memberikan keistimewaan
meski hal itu sangat menyakitkan. Tentu saja setiap orang mempunyai alasan yang
kadang tidak diketahui dan meninggalkan bekas yang sangat menyesakkan untuk
dihadapi. Padahal hal itu sebenarnya untuk kebaikan diri kita. Kadang tanpa
sadar kita hanya lebih suka memprotes keadaaan, mengapa hal ini terjadi?,
mengapa seseorang melakukan hal ini kepada kita? Tapi pernahkah kita melakukan
sesuatu hal demi kebaikan orang lain? Pernahkah kita menghargai apa yang telah
dilakukan oleh orang lain? dan apakah pernah kita melihat dengan seksama apa
yang telah dilakukan oleh orang tua terhadap kita?<o:p></o:p></span></div>
<div style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="color: #0d0d0d; mso-themecolor: text1; mso-themetint: 242;">Beberapa orang merasa orang tua yang tidak peduli, benar-benar melakukan
hal yang demikian. Namun satu hal yang pernah aku tahu, ketika Dia yang kalian
panggil Ayah ataupun Ibu tidak memiliki waktu luang untuk kalian bukan berarti
mereka tidak peduli, tapi karena mereka percaya kalian bisa melaluinya dengan
baik. Mereka merasa hanya butuh sesekali untuk memperhatikan kalian.<span class="apple-converted-space"> </span>Meskipun orang tua tidak peduli dan
memang benar-benar tidak peduli, yakinlah akan suatu hal ketika kalian
berhasil meski tidak diucapkan dan meski tidak diungkapkan dengan apapun Mereka
sangat bangga pada kalian. Terkadang memfikirkan hal yang sederhana dan selalu
berfikir positif membuat suasana hati menjadi lebih tenang.<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="color: #0d0d0d; mso-themecolor: text1; mso-themetint: 242;">Jangan pernah terlalu membuang waktu untuk membenci orang-orang disekitar.Kadang
kita hanya perlu merasa bersyukur dan tersenyum<span class="apple-converted-space"> </span>kemudian menjadikan hal-hal
menyakitkan sebagai pupuk untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Cerita ini
hanyalah sebuah ungkapan, sesakit apapun kita dengan perlakuan seseorang
terlebih orang yang sangat dekat dengan kita, selalu ada masanya untuk terlebih
dahulu memaafkan tanpa alasan.<o:p></o:p></span></div>
<div style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="color: #0d0d0d; mso-themecolor: text1; mso-themetint: 242;"><br /></span></div>
<div style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="color: #0d0d0d; mso-themecolor: text1; mso-themetint: 242;">-----------------------------------------------------------------------------------------</span></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<!--[if gte vml 1]><v:shapetype id="_x0000_t75" coordsize="21600,21600"
o:spt="75" o:preferrelative="t" path="m@4@5l@4@11@9@11@9@5xe" filled="f"
stroked="f">
<v:stroke joinstyle="miter"/>
<v:formulas>
<v:f eqn="if lineDrawn pixelLineWidth 0"/>
<v:f eqn="sum @0 1 0"/>
<v:f eqn="sum 0 0 @1"/>
<v:f eqn="prod @2 1 2"/>
<v:f eqn="prod @3 21600 pixelWidth"/>
<v:f eqn="prod @3 21600 pixelHeight"/>
<v:f eqn="sum @0 0 1"/>
<v:f eqn="prod @6 1 2"/>
<v:f eqn="prod @7 21600 pixelWidth"/>
<v:f eqn="sum @8 21600 0"/>
<v:f eqn="prod @7 21600 pixelHeight"/>
<v:f eqn="sum @10 21600 0"/>
</v:formulas>
<v:path o:extrusionok="f" gradientshapeok="t" o:connecttype="rect"/>
<o:lock v:ext="edit" aspectratio="t"/>
</v:shapetype><v:shape id="Picture_x0020_2" o:spid="_x0000_s1026" type="#_x0000_t75"
alt="Description: D:\Picture\Risar 2016\IMG_6265.JPG" style='position:absolute;
left:0;text-align:left;margin-left:345.6pt;margin-top:.95pt;width:108pt;
height:145.5pt;z-index:251659264;visibility:visible;mso-wrap-style:square;
mso-wrap-distance-left:9pt;mso-wrap-distance-top:0;mso-wrap-distance-right:9pt;
mso-wrap-distance-bottom:0;mso-position-horizontal:absolute;
mso-position-horizontal-relative:text;mso-position-vertical:absolute;
mso-position-vertical-relative:text'>
<v:imagedata src="file:///C:\Users\DIANYU~1\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image001.jpg"
o:title="IMG_6265" croptop="3308f" cropbottom="4411f" cropleft="17868f"
cropright="18834f"/>
<w:wrap type="square"/>
</v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><!--[endif]--><i><span style="color: #0d0d0d; mso-themecolor: text1; mso-themetint: 242;">Sekilas mengenalkan diri, saya Najmah Munawaroh gadis
asal Kabupaten Kendal yang lahir di Kuningan Jawa Barat pada tanggal 3 Mei
1997. Sekilas tentang saya merupakan putri sulung dari dua bersaudara yang
aktif dalam bidang kebencanaan khususnya relawan dan sedang belajar untuk bisa
produktif dalam hal menulis. Khususnya dalam menulis yang dapat menginspirasi
orang-orang.</span><o:p></o:p></i></div>
<div style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">E-mail/no
Hp/Wa : </span><a href="mailto:najmah036@gmail.com/"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">najmah036@gmail.com/</span></a></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><i>
087838815190</i><o:p></o:p></span></div>
Hamur Inspiringhttp://www.blogger.com/profile/09772530393294564042noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4414565625267809028.post-66867767632919379422017-05-25T20:51:00.002+07:002017-05-25T20:54:22.675+07:00We Are Perfectly Imperfect<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Siang ini keluarga
HAMUR regional Jakarta mengadakan <i>meet up</i>.
Sebenarnya ini kali ketiga HAMUR regional Jakarta <i>meet up</i>, tapi sayangnya nggak pernah dipublikasikan. Maka dari itu
untuk mengekalkan kisah, kami menyepakati untuk aktif merilis kegiatan setiap <i>meet up</i> HAMUR dari regional manapun, disamping kami juga
merilis kegiatan HAMUR yang berupa training dan kelas inspirasi.<o:p></o:p></span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWM6lI9YRFDCsIk7XdTZIqX0Oixx68_xf1Fx_lwkwAQu1Ctj0DTjY1nCg9DSbObKUQ0yAdg8LLBvtGZfeJPT9nfA9e5K8sXQk83wMqo-grTqXk9zxTspSpPRJgEnRl6ogf0zc16RuoS1A/s1600/1495706104492.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1108" data-original-width="1478" height="298" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWM6lI9YRFDCsIk7XdTZIqX0Oixx68_xf1Fx_lwkwAQu1Ctj0DTjY1nCg9DSbObKUQ0yAdg8LLBvtGZfeJPT9nfA9e5K8sXQk83wMqo-grTqXk9zxTspSpPRJgEnRl6ogf0zc16RuoS1A/s400/1495706104492.jpg" width="400" /></a></div>
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><i>Meet up</i> kali ini dihadiri oleh Dwita
Sabrina(jilbab merah), Dian Yuanita W (jilbab biru), Insi Nantika (rambut
panjang), dan Faiz Aditya (rambut laki, <strike>nggak jilbaban</strike>). Kami ngobrol seru,
banyak topik mulai dari kegiatan masing –
masing sampai masalah keluarga. Di sela – sela percakapan soal keluarga, Insi
berceletuk “Nggak ada orang yang sempurna.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Yap. </span></div>
<blockquote class="tr_bq" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><b><i>We
are perfectly imperfect</i></b>. Kekuasaan hanya milik Tuhan. </span></blockquote>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Buat yang sedang
mencari pasangan hidup, harus selalu sadar bahwa nggak ada hamba Tuhan yang
sempurna. Dan ketika kamu dalam usaha menemukan si dia, jangan cari dia yang
bisa menyempurnakan hidupmu. Tapi temukan dia yang bisa diajak belajar
mengarungi dan memaknai hidup. Disitulah cinta bekerja. Disitulah romantisme
kekal.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Ini obrolan
malah kemana ya. . . . . . . . <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><i>Well</i>, pokoknya <i>meet up</i> HAMUR regional Jakarta pecah
abis! Sebenarnya ada banyak anggota keluarga HAMUR yang domisili di Jakarta.
Namun karena ada ketidaksesuaian jadwal ya kali ini berempat dulu. Kuantitas
memang penting, tapi kualitas itu utama. <o:p></o:p></span></div>
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Salam dari
Jakarta!<o:p></o:p></span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;"><b><i>Jakarta, 25 Mei 2016</i></b></span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
</div>
Hamur Inspiringhttp://www.blogger.com/profile/09772530393294564042noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4414565625267809028.post-42375121022349077722017-04-03T14:46:00.000+07:002017-04-03T14:52:19.281+07:00Lentera Mungil di Sudut Kamar<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<span lang="IN" style="font-family: "times new roman" , serif; line-height: 150%;"><span style="font-size: large;">O</span></span><span lang="IN" style="font-family: "times new roman" , serif; line-height: 150%;"><span style="font-size: large;">leh : Anonim</span></span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: large;"> </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: large;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: large;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "times new roman" , serif; line-height: 150%;"><span style="font-size: large;"> Langkah kakiku
terseret bersama usia yang tak lagi muda. Menyusuri lorong gelap kehidupan
menuju transformasi kedewasaan bukanlah perjalanan ringan. Kata orang, bukan
tujuan akhir yang terpenting, melainkan prosesnya. Sejenak aku berhenti
berjalan, saat kutatap ada sebuah lentera mungil di sudut kamar entah dari mana
asalnya. Ruangan itu gelap gulita dan aku hanya sendiri di sana. Dingin tembok
nyaris membekukan hatiku hingga saat aku melihat tanganku, tak kusadari yang
kupegang bukan sebatang korek api, melainkan pisau cutter. Sejak kapan benda
itu ada di genggamanku? Kulempar jauh hingga tak nampak lagi dari pandanganku.
Sudah, cukup sudah aku mencoba melarikan diri dari luka. Kali ini lebih baik
kunyalakan lentera mungil di sudut kamarku.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "times new roman" , serif; line-height: 150%;"><span style="font-size: large;"> Perlahan api lentera itu bersinar
menerangi tiap sisi kamar. Ada cermin besar di depanku dan aku melihat sosok
asing di situ. Hati tak bisa menahan pertanyaan yang kuajukan ke pantulan
cermin, “Siapa kamu sebenarnya?” Alih-alih pantulan itu ikut bergerak, justru
dia menjawab pertanyaanku, “Aku adalah kamu.” Tiba-tiba saja jiwaku seakan
tersedot masuk ke dalam cermin besar bertepi kayu hitam itu dan kamar gelap
tadi hilang. Dari dunia cermin, aku melihat sesosok anak kecil perempuan
berusia 6 tahun tengah menangis di kolong meja sambil memakan sepiring nasi
beserta lauknya. Dia duduk sendirian saat tiba-tiba saja muncul sosok pria
berwajah garang yang membuat si anak menggigil ketakutan. Beruntunglah dia,
pria itu hanya melewatinya tanpa berkata apapun.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "times new roman" , serif; line-height: 150%;"><span style="font-size: large;"> Baru saja aku ingin menyapa anak
kecil itu, dia menghilang dalam kabut dan ruangan berpindah. Kali ini si anak
kecil itu sudah berusia 10 tahun dan berambut panjang sebahu. Dia berlari
mencari ayahnya di ruang komputer untuk bertanya, “Ayah, aku sudah mengerjakan
lukisanku, hanya tinggal mewarnai saja. Bolehkah aku istirahat sejenak untuk
sarapan? Aku sudah melukis dari pukul 06.00 dan sekarang sudah pukul 09.00. Aku
lapar, yah.” Sang ayah melotot dan berteriak, “Bocah goblok. Baru pekerjaan begitu
saja tak becus.” Si anak kecil lari ketakutan mencari ibunya di dapur dan
menceritakan apa yang baru saja ayahnya katakan. Mengetahui hal itu, ibunya
mengambil makanan dan berkata, “Sudah tidak apa-apa, Ana. Ayo, kamu lanjutkan
melukis, kan besok harus dikumpulkan biar kamu bisa juara. Nanti ibu suapin
sambil kamu tetap menyelesaikannya ya.”</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "times new roman" , serif; line-height: 150%;"><span style="font-size: large;"> Ternyata anak kecil itu bernama Ana.
Aku melihat sang ibu duduk di sampingnya dan menyuapi Ana sembari dia
menyelesaikan lukisan yang akhirnya berhasil menjuarai lomba tingkat kabupaten.
Tanpa kusadari ada setetes air keluar dari tepi mataku melihat kebesaran hati
ibu dari Ana. Lalu perlahan mereka menghilang dan kini menjelma menjadi ruang
kelas SMP. Para murid duduk sambil menyimak penjelasan sementara Ana duduk di
kursinya dengan gelisah. Bapak guru yang tengah mengajar itu tengah meletakkan
tangannya di bahu Ana dan merabanya ke punggung dan berhenti di satu tempat
yang membuat Ana merasa risih. Teman-teman Ana hanya bisa terdiam meski
sebenarnya banyak juga yang menjadi korban dari guru itu. Mereka ketakutan jika
guru itu memberi nilai jelek kalau mereka melaporkan tindakannya. Beruntunglah
Ana tetap lulus dengan nilai bagus.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "times new roman" , serif; line-height: 150%;"><span style="font-size: large;"> Kini perlahan bangku SMP berpindah
menjadi SMA dan Ana tengah duduk sendiri di kelasnya saat teman-temannya sudah
pulang. Dia tertunduk menangis takut untuk pulang, hingga sahabatnya
menghampiri dan membujuknya, “Sudah, tidak apa-apa. Jangan takut, kamu harus
pulang. Tidak apa-apa kamu harus remidi, nanti aku bantu belajar agar kamu bisa
masuk IPA seperti perintah ayahmu.” Aku melihat kejadian itu, ingin memeluk
sosok Ana yang tengah terisak. Di mata ayahnya, Ana selalu nampak kurang dan
ayahnya sering membandingkan dia dengan murid lain karena ayahnya seorang guru.
Ana sering dibanding-bandingkan dengan saudara kandungnya dan dia sering
beranggapan bahwa dia tak lebih dari bayangan kakaknya, selalu menjadi nomor
dua. Ana sempat berpikir mengakhiri hidupnya saat dia kelas 2 SMA, karena lelah
tak pernah diakui menjadi ‘cukup’ oleh ayahnya, meskipun Ana sudah berhasil
masuk kelas IPA.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "times new roman" , serif; line-height: 150%;"><span style="font-size: large;"> Masalah yang dihadapi Ana semakin membuatnya
tertekan saat dia berhasil menjadi mahasiswi kedokteran hewan di salah satu PTN
tanpa tes karena nilainya cukup bagus sebagai syarat masuk. Ternyata hal itu
masih saja mengecewakan ayahnya, hingga Ana rawat inap di rumah sakit karena
muntah darah. Penyakit maag yang dia derita sudah kronis karena stres yang dia
alami tak kunjung reda. Sang ayah menelepon Ana, “<i>Nduk</i>, ayah tak bisa menjenguk karena jauh. Besok ibu yang akan
menjemput kamu pulang. Kamu selesaikan saja administrasinya dan tak usah
melanjutkan kuliah di sana. Tak usah pikirkan masalah biaya, yang penting kamu
pulang, istirahat di rumah, dan nanti kamu daftar kuliah lagi tahun depan. Yang
penting kamu sembuh.” Mendengar itu, Ana merasa lega dan dia dijemput ibunya
pulang.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "times new roman" , serif; line-height: 150%;"><span style="font-size: large;"> Namun semua berubah total saat Ana
sudah di rumah. Ternyata apa yang ayahnya lakukan tak seperti yang sudah
dikatakan. Pada satu hari, Ana diminta duduk di ruang keluarga bersama ayah di
sampingnya dan ibu di depannya. Sang ayah berkata, “Kamu ini, sudah
sakit-sakitan, menyusahkan saja. Kamu tahu, ayah sampai berhutang untuk
membiayai kamu kuliah di sana dan membayar biaya rumah sakit. Sudah kamu tak
bisa apa-apa, tak punya apa-apa, mau jadi apa kamu nanti? Cuma bisa jadi
sampah!” Aku pun terhenyak kaget mendengar perkataan itu keluar dari ayah Ana
dan hatiku ikut sakit saat ibunya hanya tertunduk diam tanpa berbuat apapun.
Ana menangis, batinnya hancur tatkala ayahnya sendiri mencap dia sebagai
sampah.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "times new roman" , serif; line-height: 150%;"><span style="font-size: large;"> Malam itu, Ana tak mau makan dan
meminum obatnya. Dia menghubungi kakaknya dan menceritakan semuanya. Sang kakak
mencoba menghubungi ibu dan akhirnya terdengar ketukan di pintu kamar Ana. Rupanya
ibunya berusaha membujuk Ana dengan berkata, “<i>Nduk</i>, ayo makan dulu. Nanti perutmu kambuh lagi kalau tidak makan.
Besok kita jalan-jalan ke pasar ya? Ibu akan belikan apapun yang kamu minta.” Memang,
uang tak bisa membeli kebahagiaan, tetapi kita bisa memakai uang untuk membeli
barang yang bisa membuat kita bahagia. Ironis memang, tapi begitulah kisah Ana
yang terus berlanjut hingga akhirnya dia berhasil keluar dari rumah itu untuk
kedua kalinya. Dia berhasil diterima di salah satu PTN dengan jurusan berbeda
dari sebelumnya. Impian dia menjadi dokter hewan sudah kandas bersama penyakit
maag kronis yang berakar dari rasa hati yang tertekan sekian lama.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "times new roman" , serif; line-height: 150%;"><span style="font-size: large;"> Kali ini memang nampaknya perjalanan
kuliah Ana lebih mudah daripada sebelumnya. Nilai Ana memang pada awalnya
bagus, tetapi saat dia gagal mendapat IP di atas 3,5 sang ayah pun tak mau
berbicara lagi padanya. Ana yang kembali kecewa, menatap cermin besar
berbingkai kayu hitam di kamarnya dan berkata pada pantulan, “Siapa kamu
sebenarnya? Adakah kamu nyata di mata keluarga atau hanya membebani mereka
karena kegagalanmu menjadi sempurna? Sudahlah, akhiri saja semua agar mereka
bisa mengerti bahwa anak itu bukan sekedar untuk dimaki-maki, tetapi anak juga
punya hati.” Ana mengambil pisau cutter dan mulai mengukir pergelangan
tangannya. <o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "times new roman" , serif; line-height: 150%;"><span style="font-size: large;"> Aku berpikir mungkin ini akhir
cerita Ana, tetapi ternyata nyawa Ana terselamatkan saat teman sebelah kamar
memergokinya. Dia dibawa ke rumah sakit dan opnam di bangsal jiwa. Orangtua Ana
merasa terpukul karena tindakan Ana mengakhiri hidupnya. Beberapa dosen Ana
yang menjenguknya pun hampir tak percaya bahwa Ana bisa senekat itu. Dia selalu
nampak aktif di kelas dan nilainya tak seburuk apa yang ayahnya kira. Sepulangnya
dari rumah sakit, Ana justru difitnah di kostnya yang akhirnya membuat Ana
memutuskan pindah kost ke tempat yang lebih berempati. Namun tak disangka, Ana
mengulang kembali perbuatannya. Kali ini Ana mengaku dia melakukannya karena
dia mendengar ada suara di dalam kepalanya yang berkata bahwa Ana adalah sampah
yang pantasnya mati saja. Ana kembali opnam di bangsal jiwa setelah mencoba
bunuh diri dengan meminum semua obatnya. Kali ini Ana diawasi lebih ketat di
kamar terpisah dari pasien lain. Setiap hari dia selalu didampingi perawat
untuk mencegahnya melakukan tindakan berbahaya. <o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "times new roman" , serif; line-height: 150%;"><span style="font-size: large;"> Ana mencoba kabur dari rumah sakit
sehari tiga kali. Saat dokter yang menangani Ana tiba, dokter beranggapan Ana
mengalami gangguan halusinasi karena Ana berkata dia disuruh kabur dari rumah
sakit oleh suara di kepalanya. Akhirnya dokter memberikan terapi baru selain
obat minum. Setiap dua hari sekali, dokter memberikan terapi kejut listrik atau
<i>Electro Convulsive Therapy </i>(ECT) pada
kepala Ana dengan harapan bisa menata kembali memori jangka pendek yang
menyebabkan Ana mengalami halusinasi. Lima kali sudah Ana mendapat terapi itu
dan batin ibunya terkoyak setiap melihat dokter dan perawat mengelilingi tubuh
anaknya yang tengah diterapi. <o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "times new roman" , serif; line-height: 150%;"><span style="font-size: large;"> Melihat kejadian itu, aku ingin
berteriak mencoba mencegahnya, tetapi aku tak lebih dari bayangan yang
diperlihatkan kisah kelam Ana. Aku menutup mata sejenak sambil mencoba
mengambil napas dalam-dalam. Saat aku membuka mataku, rumah sakit itu sudah
hilang. Aku kembali ke kamar gelap tadi dengan ditemani lentera mungil. Aku
sudah keluar dari dunia cermin dan kini berdiri tegak di depan bayangan yang
terpantul. Sosok pantulan itu tersenyum sambil berkata, “Sudahkah kau ingat
siapa dirimu sebenarnya?” Aku yang masih mencoba menggapai udara, sulit memahami
maksud pertanyaan itu. Sebelum aku menjawab, pantulan itu kembali berkata,
“Kamu adalah aku. Kita sosok yang sama, hanya berbeda masa. Sudahkah kau
memahaminya?” Aku masih mencerna pertanyaan pantulan cermin. <o:p></o:p></span></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span lang="IN" style="font-family: "times new roman" , serif; line-height: 150%;"><span style="font-size: large;">Untuk
terakhir kalinya, pantulan itu berkata, “Jangan meratapi masa lalumu, Ana.
Semua sudah terjadi. Itu bukanlah akhir segalanya. Yang terpenting adalah kamu
mengingat bahwa dirimu tak selemah dugaanmu. Kamu tak perlu takut menatap masa
depanmu. Seperti spion, kamu boleh sesekali menengok ke belakang agar tak salah
langkah, tetapi kamu tetap harus menatap ke depan agar tak menabrak sesuatu. Ingatlah,
Ana, masa lalumu memang yang membentuk karaktermu, tetapi pilihanmu sekaranglah
yang menentukan siapa dirimu sebenarnya.” Kini aku tersenyum melihat pantulan
di cermin itu. Lentera mungil yang tadi kupegang sudah menyala di dalam hatiku
dan aku bisa melihat sebuah pintu terbuka lebar. Aku berjalan keluar dari
sebuah ruang bernama kenangan dengan nyala lembut api harapan dalam batin dan
pikiran. Aku telah menang.</span><span style="font-size: 12pt;"><o:p></o:p></span></span></div>
Hamur Inspiringhttp://www.blogger.com/profile/09772530393294564042noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4414565625267809028.post-44604173153101342072017-04-03T14:36:00.002+07:002017-04-03T14:46:56.052+07:00You Don't Know<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: large; line-height: 150%;">Oleh : Swam*)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Jika ditilik ke masa lalu, sungguh ada
suatu waktu dimana aku merasa tidak nyaman dengan kondisi rumah. Masih teringat
dengan jelas sore itu dikala bundaku menceritakan yang terjadi sebenarnya di
keluargaku. Dari perselingkuhan, hingga kata cerai seakan tingal menunggu saat
untuk keluar. Sore itu, langit sedang terguyur hujan deras. Entah ingin ikut
menjadikan suasana ruangan yang menjadi semakin sesak, atau justru menemani
tangis yang merebak keluar dari matanya dan mataku. <o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Sore
itu, aku baru kembali dari sekolah. Suatu masa yang dianggap “normal” pulang
sore karena persiapan UN. Yap, aku kelas 3 SMA saat itu. Pulang sekolah dan
lanjut les bimbel dianggap suatu kewajaran yang melanda siswa akhir kelas. Aku
berharap, sampai rumah kondisi baik-baik saja. Karena aku memang mengharapkan
suasana yang nyaman, setidaknya 3 hari sebelum UN berlangsung. Namun, jika
memang waktu menginginkan untuk menjadi berbeda, apa yang bisa kuharapkan? <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Sore
itu, langit terlihat mendung, ku naikkan tempo berjalan karena aku ingin menghindari
hujan, setidaknya saat itu aku ingin menjaga kondisi tetap fit sebelum ujian
nasional berlangsung. Saat aku pulang, rumah berada dalam kondisi sepi. Lampu
yang biasanya dinyalakan ketika mendung dibiarkan mati begitu saja. Aku mengucapkan
salam sambil membuka pintu. Kudengar jawaban salam itu sangat pelan, tidak
seperti biasanya yang cukup terdengar. Suasana sepi. Padahal biasanya aku
mendengar kicauan adikku yang bungsu dengan adikku yang nomor 2 tentang
permainan game di laptop. Aku masuk ke dalam rumah dan aku melihat bunda,
sesosok yang ku kagumi, duduk sendirian di ruang keluarga. Baru saja aku mau
bertanya kenapa , beliau langsung mengatakan “ganti baju, makan, lalu segera
kesini. Bunda mau cerita”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Dari
nada suaranya, aku tahu hal ini bukan berita baik. Aku segera naik ke lantai 2,
berjalan dengan cepat menuju kamarku karena aku tidak ingin membuat beliau
menunggu begitu lama. Entah karena memang begitu atau untuk segera tahu, alasan
yang membuat suasana dirumah menjadi tidak begitu nyaman. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Aku
mengganti baju seragam dengan baju rumah dengan tumpukan pertanyaan. Makanan
yang telah disiapkan dengan lauk kesukaanku terasa hambar dan mengganjal di
tenggorokan. Rasa lapar yang sedari tadi menghantui menjadi hilang. Hari itu
aku tidak bisa menghabiskan makan siang seperti biasanya. Aku segera
membereskan makan siangku dan menemui beliau di ruang keluarga. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Masih
teringat di ingatanku saat itu hujan mulai turun. Suasana menjadi semakin
dingin. Kuperhatikan raut muka beliau yang tidak seperti biasanya. Ada bekas
air mata di pipinya. aku tak bisa mengingat berapa lama beliau bercerita, namun
1 hal yang kuingat dari cerita waktu itu : beliau adalah wanita tangguh yang
pernah ku jumpai. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Dari
cerita beliau, aku mengetahui banyak hal. Tentang kasus perselingkuhan ayahku, aku
yang seharusnya memiliki seorang kakak bernama “dimas” , hingga kata “bercerai”
seakan sudah didepan mata. Saat itu ayahku sedang pergi dinas ke luar kota, dan
kedua adikku sedang disuruh pergi bermain. Hal ini untuk mencegah adikku
mendengar, dan menurut beliau, belum pantas mereka untuk mendengar kisah
tersebut. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Begitu
banyak cerita hingga dinding penghormatan di diriku terhadap ayah seakan
lenyap. 2 hari setelah nya, saat ayahku pulang, yang kulihat bukanlah sosok laki-laki
yang kuhormati seperti sebelum ia pergi, namun telah berubah. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Suasana
dirumah menjadi berubah. Aku menyadari diriku telah menjadi sosok yang keras
kepala , susah dibilangin, berontak, dan judes. Aku saat itu sedang bingung,
bagaimana harus menyikapi kembali sikapku? Aku dilanda kebingungan, antara menyikapi
seperti sedia kala atau justru bertahan dengan ketidak-respect ku kepada ayah.
Mengingat beliau yang telah melukai ibuku berulang kali. Aku tidak bisa
menghadapi lagi ayah seperti sedia kala. Jika beliau bicara aku cenderung
membantah. Hingga ayah jadi sering marah-marah di rumah. Apalagi jika beliau
ada masalah di kantor, pasti akan terefek dirumah hingga situasi semakin tak
nyaman. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Situasi
di rumah sungguh tidak nyaman. UN semakin dekat, 1 hari menjelang. Pikiranku
masih tak menentu. Ingin rasanya melarikan motor, menginap di rumah salah 1
teman dan melupakan semua yang terjadi. Namun ayahku yang keras tentu tidak
mengijinkan aku pergi menginap. Aku dididik seperti “pingitan”. Tidak boleh main
kemanapun. Pulang sekolah wajib pulang. Tidak boleh mampir. Masih teringat di
benakku saat aku main kerumah sahabatku saat SMP. Saat itu pulang sekolah jam
1, dan jam 3 aku sudah dijemput untuk pulang kerumah, hingga sahabatku
menjuluki orang tuaku “<i>over protective</i>”.
Jikalau bermain saja dijemput, apalagi main ke luar? Apalagi menginap? Tentu
urusan bisa menjadi lebih runyam. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Aku
stress. Situasi dirumah tak mendukung untuk belajar. Yang ada hanya
kejengkelan, marah, kecewa, sedih semua meluap menjadi 1. Aku melewati UN
dengan perasaan tidak menentu, namun aku memiliki semangat untuk membahagiakan
bunda setelah lulus. Berpegang pada semangat itu, aku bisa melewati UN dengan baik dengan nilai
rata-rata 8,3. Meski tidak sesuai dengan target awalku yang 8.5 keatas. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Seusai
UN, aku dihadapkan kebingungan melanjutkan kemana. Minatku yang ingin menjadi
guru ditentang oleh ayah. Aku hanya dihadapkan 2 pilihan oleh ayahku : masuk ke
psikologi atau pendidikan bahasa inggris dan asing. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Aku
capek. Untuk pertama kalinya aku menentang keinginan ayah. Sudah cukup saat
jenjang sekolah aku manut dengan pilihannya. Saat SD aku disuruh pindah sekolah
oleh ayah, meninggalkan banyak teman dan sahabat disana. Hanya karena ayah
menilai “kualitas” di sekolah tersebut sudah jelek. Begitu pula dengan SMP dan
SMA. Bahkan aku terpaksa meninggalkan SMA keinginanku untuk masuk ke SMA
rekomendasi ayah, hanya karena ayah menilai “kualitas”nya lebih baik dari SMA
keinginanku. Jujur saat SMA, jika orang lain berkata “masa paling indah adalah
masa SMA” maka aku berkata “Masa SMA masa paling membosankan”. Aku sering
merasa malas masuk ke sekolah saat sma, karena sekolah tersebut bukan tempat
yang aku inginkan sejak awal. Mengingat hal tersebut, aku tidak mau masuk ke
jurusan yang akhirnya membuatku malas. “aku ingin memilih jurusanku sendiri”
kataku waktu itu. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Aku
mengumpulkan beberapa lembar pamflet kuliah dan aku menemukan 1 jurusan yang
aku merasa jarang ada , yakni “sarjana keperawatan”. Aku membaca teliti dan
entah kenapa hatiku tertarik dengan jurusan tersebut. Ada 2 pilihan, luar kota
dan dalam kota. Keinginanku saat itu untuk masuk keperawatan ditentang oleh
ayah. Aku berusaha memohon sedemikian rupa dan akhirnya diijinkan dengan syarat
ambil yang di dalam kota. Ayahku meremehkan diriku yang tidak sanggup di
keperawatan. Namun, dengan semangat, belajar tekun, aku yakin bisa membuktikan
bahwa aku bisa di keperawatan, <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Aku
bersyukur saat itu mahasiswa tahun pertama diwajibkan untuk asrama selama 1
tahun. Setidaknya, aku bisa melepas dari situasi rumah yang masih terasa tak
nyaman. Aku belajar dengan tekun di asrama, dan berhasil membawa IPK 4,0 selama
3 semester. Ayahku luluh. Aku melanjutkan belajar dengan tekun dan berdoa terus
kepadaNya hingga akhirnya berhasil mendapat status cum laude di ijasah.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Ada
1 hal yang menarik perhatianku saat aku menjadi mahasiswa praktikan saat S1
dulu. Saat itu, aku masuk ke stase gawat darurat, sehingga otomatis aku jaga di
Unit Gawat Darurat (UGD) salah 1 rumah sakit yang cukup besar di daerah
temanggung. Saat itu aku sedang dinas siang, baru saja selesai operan jaga ,
sebuah mobil pick up mengklakson dengan tempo yang cukup cepat. Dugaan kami
mahasiswa praktikan dengan perawat senior sama, yakni ada pasien gawat, dan
ternyata benar. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Ada 3 pasien datang setelah mengalami kecelakaan yang cukup
hebat. Korban berumur 17, 10 dan 7 tahun. Kami dibagi oleh perawat senior untuk
menghandle pasien. Kebetulan saat itu aku dinas bertiga dengan temanku,
sehingga kami langsung dibagi 1 pasien 1.Aku dapat pasien yang berumur 17
tahun. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Secara
sekilas, tidak tampak ada luka di tubuhnya. Namun jika dilihat lebih teliti,
maka ada masalah yang lebih gawat pada pasien tersebut, yakni cedera kepala
berat dengan kemungkinan fraktur basis cranii (bagian dalam kepala). Ketika
mulutnya dibuka, tampak genangan darah
telah penuh, sehingga harus dilakukan tindakan suction, untuk menyedot
darahnya. Pasien segera dipasang monitor, dan alat ukur kadar oksigen dalam
darah. Kadar oksigen terus menurun. Tidak meningkat. Denyut jantug semakin melemah,
hingga akhirnya tidak teraba. Aku berulang kali melakukan tindakan resusitasi
jantung atau RJP , hingga akhirnya dokter memeriksa, menginstruksikan henti RJP
dan pasien dinyatakan meninggal. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Masih
teringat dalam memoriku bagaimana reaksi keluarga pasien yang dinyatakan
meninggal. Ayah pasien langsung pergi dari tempat kerjanya, si ibu meninggalkan
kegiatan memasaknya di dapur. Aku masih mengingat bagaimana raut muka dan
tangis sang ayah ketika berada di samping pasien dan bagaimana reaksi histeris
sang ibu saat anaknya telah tiada. Bahkan teriakan si ibu “<i>Owalah to le.. jare lungo sedilit kok malah lungomu adoh</i>” (owalah
to le*, katanya pergimu sebentar kok perginya malah jauh) bahkan kata-kata sang
ayah, “<i>le, iki bapakmu neng kene, tangio
le</i>” (le*, ini ayahmu sudah disini, bangunlah) sambil menepuk pundak anaknya
berkali-kali. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Hal
itu langsung menggugah ingatanku tentang kejadian saat aku kelas 3 SMA. Cerita
tentang skandal keluarga hingga situasi tak nyaman itu kembali hadir. Dan aku
merefleksikannya dengan kejadian saat itu. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Bagaimanapun beratnya situasi dalam
keluarga, yang menyebabkan dirimu pernah merasa sesak dan tidak nyaman..<o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Ingatlah bahwa orang tua itu selalu
mendoakan untuk kita, keselamatan untuk kita, dimanapun kita berada. <o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Di darahmu mengalir darahnya kedua
orang tuamu. Kau sepatutnya tidak usah membenci kedua orang tuamu karena
tindakan yang mereka lakukan. <o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Iya, tindakan yang dilakukan mereka
adalah salah. Namun jangan lupa bahwa mereka adalah orang tuamu. <o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Mungkin kau pernah membenci salah 1
sari orang tuamu, namun jangan lupa bahwa :<o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Ketika kita lahir, adzan dari ayah
lah yang membisiki kita pertama kali di dunia, <o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Air susu ibu lah yang menjadi
makanan kita pertama di dunia..<o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Ayah telah berusaha keras untuk
menafkahimu, <o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Ibu yang berusaha keras menahan
beratmu ketika mengandung..<o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Jika kau bisa merasa, mengetahui
dan menilai bahwa tindakan yang dilakukan oleh salah satu orang tuamu adalah
suatu kesalahan, maka bersyukurlah.. karena dengan begitu kau bisa menjadi
pribadi dewasa yang bijak dengan tidak melakukan hal tersebut.. <o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Jika aku merefleksikan kejadian di
UGD siang itu dengan kejadian yang lalu, contoh soal sekolah pendidikanku waktu
itu, mungkin aku bisa memahami.. bahwa mungkin orang tuaku, terutama ayah,
hanya menginginkan yang terbaik untukku… yang terbaik untuk masa depanku..<o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Jika sekarang kau bertanya padaku,
bagaimana perasaanku saat ini , terutama pada ayahku?, <o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Maka aku akan berkata , “aku
memaafkaannya, dan aku akan menghormati beliau, sekarang dan selamanya”<o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Remember, you may choose to hate
them , or one of them because of their fault and attitude. But don’t forget
that you also have a choice to forgive them and love them.<o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Maybe the time hasn’t come for you
to forgive them.. but you don’t know when the time is coming. And as soon as
the time is coming, you just can to forgive , accept, and love them. Believe
it. <o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Love, <o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Swan<o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">| Catatan
: Le : panggilan untuk anak laki-laki bagi orang jawa. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">*Nama penulis adalah nama samaran.</span></div>
Hamur Inspiringhttp://www.blogger.com/profile/09772530393294564042noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4414565625267809028.post-80632394559819295312017-02-21T11:37:00.002+07:002017-04-03T14:46:15.612+07:00Memoar Tentang Ayah<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: large; line-height: 150%;"><b> <i> </i></b><i>Oleh : Ela</i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Sejak usiaku dua tahun ayah pergi
meninggalkan Ibu dan aku. Bertahun-tahun ayah tidak pernah memberi kabar. Sejak
kecil tetangga sering bertanya padaku “Ayahmu dimana nduk ? Dikirim uang tidak
? Aku yang masih kecil hanya geleng-geleng kepala. Saat itu aku yang masih
belajar calistung , belajar iqro, bermain cim-ciman belum paham masalah yang
dihadapi Ibu. Semenjak usiaku 4 tahun dan akan menginjak bangku sekolah Ibu
mulai sering bekerja lebih berbulan-bulan. Diusia itu aku mulai sering menangis
setiap hari aku melingkari kalender. Aku mulai sadar aku tidak seperti
anak-anak yang lain yang setiap sore disuapi ibunya sambil bemain. Hal paling
membuat aku bahagia adalah saat Ibu tiba-tiba pulang bekerja dan membawakanku
stok susu. Namun saat ibu dirumah seringkali nenek dan ibu bertengkar karena
berat badanku. Ibu menganggap nenek tidak bisa merawatku dan nenek menyalahkan
Ibu karena menikah dengan laki-laki yang salah. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Sering aku melihat ibu menangis ,
melihat fotonya yang masih cantik dengan seorang laki-laki dibuku kecil bewarna
coklat. Aku mengusap air matanya dan memeluknya seraya bertanya “Ibu kenapa
menangis ?” Ibu menjawab ‘Ibu kangen ayahmu sayang” “Oh ini foto ayah,kok ayah tidak
pulang-pulang Bu,ayah dimana bu, kenapa tidak bekerja naik pohon kelapa saja
sih seperti ayahnya A dan B?” cita-citaku ingin punya ayah seorang penderas
nira. Ibu hanya geleng-geleng kepala dan menjelaskan kalau ayah tidak betah
tinggal .Setelah menanyakan itu aku terus bermain dengan teman-teman dan tidak
ingat lagi maklum anak kecil. Hal paling menyedihkan saat itu adalah saat nenek
mengantarku bermain ditengah teman-teman saat pulang Ibu tidak ada lagi di
rumah dan pergi bekerja.Kadang aku menangis sampai malam dan tak bisa tidur
nyenyak . Susu yang dibuatkan nenek rasanya beda dan aku tidak mau meminumnya. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Tanggal demi tanggal aku lingkari. Hal itu berlanjut hingga aku duduk di
sekolah dasar. Setiap pagi nenek bingung tidak bisa mengepang rambutku disitu
aku mulai merasa berbeda dengan teman-teman. Terlebih saat penerimaan rapor
kadang aku harus mengambil sendiri. Pernah aku mengajak bermain kerumah teman,
ibunya mengusirku karena temanku sedang belajar dengan ayahnya. Saat itu aku
pulang dan menangis dikamar aku merasa dunia ini tak adil padaku. Aku mulai
takut untuk bermain diluar. Saat kecil aku sangat bandel dan suka menggigit
atau mencubit kecil guru ngaji sehingga mereka kesal sampai membuatku menangis
dan tidak mau mengaji lagi. Akhirnya nenekku takut jika aku tidak bisa mengaji,
setelah lulus sekolah dasar mereka mengirimku ke pesantren. Aku marah pada Ibu
karena tidak menyekolahkanku di smp impianku. Aku menangis tidak betah di
pesantren setiap minggu aku mengirim surat ke rumah. Suatu hari di pesantren
ada yang memanggilku “Mbak ayahnya kesini tuh nungguin di depan “. Aku berlari
namun ternyata bukan Nela aku di asrama
ada yang namanya sama dan kulihat Nela yang lain yang sedang dipeluk ayahnya. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Aku merasa aku harus mencari informasi tentang
ayahku, aku harus tahu seperti apa wajahnya.Sesekali saat aku pulang aku
bertanya pada ibu nama dan asal ayahku. Ibu mejelaskan bahwa ayahku itu orang
yang multitalenta bisa membuat mebel dan kue namun pada saat usahanya
berkembang saat itu krisis moneter melanda sehingga usahanya gagal. Ayah
berasal dari sukabumi, mereka menikah disukabumi kakaknya pemilik pesantren Aku
mengajak ibu untuk berkunjung kesana namun Ibu telah lupa alamat . Dan ibu
memberiku secarik kertas berisi alamat itu. Aku membawanya ke asrama.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Di sekolah
aku dijelaskan tentang internet. Beberapa kali aku mulai menulis surat namun
beberapa kali itu tak pernah ada tanda-tanda. Sepulang sekolah aku pergi ke
warnet kutelusuri lewat google ku penasaran sampai mencari daftar nama penduduk
sekabupaten disana namun berbulan-bulan nihil. Beruntung saat itu guru TIK di
sekolah mengajariku tentang search engine juga medsos seperti ym dan facebook
untuk mencari teman dari belahan dunia lain. Saat itu otakku berandai mungkin
saja ayahku bermain facebook juga. Namun aku lelah jika terlalu sering kewarnet
aku meminta dikirim hape yang dapat mengakses internet dan Ibu mengabulkan
permintaanku .Namun dipesantren peraturannya tidak boleh membawa hape atau
dikumpulkan .Disitu kebandelanku mulai muncul saat belum khatam mengaji sudah
ingin berhenti mondok. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Tak ada seorangpun yang mengerti bahwa aku hanya
merindukan perhatian ayah yang mereka tahu hanya aku harus fokus pada
pendidikanku baik Ilmu umum maupun ilmu agama. Meski nilai ujianku seringkali
tertinggi namun aku tak pernah mendapat peringkat pertama wali kelas pernah
memanggilku dan mengatakan kamu itu anak cerdas tapi sayangnya banyak yang
lebih rajin. Jadi bagi temen-temen yang ngalami seperti ini mungkin baiknya
fokus saja melakukan yang terbaik karena ada saatnya Allah menjawab kegundahan
hati.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Senja itu mengajakku memandang
bukit-bukit hijau dan langit yang memerah. Suara adzan mendayu-dayu kuingat
setelah adzan adalah waktu yang mustajab saat itu aku memejamkankan mata
kupanjatkan doa pada dzat pencipta alam semesta. Aku mohonkan kehidupanku
seperti orang kebanyakan, dan tunjukan aku pada cita-cita yang berhasil dan
mulia. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Saat itu pengumuman kelulusan aku
dinyatakan lulus , seperti biasa tak ada yang menjadi waliku namun aku tak
sedih untuk itu. Aku hanya tidak tahu bisa besekolah lagi atau tidak. Aku ingin
sekali bisa mendapatkan pendidikan umum terbaik didaerahku nilaiku selalu
memenuhi syarat untuk masuk ke sekolah terbaik. Seringkali ada beasiswa
ditengah perjalanan namun Ibu tidak ada untuk uang gedung. Aku seperti anak
durhaka yang tega memeras keringat ibu , kebanyakan orang memandangku anak
tidak tahu diri karena keinginan sekolah yang dianggap tinggi. Ibuku kembali
memasukanku kesekolah agama. Itu tidak masalah bagiku karena aku pernah lihat
siswa sekolah itu ada yang ditrima di PTN favorit . Aku kembali bersekolah
disana namun lagi-lagi aku menjalaninya dengan setengah hati . Kalau disana
memang harus mondok lagi , ya aku senang sekali mondok disana yang terasa
sekali keshalihahan Ibu nyai saat menungguiku sholat berjama’ah . Namun sayang
tidak sampai selesai Ibuku tak sanggup mengirimiku uang. Terkadang aku masih
berandai jika hanya sekolah mungkin tak begitu memberatkan bagi Ibu. Orang lain
mungkin ada yang berpandangan bahwa ketidak punyaan hanyalah alasan . Namun
kenyataanya saya pernah mengambil singkong dari kebun untuk dijual dan untuk
membeli buku-buku sekolah. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: large; text-indent: 12pt;">Singkat cerita
aku telah duduk dibangku kelas sebelas mulai SMP aku hanya iseng mencari
data-data penduduk warga daerah asal bapakku. Namun tak membuahkan hasil ,
hingga pada akhirnya kutemukan sebuah fanspage sebuah yayasan di rawasalak aku
mencoba mengubungi adminnya. “Assalamu’alaikum Kakak saya baca profil disini
informasinya benar ya “ “iya ada yang bisa dibantu Teh?” saya mencoba mengkorek
informasi tentang yayasan tersebut dari nama pengasuhnya kemudian saya
mencocokan dengan cerita dari ibu ternyata banyak kesamaan. Keesokannya aku
meminta no tlp pengasuh yayasan tersebut, dan mencoba mengontak nomor itu namun
tidak diangkat hingga aku meninggalkan pesan singkat yang menanyakan
keshahihannya dan menjelaskan maksud . Kira-kira Jam 5 sore beliau baru
menelpon saya dan mengatakan sayang kamu kelas berapa sekarang tinggl dimana ?
betapa saat itu aku terasa lega sekali saat aku dihubungkan pertama kali
mendengar suara Pakde dan dihubungkan dengan bapak . Pakde menyuruhku untuk
berkunjung kesana dan mengirimku sejumlah uang. Aku didampingi pak likku
berkunjung kesana. Pertama kali kesana terasa kaget. Ayahku hampir memelukku
namun bagiku ia sangat asing perasaanku campur aduk namun dalam hati ini sulit
sekali untuk membencinya. Aku hanya menuntut pertanggung jawaban kepada Ibu
yang selama ini berjuang sendiri, yang hancur hatinya belasan tahun karena
keegoisan laki-laki.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: large; text-indent: 12pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: large; text-indent: 12pt;">Ibuku pernah
bercerita adik ayah alias tante selalu menghina Ibuku yang dari jawa yang menurutnya
kulitnya tak sebersih wanita sunda.Menurut aku ini semua adalah ketidak adilan
bagi Ibuku dan aku sampaikan pada mereka jika kalian tidak setuju ibuku menjadi
bagian dari keluarga kalian kenapa kalian biarkan ini semua terjadi. Alasan
apapun kalian telah berbuat salah dan menyalahi .</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: large; text-indent: 12pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: large; text-indent: 12pt;">Malam itu aku
berada diasrama putri berbagi rasa dengan mereka , ternyata banyak diantara
mereka yang mengalami hal yang sama bahkan ayah mereka melakukan tindak
kekerasan. Banyak diantara mereka yang tidak mengenyam pendidikan lanjut. Aku
hanya membatin disana. Mencoba memaknai segalanya . Termasuk merenungkan
kesakralan sebuah pernikahan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: large; text-indent: 12pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: large; text-indent: 12pt;">Aku dipanggil Pak De aku diajak ke sebuah
tempat. Di perjalanan aku dikisahi tentang kehidupan kami yang hampir mirip ,
namun beliau berhasil seperti sekarang. Disana aku diberi banyak nasehat
kehidupan “Nak hati kamu boleh hancur merasa tidak diberi kehidupan seperti
orang lain namun anak2 kamu nanti yang akan memetik usaha kamu.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: large; text-indent: 12pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: large; text-indent: 12pt;">Aku ditanya
ingin menjadi apa nanti jika dewasa , Aku yang saat itu masih Abege dan nurut
apa kata guru bilang saja “Ingin jadi ahli ekonomi yang bekerja di BI atau
bursa efek atau menjadi arsitek” karena suka menggambar .Pakde tersenyum , dan
mengamini cita-citaku, kamu tak ingin bisa membaca kitab2 arab saja nak ?” aku
geleng kepala.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 12.0pt; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-size: large;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; line-height: 150%;"> </span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;"> </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-size: large;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; line-height: 150%;">Sesampainya ditempat itu lagi-lagi
aku diceritai tentang sejarah keluarga kami. Dan dipertemukan dengan Teh Nunung
Afifah santriwati cantik admin fanspage yang selama itu jadi teman chat kamipun
berpelukan. </span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;">Aku sekarang adalah mahasiswi di
sebuah PTN di Jogja yang berjuang untuk menjadi insan yang menebar manfaat di
muka bumi ini. Aktivitasku kuliah dan berorganisasi .</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-size: large;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; line-height: 150%;">Haiii anak Indonesia hormati ayah
ibu , gapai citamu , semakin muda semakin luas kesempatanmu ~ saya. </span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;">Menjadi apapun wanita entah berkarir atau
menjadi Ibu rumah tangga wanita wajib berpendidikan tinggi karena dari wanita
cerdas akan lahir generasi cerdas ~ Dian Sastro Wardoyo</span></span></div>
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
Hamur Inspiringhttp://www.blogger.com/profile/09772530393294564042noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4414565625267809028.post-38398792880804587362017-02-21T11:14:00.000+07:002017-04-03T14:46:26.920+07:00Sebuah C(d)erita<div class="MsoNormal" style="text-align: center; text-indent: 0.5in;">
<span lang="IN" style="line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 12.0pt;"><i>Oleh : Syauqy*</i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<span lang="IN" style="line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 12.0pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<span lang="IN" style="line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 12.0pt;">Namaku Syauqy. Aku bekerja sebagai karyawan di sebuah cafe di
kota Yogyakarta. Baru 6 bulan aku
bekerja di sana, dan baru 7 bulan pindah dari kampung halamanku, yaitu
kota Lamongan. Aku tidak punya banyak teman di sini. Hanya pegawai cafe yg
menjadi temanku di kota ini. Ditambah beberapa teman les Bahasa inggrisku. Aku
tidak tahu kenapa aku tertarik untuk menulis cerita ini. Mungkin karena aku
lelah memendamnya sendiri. Mungkin juga karena aku kurang kerjaan di sini. Atau
mungkin aku memang ingin menyatakan kalau orang sepertiku tidak pernah sendiri.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<span lang="IN" style="line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 12.0pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<span lang="IN" style="line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 12.0pt;">Sama seperti kalian, aku punya keluarga. Aku punya Bapak,
Ibu, Saudara, aku punya mereka semua. Namun keluargaku yg sekarang tidak
seperti keluargaku yg dahulu. Keluargaku sekarang adalah keluarga yg baru di
mana aku masih belajar untuk benar-benar mencintai mereka. Lantas apa yg
terjadi dengan keluargaku yg dulu..?? Inilah yg akan aku ceritakan kepada
kalian. Sebuah kisah tentang keluargaku yg penuh dengan c(d)erita.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<span lang="IN" style="line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 12.0pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<span lang="IN" style="line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 12.0pt;">Desember 2003, aku masih kelas 5 SD waktu itu. Aku sering
melihat kedua orang tua kandungku bertengkar dalam rumah. Pada saat itu aku
masih belum mengerti apa yg membuat mereka sering bertengkar. Setiap
pertengkaran pasti di akhiri dengan tangisan di wajah ibuku. Aku yang masih kecil
hanya bisa memeluk ibuku agar tangisnya mereda. Pertengkaran demi pertengkaran
terjadi hampir setiap hari dirumah. Sampai pada akhirnya peristiwa itu terjadi.
Di penghujung bulan Desember Bapak pergi dari rumah meninggalkan kami. Tanpa
sebab yg pasti, tanpa kabar, dan tak bisa di hubungi. Dia pergi begitu saja
meningalkan kami. Seolah olah dia tidak akan pernah kembali lagi. Ibu sampai
harus banting tulang untuk menafkahi anak-anaknya. Mulai dari menjahit sampai
jualan jajanan pasar di sekolahan. Yaa itulah Ibuku, perempuan paling luar
biasa dalam hidupku.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<span lang="IN" style="line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 12.0pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<span lang="IN" style="line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 12.0pt;">April 2004, setelah beberapa bulan kami di tinggalkan bapak, tiba-tiba
ada kabar kalau bapak sudah pulang. Namun dia tidak pulang ke rumah kami,
melainkan pulang ke rumah Pakdhe. Salah satu keluargaku meminta ibuku untuk
menemui Bapak. Pada awalnya ibu tidak mau untuk menemuinya. Mungkin karena sudah
terlanjur sakit hati yang teramat sangat jadi beliau tidak mau menemuinya.
Namun ibu bukanlah orang yg hanya mementingkan egonya saja. Beliau masih
memikirkan anak-anaknya. Beliau sadar bahwa anak-anaknya masih membutuhkan
sosok bapak dalam kehidupan mereka.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<span lang="IN" style="line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 12.0pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<span lang="IN" style="line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 12.0pt;">Dengan berat hati ibu pun akhirnya menemui bapak. Di rumah
Pakdhe kembali aku melihat mereka bertengkar. Aku mulai mengerti kenapa mereka
bertengkar. Bapak sampai memukul kaca meja hingga pecah. Ibu hanya menangis
sambil bersandar pada tembok. Aku benar-benar kasihan dengan Ibu. Padahal Ibu
yg menggantikan tugas bapak ketika Bapak meninggalkan kami. Namun kenapa Ibu
tidak pernah benar di mata Bapak. Sampai akhirnya pertengkaran itu selesai dan
hasilnya adalah kami sekeluarga harus pindah ke kampung halaman Bapak.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<span lang="IN" style="line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 12.0pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<span lang="IN" style="line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 12.0pt;">Januari 2006, saat itu aku sudah kelas 2 SMP. Hampir setiap
malam aku bermain dengan teman-temanku. Aku sering sekali pulang larut malam.
Namun malam itu aku tidak punya keinginan untuk bermain di luar. Aku lebih
memilih menonton tv sampai larut malam. Saat itu jam sudah menunjukkan pukul 1
dini hari, aku mendengar kedua orang tua ku kembali bertengkar di dalam kamar.
Tak lama setelah mereka mulai bertengkar, Ibu keluar kamar dan keluar rumah, di
ikuti Bapak di belakang nya sambil membawa parang. Waktu itu, aku melihat hal
yg mengerikan terjadi. Bapak sudah berniat ingin menggorok leher ibuku. Aku
hanya bisa diam tanpa berbuat apa-apa. Sampai akhirnya Mbak menangis ketakutan
melihat hal tersebut. Seandainya Mbak tidak menangis waktu itu mungkin Bapak sudah
benar-benar menebas leher Ibuku.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<span lang="IN" style="line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 12.0pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<span lang="IN" style="line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 12.0pt;">Akhirnya Ibu memilih untuk pulang kekampung halamannya.
Dengan menggendong adikku beliau di antar oleh Mas. Sejak saat itu aku mulai
berpikir, apakah ini benar-benar keluargaku? Jika ini yang namanya keluarga,
kenapa Bapak setega ini melakukan hal tersebut kepada Ibu? Sebuah pertanyaan yang
hingga saat ini pun belum terjawab. Aku sadar banyak sekali keretakan dalam keluargaku
dan aku hanya bisa diam waktu itu. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<span lang="IN" style="line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 12.0pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<span lang="IN" style="line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 12.0pt;">Agustus 2007, kami pindah kembali ke rumah kami yg lama. Aku
jarang sekali melihat mereka bertengkar. Namun, aku masih sering melihat wajah
Ibuku yg tertekan seperti mendapat banyak masalah, yang aku sendiri pun tidak
tahu itu apa. Keadaan semakin memburuk
dengan Bapak mulai jarang pulang. Kadang 2 hari sekali baru pulang. Kadang juga
4 hari sekali baru pulang. Semakin hari ibu semakin tertekan. Hal ini mungkin karena
banyak tamu yg datang ke rumah untuk mencari bapak. Sehingga ibu kerepotan
menghadapi mereka. Karena bapak tidak pernah di rumah ketika tamu-tamu itu
datang.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<span lang="IN" style="line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 12.0pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<span lang="IN" style="line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 12.0pt;">Hampir setiap pekan rumah kami selalu kedatangan tamu, mereka
mencari Bapak. Sebagian ada yg memasang wajah menakutkan. Sebagian lagi ada yg
masih sedikit sopan. Aku tidak tahu ada urusan apa mereka mencari bapak.
Setelah tamu-tamu itu pulang aku selalu melihat ibuku mengelus dada dan menahan
air matanya. Di dalam benakku, aku selalu bertanya-tanya, apa yg sebenarnya
terjadi dengan keluargaku. Kenapa ibu selalu sedih dan tertekan? Kenapa Bapak
jarang pulang? Dan, apa yg sudah di perbuat Bapak hingga dia selalu di cari
orang?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<span lang="IN" style="line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 12.0pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<span lang="IN" style="line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 12.0pt;">Maret 2008, hari itu adalah hari paling suram dalam hidupku
dan keluargaku. Semua masih jelas terekam dalam memoriku. Aku masih ingat betul
bagaimana ibu membangunkan aku di waktu shubuh. Beliau menyuruh ku untuk sholat
dan mengaji di masjid. Namun siapa sangka, perintahnya itu adalah perintah
terakhir dari beliau untukku. Waktu itu ibu ku hamil sekitar 7 bulan. Aku dan
saudara-saudaraku tahu kalau ibu sedang tidak enak badan. Saat itu pukul 06.00
pagi, mbak membangunkan beliau. Lalu kami melihat hal yang benar-benar tidak
terduga terjadi. Ibu tidak sadarkan diri. Beliau tidak mau bangun. Dari mulut
beliau keluar busa. Mbak berteriak-teriak histeris sampai satu persatu tetangga
datang dan ibu langsung di bawa ke rumah sakit. Aku hanya bisa menangis tak
berdaya melihat beliau yg seperti itu. Kenapa ibuku harus mengalami hal seperti
itu? Aku hanya menangis dan tidak mempedulikan orang-orang yang sibuk berlalu
lalang di depanku. Aku hanya menangis, menangis sejadi jadinya. Aku tak sanggup
melihat beliau yg sedang hamil tua mengalami hal yg mengerikan seperti itu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<span lang="IN" style="line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 12.0pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<span lang="IN" style="line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 12.0pt;">Aku menunggu kabar di rumah. Aku tidak ikut ke rumah sakit.
Aku hanya di rumah berharap semuanya baik-baik saja. Sampai akhirnya ada
nenek-nenek masuk rumah sambil menangis. Beliau berbicara kepadaku “ ibu mu wes
ra ono naaak’’. Bagai disambar petir aku mendengarnya. Yah, ibu meninggal,
bersama bayi di kandungannya. Ibu meninggal bersama calon adikku yg sudah lama
kami nanti kan kelahirannya. Ibu meninggal. Dan ironisnya bapak ku tidak di
rumah waktu itu. Sudah 3 hari dia tidak pulang. Ketika pulang istrinya sudah
tiada.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<span lang="IN" style="line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 12.0pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<span lang="IN" style="line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 12.0pt;">Satu hal yang baik ketika ibuku meninggal adalah beliau tidak
lagi merasakan sakit hati karena Bapak. Tapi kadang aku juga merasa menyesal.
Kenapa bukan Bapak yang selalu melukai Ibu saja yg meninggal? Kenapa harus Ibu?
Aku kasihan dengan adikku yg masih kecil. Dia harus kehilangan ibunya di saat
dia benar-benar masih membutuhkan kasih sayang seorang Ibu. Bahkan aku belum
sempat mencium tangan beliau untuk yang terakhir, untuk mendapatkan doa agar di
beri kelancaran dalam menghadapi UAN. Aku mencintaimu ibu, maafkan aku.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<span lang="IN" style="line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 12.0pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<span lang="IN" style="line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 12.0pt;">3 bulan setelah kematian ibu, Bapak menikah lagi. Walaupun
aku dan saudaraku mengisyaratkan ketidaksetujuan, namun Bapak tetap ngotot ingin
menikah lagi. Pada akhirnya beliau tetap menikah meski kami anak-anaknya tidak
menyetujuinya. Mungkin karena tidak mendapat restu dari anak-anaknya, pernikahan
tersebut hanya bertahan 2 tahun saja. Mereka bercerai dan kondisi keluarga kami
justru bertambah buruk. Hubungan Bapak dengan Mas semakin renggang. Ditambah Mbak
sudah tidak lagi di rumah karena ikut suaminya ke Kalimantan. Adik ku juga
masih kecil. Keluarga kami tidak bertambah baik setiap hari, malah sebaliknya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<span lang="IN" style="line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 12.0pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<span lang="IN" style="line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 12.0pt;">Januari 2011, akhirnya puncak kekacauan pun kembali terjadi. Bapak
meninggalkan kami lagi. Situasi semakin kacau. Aku harus keluar dari pondok
karena tidak bisa membayar. Bahkan sekolahku juga hampir saja tidak aku
lanjutkan. Namun pada akhirnya, aku bisa sekolah lagi berkat suami mbak ku yg berbaik
hati untuk membiayai sekolahku. Dan sedikit-sedikit mas ku juga ikut membantu.
Sampai aku lulus sekolah, aku pun ingin lamgsung bekerja saja. Walaupun pada
awalnya aku ingin melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi. Namun, aku harus
mengurungkan niatku karena aku tak mau lagi menjadi beban bagi
saudara-saudaraku.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<span lang="IN" style="line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 12.0pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<span lang="IN" style="line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 12.0pt;">Pada awalnya aku bekerja di pabrik kayu, lokasinya di kota
Gresik. Namun aku hanya bertahan 2 tahun saja karena aku di PHK. Lalu aku
bekerja sebagai penjaga warung kopi di surabaya. Cukup lama aku kerja di sana.
Sekitar 3 tahun 4 bulan. Selama itu, aku merasa sudah tidak punya orang tua
lagi. Selama itu aku hidup hanya untuk diriku sendiri. Yang ada di pikiranku saat
itu hanyalah senang-senang saja. Aku tidak punya yg namanya simpanan. Uangku
habis hanya untuk senang-senang. Aku tidak punya tujuan, apalagi cita-cita. Aku
seperti kehilangan akal sehat waktu itu. Namun itulah wujud frustasiku yg tak
lagi memiliki keluarga. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<span lang="IN" style="line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 12.0pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<span lang="IN" style="line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 12.0pt;">Agustus 2015, tiba-tiba aku mendapat kabar tentang keberadaan
Bapak. Waktu itu Mas sendiri yg bilang dimana dia berada. Jujur, aku bingung
apa yg harus aku lakukan. Sampai akhirnya aku teringat nasehat dari guruku yg
sekaligus teman Bapak. “<i>Nak, yaopo-yaopo
kui tetep bapakmu, getihne ngalir ning awakmu. Daging e nempel ning awakmu</i>”
(Nak, mau bagaimanapun beliau tetap Bapak kamu. Darahnya mengalir dalam tubuhmu
dan dagingnya menempel di tubuhmu juga). Lalu, aku pun memutuskan untuk
menemuinya. Tapi tidak sekarang, aku butuh waktu untuk mempersiapkan diri.
Termasuk menghubungi dia sebelum kami benar-benar bertemu kembali setelah
sekian lama berpisah. Itu yg aku pikirkan waktu itu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<span lang="IN" style="line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 12.0pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<span lang="IN" style="line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 12.0pt;">30 desember 2015, aku dan teman-temanku mengadakan <i>touring</i> bersama untuk merayakan tahun
baru di Yogyakarta. Kami berangkat sehari sebelumnya. Aku sudah bilang kepada
mereka kalau tujuan utamaku bukan tahun baru, melainkan urusan keluarga. Dan
aku bersyukur mereka benar-benar memahami masalahku. Sore itu aku sudah sampai
di tempat yang di janjikan. Sebelum berangkat aku memberi kabar kepada Bapak
kalau aku akan pergi ke Jawa Tengah. Kami pun sepakat untuk bertemu di dekat
Candi Mendut. Aku hanya menunggu sekitar 10 menit. Lalu bapak pun datang. Dia
memelukku sambil menangis. Dan di belakangnya ada ibu-ibu, yg ternyata adalah
istrinya Bapak. Ibu tiriku. Jadi Bapak sudah menikah lagi. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<span lang="IN" style="line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 12.0pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<span lang="IN" style="line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 12.0pt;">Aku pun diajak kerumah. Di dalam rumah aku benar-benar
menahan emosi ku yang sudah bergejolak. Bapak bercerita panjang lebar dan meminta
maaf untuk semua yang sudah terjadi. Ibu tiriku pun memintaku untuk memaafkan Bapak.
Ibu tiriku sungguh baik. Aku bersyukur karena Ibu tiriku mau menerima aku dan
saudara-saudaraku. Terutama adikku. Aku benar-benar bersyukur karena dia tidak
membeda bedakan kami. Pada awalnya sangat sulit bagiku untuk memaafkan. Namun,
aku berpikir, kenapa aku sulit memaafkan padahal Allah yg Maha Kuasa itu selalu
memaafkan hambanya yang mau bertaubat. Bapak sudah berupaya memberikan yang
terbaik selama masih bersama kami. Tapi, kami masih belum memberikan yg terbaik
untuk Bapak. Aku belajar untuk ikhlas dan memaafkan segala kesalahan Bapak
kepadaku dan saudara-saudaraku. Karena, jika yang terjadi adalah sebaliknya, Bapak
pasti ikhlas memaafkan setiap kesalahan anak-anaknya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<span lang="IN" style="line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 12.0pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<span lang="IN" style="line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 12.0pt;">Sekarang akupun tinggal bersama mereka, keluarga tiriku. Aku
kerja di Jogja dan mereka tinggal di Magelang. Seminggu atau dua minggu sekali
aku pulang untuk menengok mereka. Walaupun bukan keluarga kandungku, tapi
keluarga tetaplah keluarga. Dan aku cukup senang karena aku telah memiliki
keluarga lagi walaupun tidak seperti keluarga kandungku yg dulu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<span lang="IN" style="line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 12.0pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<span lang="IN" style="line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 12.0pt;">Itu lah ceritaku. Mungkin bukan cerita yg menarik. Mungkin
juga bukan cerita yg bagus. Tapi aku cukup lega karena sudah bisa
menceritakannya kepada kalian. Setidaknya, aku tidak lagi menyimpannya untuk
diriku sendiri. Setidaknya aku membaginya bersama kalian. Aku mengalami itu
semua mungkin agar aku dipertemukan dengan kalian semua khususnya keluarga
HAMUR. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<span lang="IN" style="line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 12.0pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<span lang="IN" style="line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 12.0pt;">Percayalah, kadang hal paling buruk itu harus terjadi agar
semuanya bisa lebih baik lagi. Karena apa yang kita inginkan, itu tidak
selamanya apa yg kita butuhkan. Aku menginginkan keluarga yg harmonis seperti
kebanyakan orang. Tapi pada kenyatannya itu tidak terjadi. Justru aku bersyukur
karena aku dari keluarga seperti itu. Karena semua kejadian yg aku alami
benar-benar membantu ku untuk menjadi lebih dewasa di usia yg masih muda. Aku
pernah di tinggalkan, tapi aku tidak pernah ingin meninggalkan. Itulah janjiku
pada diri ku sendiri ketika aku berkeluarga nanti.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="margin-bottom: 10.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: center; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<i><span lang="IN" style="line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 12.0pt;">“Bersabarlah, karena hal baik akan datang untuk mereka
yg mau menunggu dan berusaha sekaligus
berdo'a”</span></i></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="margin-bottom: 10.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: center; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<br /></div>
Hamur Inspiringhttp://www.blogger.com/profile/09772530393294564042noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4414565625267809028.post-61041290440510922502016-12-22T14:03:00.000+07:002018-03-27T12:28:35.194+07:00HAMUR at Glance<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-size: large;"><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; line-height: 150%;">Komunitas Inspirasi HAMUR selanjutnya disebut HAMUR adalah
komunitas yang mewadahi <i>survivor broken home</i> </span></span><span style="font-size: medium;"><span style="font-size: 17.3333px;">(sebutan bagi anak – anak dari keluarga bercerai) </span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 13pt;">dengan sasaran remaja dewasa.
Anggota kami saat ini (Maret 2018) berjumlah 120 orang yang tersebar di
seluruh Indonesia. Kegiatan kami terdesain dalam 2 agenda yaitu kegiatan formal
(training dan kelas inspirasi) dan kegiatan non formal (anjangsana, kunjungan,
dan lainnya).</span></span></span><br />
<span style="font-size: medium;"><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 13pt;"><span style="font-size: large;"></span><span style="font-size: small;"></span><span style="font-size: large;"></span><br /></span>
</span><br />
<div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-size: large; line-height: 150%;">Training HAMUR terdiri atas : Leadership, Public Speaking,
dan Writing.</span><span style="line-height: 150%;"></span></span></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-size: large; line-height: 150%;">Kelas Inspirasi HAMUR
terdiri atas : Inspirasi Berprestasi, Inspirasi Parenting, dan Inspirasi
Wirausaha. </span><span style="line-height: 150%;"></span></span></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<span style="font-size: medium;"><br /></span></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-size: large; line-height: 150%;">Semua kegiatan di atas
dilakukan secara berkala setiap satu sampai dua minggu sekali dengan
mendatangkan pembicara dan trainer yang berkompeten. Sejauh ini kegiatan yang
bersifat tatap muka dilangsungkan di Jogja sebagai Kota Kelahiran HAMUR. Untuk
anggota keluarga HAMUR yang berada di luar Jogja diberikan fasilitas berupa
kelas - kelas inspirasi dan duskusi yang kami langsungkan secara online.</span><span style="line-height: 150%;"></span></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; line-height: 150%;"><span style="font-size: large;"></span><br /></span></div>
<div class="Default" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-size: large; line-height: 150%;">HAMUR diinisiasi oleh Dian Yuanita Wulandari (<i>founder</i>) bersama dua sahabatnya Nofendianto Rahmaan (<i>co-founder</i>) dan Abdul Jalil (<i>co-founder</i>) pada Februari 2015. Latar
belakang HAMUR didirikan yaitu semakin maraknya tren perceraian orangtua yang
kemudian menyisakan beberapa <i>hal</i> pada anak. Bagi anak – anak yang mampu
menerima keadaan dengan baik maka akan mampu <i>survive</i> bahkan melesat dengan
sangat cemerlang. Sedangkan beberapa anak – anak yang lain mungkin masih dalam
taraf salah pergaulan sehingga masih banyak masyarakat yang melabeli anak –
anak dari keluarga bercerai memiliki masa depan yang suram.</span></div>
<div class="Default" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-size: large;"></span><br /></span></div>
<div class="Default" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-size: large; line-height: 150%;">Visi misi kami adalah mewadahi para <i>survivor
broken home</i> dengan
kegiatan positif untuk nantinya menjadi sosok yang semakin inspiratif dan
kontributif. Sangat banyak, <i>survivor </i>yang rendah diri dengan takdir keluarganya
yang bercerai. Mengecam hidupnya sendiri, seolah dialah yang hanya punya
masalah sehingga tidak bergairah dalam menjalani kehidupan.</span></div>
<div class="Default" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-size: large;"></span><br /></span></div>
<div class="Default" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-size: large; line-height: 150%;">Berasal dari keluarga bercerai adalah suatu anugerah. Sungguh, anugerah.</span></div>
<div class="Default" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-size: large; line-height: 150%;">Namun, bukan berarti justru kami pro terhadap perceraian. Bukan. </span></div>
<div class="Default" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-size: large;"></span><br /></span></div>
<div class="Default" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-size: large; line-height: 150%;"><b>Dengan menghadapi masalah keluarga yang lebih pelik dari orang lain,
kami terbiasa untuk berkali – kali lipat lebih kuat, berkali – kali lipat lebih
tangguh, berkali – kali lipat lebih sabar. Derasnya air mata yang mungkin saja
selalu mengiringi perjalanan hidup para survivor boleh saja terjadi. Tapi
itulah yang kemudian membentuk mentalnya menjadi pejuang hidup yang ulung.</b></span></div>
<div class="Default" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-size: large;"></span><br /></span></div>
<div class="Default" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="line-height: 150%;"><span style="font-size: large;"><span style="font-size: 17.3333px;">Selama dua tahun berjalan sudah banyak yang kami jalankan. Sengaja tidak mengekspos ke media lebih </span><i style="font-size: 17.3333px;">exposure </i><span style="font-size: 17.3333px;">karena kami ingin fokus pada peningkatan kapasitas internal. Selanjutnya jadilah blog ini sebagai saksi dan pengekal cerita perjalanan kami. Tentu kami berharap blog ini mampu menjadi sumber inspirasi bagi para pembaca.</span></span></span><br />
<span style="font-size: medium;"><span style="font-size: large;"><span style="line-height: 150%;"><span style="font-size: 17.3333px;"><br /></span></span>
<span style="line-height: 150%;">Di HAMUR, kami tidak hanya melakukan kegiatan training dan kelas
inspirasi yang sudah terjadwal. Kami juga mengikuti beberapa lomba,
mengaplikasikan ilmu dari training dan kelas inspirasi, menjadi subyek
penelitian, melakukan kolaborasi dengan berbagai komunitas, dan masih banyak
lagi. Kami bukanlah komunitas yang melankolis meski kami seluruhnya dari
keluarga bercerai.</span></span></span><br />
<span style="font-size: medium;"><span style="font-size: large;"></span><br /></span></div>
<div class="Default" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-size: large; line-height: 150%;">Mengutip pernyataan seorang<i> survivor broken home</i>, Marthella Roidatua
Sirait, <i>“<b>Why we should be broken twice</b>?” </i>Untukmu yang senasib dengan kami, berbesar hati dan berbanggalah karena Tuhan memilihmu untuk menjadi yang lebih kuat dari lainnya 💗</span></div>
<div class="Default" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-size: large;"></span><br /></span></div>
<div class="Default" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="line-height: 150%;"><span style="font-size: large;"><b>HAMUR</b>,</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
</div>
<div class="Default" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-size: large; line-height: 150%;"><b>karena keluarga begitu berharga.</b></span></div>
<div class="Default" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="line-height: 150%;"><span style="font-size: large;"></span><br /></span></div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgjeBdTB_xFYF26LMqJNfVdNFCnIGfv27nRo2c9sKcLx2_8yaT10kmuCbsBGmluWr4DidyOq_OxORQOjZB6_6sfbNNwZ9VcviwDC94Domb-amGoF4qL98tk2nSGpy5Gw50OMdj32szrmRk/s1600/15267522_1425876927431357_9179314536792465518_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><span style="font-size: large;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgjeBdTB_xFYF26LMqJNfVdNFCnIGfv27nRo2c9sKcLx2_8yaT10kmuCbsBGmluWr4DidyOq_OxORQOjZB6_6sfbNNwZ9VcviwDC94Domb-amGoF4qL98tk2nSGpy5Gw50OMdj32szrmRk/s320/15267522_1425876927431357_9179314536792465518_n.jpg" width="320" /></span></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-size: large;">Nofendianto Rahmaan (<i>co-founder</i>)</span></td></tr>
</tbody></table>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9dg3tradOq6vqzRokIwAq7bMCgAG3eWlMh-zoy0e9xkUSo6R8KeF9BKFdm0GDnAvqvoehmgh-3Q2OSOJtfykElnrcL5Nqymw3jg_LU6AkebZG7QJfpSTTw0oEe2I_GLIAUbpcKnLdwjQ/s1600/85241.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><span style="font-size: large;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9dg3tradOq6vqzRokIwAq7bMCgAG3eWlMh-zoy0e9xkUSo6R8KeF9BKFdm0GDnAvqvoehmgh-3Q2OSOJtfykElnrcL5Nqymw3jg_LU6AkebZG7QJfpSTTw0oEe2I_GLIAUbpcKnLdwjQ/s320/85241.jpg" width="179" /></span></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-size: large;">Dian Yuanita Wulandari (<i>founder</i>)</span></td></tr>
</tbody></table>
<div class="Default" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-size: medium;"><span style="font-size: large;"></span><br /></span>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgl6TynYy-1bwuUCJHeIHOoqUVpbvMCH6NK3P_bQd_kVQtmItHo9UfiVU7MiGr-HgUS0xAmShFy85nG_wCBAXx4BLcbNTVslfl03TLlcHvU3AtmLsceLWtCbBGf2a92Aa4VfQ0BHIHprvM/s1600/10806216_916448588395456_1825013720418480205_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><span style="font-size: large;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgl6TynYy-1bwuUCJHeIHOoqUVpbvMCH6NK3P_bQd_kVQtmItHo9UfiVU7MiGr-HgUS0xAmShFy85nG_wCBAXx4BLcbNTVslfl03TLlcHvU3AtmLsceLWtCbBGf2a92Aa4VfQ0BHIHprvM/s320/10806216_916448588395456_1825013720418480205_n.jpg" width="320" /></span></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-size: large;">Abdul Jalil (<i>co-founder</i>)</span></td></tr>
</tbody></table>
<span style="line-height: 150%;"><span id="goog_1736588047"></span><span id="goog_1736588048"></span><span style="font-size: large;"></span><br /></span></div>
<div class="Default" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="line-height: 150%;"><span style="font-size: large;"></span><br /></span></div>
<div class="Default" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-size: 13.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"><span style="font-size: large;"></span><br /></span></div>
Hamur Inspiringhttp://www.blogger.com/profile/09772530393294564042noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4414565625267809028.post-52354468856755075182016-12-22T13:22:00.001+07:002017-04-03T14:47:35.303+07:00The Boy Who Becomes A Man<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center; text-indent: 14.2pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Oleh : Ridwan*)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Kisah
seorang yang selalu dianggap remeh dan direndahkan karena perilaku yang membuat
orang jengkel. Polahnya selalu ada-ada saja yang dia lakukan entah merusak
ketenangan, berjalan kesana kemari sesuai dengan keinginannya dan ngoceh
hal-hal yang tidak bermutu. Tidak heran semua orang melabelinya <i>trouble maker</i>.
Hari demi hari orang tuanya dipanggil di masa sekolahnya dia selalu berantem
karena suka dibully teman-teman di sekolahnya. Ibunya orang yang sangat sabar,
dia sangat menyanyangi anaknya tidak peduli label buruk melekat pada anaknya,
tetapi ia yakin bahwa anaknya akan sukses. Seorang tersebut bernama Ridwan.
Sekarang dia duduk di bangku perkuliahan semester dua sebenarnya dia semester
empat karena dia sempat mengulang kuliah karena ia sangat tidak kerasan dengan
tempatnya kuliahnya tersebut. Hadar sekarang sudah menyandang status mahasiswa
UGM.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">UGM
atau Universitas Gadjah Mada adalah salah satu kampus ternama di Indonesia.
Seleksinya begitu ketat tidak semua orang pun bisa diterima di kampus tersebut.
Banyak orang beranggapan bahwa hadar tidak akan sukses karena perilaku yang
buruk, tetapi dia dapat mematahkan omongan sampah tersebut. Dia bisa sukses
dengan kemampuannya tersebut yang dinilai orang pas-pasan dan tidak mempunyai
keistimewaan apa-apa. Dibalik dia bisa masuk di perguruan tinggi ternama ada
dukungan orang-orang terdekatnya yang dapat memahami dia dan juga kerja keras
serta doa. Terutama ibunya yang selalu memerhatikan dia walau memiliki watak
yang keras, tetapi watak tersebut berhasil membuat anaknya menjadi anak yang
terarah. Ridwan mempunyai tekad yang kuat salah satu keistimewaannya dibanding
anak lain.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Ada
kisah memilukan dibalik semua itu. Orang tuanya kini telah berpisah. Ayahnya
mempunyai istri baru lagi dan ibunya kini menjanda tinggal sendiri di bogor.
Dia anak pertama dari dua bersaudara. Adiknya kini sedang duduk di bangku kelas
tiga SMA. Ridwan dan adiknya juga dipisahkan. Ridwan berada di yogya untuk
menempuh pendidikannya sementara adiknya berada di semarang. Perceraian orang
tuanya dimulai hanya pertengkaran kecil yang ribut saja, tetapi ada dendam lama
yang disimpan oleh ayahnya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Ketika
dia duduk kelas 3 SMA di mulai lebaran pada tahun 2013 yang sang ayah hendak
naik haji. Awal cerita bermula saat ayah ingin mengajak pulang lebaran ke
jepara. Karena menurut ayahnya pulang kampung adalah hal yang sakral karena
beliau berprofesi nahkoda yang jarang
bertemu dengan sanak saudaranya di kampung halamannya. Ibunya merasa perlakuan
kurang enak dari sanak saudaranya terutama etika dan perilakunya maklumlah
kedua orang tua ridwan mempunyai latar belakang yang berbeda ayahnya berasal
dari lingkungan pedesaan sementara ibunya dari lingkungan perkotaan. Sosial dan
budaya berbeda yang membentuk pemikiran kedua orang tua ridwan berbeda sehingga
mereka menjadi salah paham. Karena sang ayah memaksa sang ibu pun menolak keras
dan akhirnya mengeluarkan isi unek-uneknya selama ini dan terjadilah
pertengkaran kala itu yang bersengit panas.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Semenjak
kejadian itu hubungan ayah dan ibunya merenggang dan mulai terjadi perang
dingin diam-diaman dan yang paling mengkagetkan ketika ayah memberi surat
perceraian. Mulai di situlah keadaan keluarganya mulai terpuruk beritanya
perceraian ke tetangganya disebarkan oleh ayahnya sendiri yang hendak
menceraikan ibunya. Disitulah titik terlemah ridwan yang di mana masa kelas 3
SMA adalah masa penentuan masa depannya. Ia pun melakukan pelarian kadang main
sampai malam di rumah temannya jarang belajar alhasil dia jarang belajar karena
melihat kedua orang tuanya bertikai dan tidak sempat mengarahkan hal yang
terbaik dan masa depannya. Sehingga, Dia gagal masuk seleksi PTN manapun
alhasil dia diterima di perguruan tinggi swasta di Universitas islam sultan
agung tetapi karena merasa tidak cocok dengan jurusan dan suasana kampus
tersebut ridwan memutuskan untuk keluar. Beruntungnya ridwan bertemu dengan
guru les SBMPTN bernama pak yuas. Pak yuas orang yang ramah dan tak segan
membantu karena saat kecil juga merasa pahitnya hidup. Pak yuas memberikan les
gratis kepada ridwan alhasil ridwan diterima di UGM selain itu juga dukungan
kakak kelasnya bernama mbak Hawe. Mbak hawe menyemangati ridwan karena melihat
potensi ridwan yang ada di dalam dirinya keduanya bertemu di acara ekspo kampus
di SMA nya dua-duanya memiliki latar belakang yang sama yaitu broken home dan
dia dipekenalkan ke komunitas HAMUR oleh mbak Hawe komunitas yang berisi
<i>survivor broken home</i> yang ingin memperjuangkan cita-citanya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 14.2pt;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Di
sana lah Ridwan bertemu orang-orang yang senasib dengannya yang memiliki
keluarga yang tidak harmonis yang mempunyai suatu kesamaan visi dan misi
sehingga ridwan bisa bergaul dengannya dan kini ridwan pun bangkit
keterpurukannya dan membangun cita-citanya yang ingin dan membantu orang yang
buta akan perkuliahan yang ada di sekolah dan asal daerahnya agar orang yang
bernasib dengannya dapat mendapatkan pendidikan yang layak dan sekaligus ingin
mengejar cita-citanya. Ridwan mempunyai cita-cia yang mulia juga dia
diamanahkan agar memajukan pertanian indonesia yang sedang terpuruk. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: large; text-indent: 14.2pt;"><i><br /></i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: large; text-indent: 14.2pt;"><i>*) Nama penulis disamarkan</i></span></div>
Hamur Inspiringhttp://www.blogger.com/profile/09772530393294564042noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-4414565625267809028.post-75251029294440063092016-12-22T13:02:00.002+07:002017-04-03T14:47:49.759+07:00Hujan<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: large;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; line-height: 150%;">Oleh : </span><span style="font-family: "times new roman" , serif; line-height: 24px;">Adistya Noventi Alba</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Malam
ini dingin sekali, sudah seperti malam-malam biasanya di bulan-bulan penghujan
yang basah. Aku selalu menikmatinya, terutama bau tanah yang basah setelah
hujan yang selalu mengingatkanku pada kampung halaman. Baunya khas, seperti ada
kedamaian di dalamnya. Tapi, sesungguhnya ada kenangan yan tak pernah hilang
saat hujan turun. Bukan hujan badai, bukan pula gerimis. Aku tidak suka
keduanya. Hujan badai membuatku gelisah, gerimis membuatku gundah. Yang aku
sukai adalah hujan deras yang turun lama, lama sekali. Aku suka hujan seperti
itu, seperti berkah-Nya sedang melimpah ruah, dan kenangan indah tentang
keluargaku akan tergambar sangat jelas. Saat-saat seperti itu, meski membuat
rindu tapi menjadi candu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Malam
ini, hujan deras yang lama kembali turun. Sudah sejak sore tadi aku hanya
berdiam diri di kamar. Kamar kontrakan yang ku sewa dengan 2 orang kakak
beradik teman kuliahku saat D3 dulu. Bukannya malas, hanya saja aku sedang
menikmati suasana yang entah sudah berapa lama terlepas dari hidupku. Tidak
hilang, tapi sudah tak bisa lagi kudapatkan. Suasana itu adalah kenanganku dan
keluargaku. Ayah, Mama, dan Mas Ven.<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">“Gimana sekolahmu, Dik? Apa
matematikanya masih terasa sulit?”, Ayah memulai pembicaraan denganku yang
sedang duduk di sofa ruang tamu sambil menyisir rambutku yang masih basah
sehabis mandi. Kakiku berisla di atas, sambil memandang keluar aku asyik
mengadu tentang kehidupan kelas 4 ku dengan wali kelas yang baru pada ayah yang
sangat ku sayang. “Ya, gitu, Yah.., susah kalau mau mengalahkan Andi. Tapi Bu
Susi, wali kelas baruku itu, menjadikanku murid kesayangannya, lho, Yah. Bu
Susi agak judes orangnya, tapi pintar sekali. Beliau memanggilku Adist, Yah!”
Ayah hanya tersenyum mendengar ceritaku yang menggebu. <o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Waktu sudah menunjukkan pukul 16.00
waktu itu. Mas Ven menyusulku dan ayah duduk di ruang tamu sementara mama masih
asyik membuat “ote-ote” atau biasa disebut bakwan goreng di Yogyakarta. Aku
menysul mama, membantu membawa gelas berisi teh hangat dan satu gelas kopi
untuk ayah. <o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">“Cerito opo, Dik?(Cerita apa,
Dik?)” Tanya mama yang menyusul sambil membawa 3 mangkuk berisi mie telur kuah
yang enak sekali. Akhirnya sambil makan, aku menggelayut manja di pundak
mamaku. “Iku lho, Ma, guruku sing anyar ki seneng banet nek karo aku. (Itu,
lho, Ma, guruku yang baru itu suka sekali kalau sama saya.” Aku menjelaskan hal
sama pada mama. Mama menasehatiku untuk menjadi murid yang berbakti, rajin, dan
tidak hanya bisa mengambil hati guru diluar, tapi harus bisa membuktikannya
dengan kualitas sebaai murid yang terbaik sebagai balas budi. Lama sekali
perbincangan keluarga yang kami lakukan. Menjelang maghrib mama menyudahi
perbincangan itu dengan nasehat untkku dan kakaku. “Kalian harus jadi anak yang
pintar! Nilai-nilainya tidak boleh turun! Kalau mau sukses, harus berusaha
dengan giat!”. <o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Sore itu rasanya damai sekali, kami
sering berkumpul bersama, saat makan, setelah sholat, tapi perbincangan tentang
masa depan dan cita-cita seperti itu hanya sesekali terjadi, dan momen itu
adalah perbincangan tentang masa depan yang paling lama. Aku masih sangat ingat
bagaimana aku dan Mas Ven duduk bersebelahan dengan di sampingku, sedangkan
ayah duduk di kursi dekat pintu. Cita-cita sebagai dokter spesialis anak yang
tak bisa ku capai, muncul saat itu. Cita-cita untuk bisa berkuliah di UGM pun
muncul saat itu. Aku Masih ingat bagaimana mama mengelus rambutku, tawa yang
hangat dari ayahku, dan gurauan dari kakakku. Sore itu adalah sore dengan hujan
terbaik yang pernah kualami.<o:p></o:p></span></i></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Ah,
ada rindu yang dalam menggantung di hatiku. Diam-diam aku mengambil kaca riasku
yang tergantung di dinding dan menaruhnya tersandar di lantai. Sambil bersila
memandangi pantulan diriku, aku menyempatkan diri untuk menangis. Kebiasaan
yang muncul saat aku remaja, aku sering melakukan intropeksi diri dengan cara
itu. Lama sekali memandang cermin lalu menangis. Setelah puas menangis, barulah
aku bisa mengatakan semua hal bijak kepada diriku sendiri. Seperti gadis yang
kesepian, aku mulai melupakan kebiasaan itu setelah usiaku berkepala dua, tapi
tetap tak bisa kutinggalkan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Malam
ini setelah hujan berhenti. Aku memandang seorang wanita dengan rambut
bergelombang yang panjang memakai kaos lengan pendek putih dengan celana pendek
berwarna senada, bibirnya pucat, matanya menahan setitik air mata yang akan
jatuh. Lalu tangisnya pecah. Dalam diam air matanya mengalir membasahi pipinya
yang menonjol khas orang-orang ras Mongolian. Bibirnya terkatup rapat sampai
saat ia mulai terisak. “Ayah!” hanya kata itulah yang keluar dari bibirnya yang
kini bergetar menahan tangis agar tak terdengar teman di kamar sebelah. Setelah
15 menit tangisnya berhenti, ia menyadari wajahnya sudah berubah aneh. Jelek
dengan kantung mata yang bengkak, bibir yang menebal karena digigiti, serta
hidung yang merah bekas mengusap ingus. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">“Sudahlah!
Kenapa menangis? Menangis tidak menjadikanku terlihat cantik!” Lalu aku
tersenyum, dan mulai tertawa. Dalam hati aku mulai menasehati diriku sendiri.
Bahwa sudah banyak hal yang sudah kulalui dengan sangat hebat. Sudah banyak
pelajaran yang aku ambil dari peristiwa yang sangat sulit. Sudah banyak air
mata yang aku keluarkan untuk meratapi kesedihan. Sudah lewat masa suram
pertengkaran Ayah dan Mama. Sudah hilang masa-masa pelarian Mas Ven. Sudah
kulalui rasa sakit, sedih, malu, bingung, hancur, putus asa, menderita, dan
kutukan sebagai seorang gadis bungsu dari dua bersaudara yang orang tuanya
bercerai. Aku tidak boleh lagi menangis untuk sebuah takdir yang sudah berhasil
kujalani, sampai sejauh ini!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Memang
panjang kisahku, bagaimana kualami sebuah pelajaran yang besar dari-Nya. Aku
tak akan seperti ini kalau aku tidak mengalami sebuah bencana yang besar. <i><b>Broken home</b></i>, <b>sebuah hal yang masih saja
terlihat tabu dan dipandang buruk oleh masyarakat.</b> Tapi, tidak lagi terasa mengerikan
lagi untukku. <i>Broken home</i> kini terasa
sebagai berkah, dan jati diri yang meski memang sulit dilalui tapi ternyata
sangat indah. Mungkin bukan “<i>broken home</i>
yang menjadikanku seperti saat ini” tapi lebih tepat ”<i>broken home</i> adalah salah satu proses dalam hidupku, sebagai takdir
yang memang berisi pelajaran paling penting untukku”. Diriku saat ini adalah
kumpulan dari kebiasaan dan pencarian jati diri sebagai makhluk ciptaan-Nya,
tapi keluargaku yang terpecah adalah sebuah proses hidup yang harus dilalui
oleh tidak hanya aku, tapi juga Ayah, Mama, dan Mas Ven. Aku akan tetap menjadi
diriku seperti saat ini dengan atau tanpa <i>broken
home</i> terjadi di hidupku. Tapi, akan seperti saat ini atau berbeda sama
sekali dari diriku saat ini, aku akan tetap mengalami <i>broken home</i> dalam kehidupanku. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Aku
memandang perpecahan dalam keluarga sebagai gambaran tentang “jodoh”, salah
satu dari 3 janji Tuhan yang tidak akan pernah bisa manusia ubah. Tak ada yang
tau siapa jodoh dari jiwanya, begitupun Ayah dan Mamaku, ataupun aku dan Mas
Ven. Akhirnya setelah jalan panjang berliku itu, aku memahami bahwa rupa dari
jodoh adalah misteri. Sama halnya kematian dan kelahiran serta rizki. Tak aka
nada seorang pun manusia yang tau tentang 3 janji Tuhan itu. Bahkan mamaku
pernah berkata setelah pernikahannya yang ketiga, “Mama saja sampai saat ini
tidak tahu siapa jodoh mama sebenarnya, Mama bahkan tidak bisa percaya apakah
Papa adalah jodoh yang diberikan Tuhan untuk Mama, atau bukan.” Jadi kalau
setiap orang yang mengalami hal yang sama denganku, atau semua manusia saja,
yang ada di dunia memahami hal itu, maka kita akan sadar, tidak ada yang bisa
disalahkan untuk sebuah perpecahan dalam keluarga. Perselingkuhan, kekerasan
dalam rumah tangga, ketidakcocokan, dan banyak lagi hal yang menyebabkan <i>broken home</i> hanyalah sebuah seni yang
Tuhan ciptakan untuk meggambarkan kisah dari kehidupan seseorang. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Tapi,
pemahaman seperti itu tidak harus menjadikan semua manusia melakukan
perpecahan, atau tidak percaya pada apapun yang kemudian Tuhan berikan dalam
hidupnya. Manusia hanya perlu menjalankan perannya sesuai dengan alur yang
Tuhan berikan untuknya serta arahan dan mengerti batasannya. Aku mengingat
nasehat ayah suatu ketika saat beliau berkunjung ke Yogyakarta, “Carilah jati
dirimu sebagai makhluk-Nya, dan jangan menyakiti perasaan orang lain, karena
saat kamu menyakiti perasaan orang lain maka Tuhan akan merasa tidak suka dan
saat Tuhan tidak menyukai suatu hal maka ridha-Nya tidak akan sampai pada orang
tersebut!”. Lalu aku semakin mengerti. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Perjalanan
panjang yang aku lalui itu membawaku pada sebuah pendewasaan dan kedekatan
tersendiri antara aku dan Dia. Masa-masa sulit saat harus menerima keluargaku
yang tercerai berai, bertemu orang lain dan memanggilnya sebagai “bapak”,
“papa”, dan “ibu”; masa-masa dimana aku selalu menolak, marah dan menghindar
dari kehidupan yang memuakkan; masa-masa aku mulai memaafkan kesalahan,
kebohongan, dan keegoisan mama serta kesabaran ayah yang terlalu besar; masa
dimana sampai saat ini aku bisa menjalani semua hal itu seperti hal yang wajar
adalah perjalan panjang yang telah kuakhiri sendiri. Perjalanan itu berakhir
karena aku sudah menemukan kebahagian dari ayahku yang menikahi seorang perawan
tua dan memiliki dua anak lelaki yang dekat denganku, mama yang menemukan
kebahagian dengan merelakan masa tuanya merawat seorang pensiunan mayor polisi
militer yang sombong dan angkuh sebagai suami ke-3nya setelah bercerai dengan
bapak yang menikahi mama sebagai istri ke-2, dan Mas Ven yang kini sudah
berkeluarga dan memiliki seorang anak perempuan dan seorang anak yang masih
dalam rahim istrinya, dan aku yang memiliki kebahagian sebagai seorang wanita
yang bisa mengerti semua kebahagiaan anggota keluarganya dan menjadikan
kenangan indah tentang masa kecilnya bersama keluarga sebagai sumber kekuatan
dan inspirasi untuk mencapai mimpi-mimpi besarku. Keluargaku boleh
terpisah-pisah, tapi akan tetap utuh karena aku menyimpannya di hati. <i>Broken home</i> tidak menjadikanku berhenti
untuk menjadi yang terbaik bagi Ayah, Mama, dan Mas ven. <i>Broken home </i>menjadikanku tetap berjuang untuk menjadi yang terbaik
bagi Ayah, Mama, Mas Ven, Papa , dan Ibu. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Mengingat
hal itu senyumku merekah lebar. Wanita berkaos lengan pendek putih dengan
rambut bergelombang dalam cermin di depanku tersenyum. Matanya penuh dengan
binar harapan, semangat, dan doa. “Aku pasti bisa!” teriak kecilnya dari bibir
yang masih pucat. Aku berdiri dan menggantung kembali cermin rias di dinding tempatnya
semula. “Terima kasih”, ucapku pada wanita di depanku. Wanita yang selama ini
selalu menemaniku dan menjadi penguatku. Tidak ada yang lebih hebat darinya
soal nasehat dan hukuman ketika menghadapiku dan masalah-maslah besarku. Di
dunia ini aku hanya bisa percaya dan yakin pada dua hal : yang pertama pada
Tuhanku yang Agung, Allah SWT ; dan yang kedua pada wanita dalam cermin yang
ada di depanku. Ya, wanita itu, diriku sendiri.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Aku
melirik jam <i>waker</i> yang kutaruh di
sudut lemari bajuku, waktu sudah menunjukkan pukul 00.13 WIB. Aku sudahi
malamku, setelah merapihkan tempat tidur, wudlu, dan meminum segelas air putih,
aku berdoa agar Yang Esa memberiku waktu yang cukup bagiku untuk tetap hidup ,
demi memerbaiki kesalahanku, menebus dosa, dan yang paling penting menabur
kebaikan dan menginspirasi orang-orang di sekitarku. Inilah salah satu mimpiku,
aku ingin melihat lebih banyak anak-anak <i>broken
home</i> yang sukses dan bersinar, yang kuat dan tetap teguh, yang penyayang
dan memiliki mimpi. Karena aku yakin, Tuhan ada disetiap makhluk ciptaan-Nya. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-size: large;"><i><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; line-height: 150%;">Hemh…</span></i><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; line-height: 150%;">,
malam ini dingin sekali. Kutarik selimut tebalku sampai sebatas leher, ku
matikan lampu, dan tidur pulasku datang menunggu pagi.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><i> Tentang penulis
:</i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<i><span style="font-size: large;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; line-height: 150%;">Adistya
Noventi Alba, lahir di Surabaya pada 1991 pernah menjadi peserta Jambore
Nasional Pramuka 2006 dan Raimuna Nasional Pramuka 2008 ini adalah pembawa
duplikat bendera pusaka Sang Saka Merah Putih pada Upacara Kemerdekaan RI di
Kabupaten Gresik tahun 2008. Baru saja lulus dari Fakultas Kehutanan UGM. Penulis yang hobi memasak dan sangat menyukai kucing
ini bisa dihubungi melalui email </span><a href="mailto:adist.tya@gmail.com"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; line-height: 150%;">adist.tya@gmail.com</span></a></span></i><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
<o:p></o:p></span></div>
Hamur Inspiringhttp://www.blogger.com/profile/09772530393294564042noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4414565625267809028.post-58415260738323466872016-12-22T12:57:00.003+07:002016-12-22T12:57:56.833+07:00Mengeja Ayah<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;">Oleh : Fatma Zohra</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Assalamualaikum
Ayah,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Ayah
apa kabar? Semoga ayah selalu sehat dan dalam Lindungan-Nya. Ayah, hari ini
hari raya yah, esok kita akan melaksanakan sholat ied. Bagaimana puasa ayah?
Siapa yang membuat sahur dan buka untuk ayah?. Ayah, ini pertama kalinya aku
berpuasa di tempat orang yah, dan untuk kedua kalinya aku berpuasa tanpa ayah.
Aku selalu berdoa dan berharap ayah dikelilingi oleh kebahagiaan dan
orang-orang yang senantiasa baik kepada ayah.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Ayah,
hari ini aku membuat opor dengan ibu. Yah, nanti ayah coba ya opor buatanku
ini, walaupun tak sesedap buatan ibu. Nanti adek akan mengantarkan opor ini
untuk ayah dan apin. Dimakan ya yah, aku membuatnya untuk ayah. Aku berharap
ayah suka, walaupun dihari yang besar ini aku tidak bisa berada disamping ayah,
tapi aku selalu berharap secepatnya aku bisa bertemu dengan ayah.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Ayah,
aku hendak ingin meminta maaf kepada ayah. Maafkan aku apabila aku memiliki
banyak kesalahan kepada ayah. Maafkan aku apabila aku tidak mampu merawat ayah
dan berada di sisi ayah. Maafkan aku yang tak bisa bertegur sapa dengan ayah.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Jauh
di dalam hatiku yah, aku sangat merindukan ayah. Sejahat apapun ayah, ayah
tetap ayahku. Selamat hari raya idhul fitri yah, semoga ayah selalu bahagia dan
sehat selalu. Aku berdoa agar ayah diberi kesehatan hingga aku sukses nanti,
hingga aku bisa membahagiakan ayah dan ibu. Aku bisa membalas semua perbuatan
yang tak bisa kulakan bersama ayah. Ayah, tunggu putrimu ini yah, tunggu aku
yah. Jangan pergi yah, aku disini berdoa untuk bisa bersama ayah. Walaupun aku
tak bisa berada di sisi ayah, aku selalu mengirimkan doa untuk ayah, aku
berharap doa ku akan selalu menemani ayah, hingga ayah tak merasa sendiri lagi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Aku
di sini berdoa untuk ayah dan ibu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><b>Takdir
Kita Istimewa Kawan,</b><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Aku
sempat merasa berat sekali menjalani hidup, kenapa aku tak bisa seperti orang
lain yang seumuran denganku? Kenapa aku harus seperti ini dan bertingkah serta
berpola pikir seperti orang dewasa?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Hingga
akhirnya aku bercerita banyak tentang keluh kesahku selama ini kepada masku
yang memiliki kisah hidup sama sepertiku ini, bahkan lebih sulit dibanding
kisahku saat ini. Beliau mengatakan bahwa kita ini adala anak-anak dengan
takdir istimewa. Percayalah, bahwa Tuhan memiliki rencana terbaik-Nya untuk
hamba-Nya dengan takdir istimewanya, misal saja, Tuhan sudah menakdirkan kita
malam ini bertemu, makan bersama di tempat ini, kamu memesan ini, dan mas
memesan makanan itu, semua ini sudah ditakdirkan. Jangan pernah menyesali
takdir kita. Karna kira ditakdirkan istimewa.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><b>Pernah
kamu berpikir bahwa kita tanpa orang tua yan</b></span><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt;"><b>g lengkap pun sanggup menjalani
hal-hal yang dilakukan oleh orang-orang yang memiliki orang tua lengkap</b>. Kita
sanggup berkuliah, kita sanggup mencari kerja, sanggup membimbing adik kita,
apa yang kita lakukan sama halnya dengan mereka yang memiliki prang tua
lengkap. Bahkan belum tentu mereka yang memiliki orang tua lengkap bisa
melakukan apa yang kita lakukan, karna kita bertakdir istimewa.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Jadi,
jangan pernah bersedih dengan keadaan kita saat ini. Perbedaan kita dengan
mereka simpel kok, bedanya disaat ini mereka bersenang-senang menikmati masa
muda dan masa remajanya bahkan masa kuliahnya, kita harus sudah memikirkan
bagaimana keadaan ibu nanti kalau saat ini aku seperti ini, sampai kapan aku
akan membiarkan ibu bekerja keras, kapan aku bisa membalas budi kepada ibu dan
ayah yang jauh di sana, kapan aku segera bisa menjadi pengganti ayah dan
membantu ibu di rumah, ibu bekerja keras setiap hari hanya karna kita bisa
kuliah selayaknya anak-anak yang lain.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Mas
juga dulu sempat jenuh karna harus memikirkan semua itu, sedangkan teman-teman
mas sibuk menikmati masa mudanya, mas harus sibuk berpikir tentang masa depan
mas, saat itu mas hanya berpikir bagaimana caranya mas bisa secepatnya membuat
ibu beristirahat dan menikmati masa tuanya tanpa
harus sibuk bekerja dan merasa kelelahan serta kesakitan setiap malam. Meskipun
saat itu yang bisa mas lakukan hanya memijat kaki dan tangan ibu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dunia
akan meninggalkanmu, tapi doa dan kasih sayang ibu tidak akan pernah
meninggalkanmu di mana pun kamu berada. Jangan pernah mengecewakan ibu hanya
untuk kesenanga semata masa mudamu. Bukan berarti mas melarangmu menikmati masa
mudamu ya, hanya saja masa muda kita sedikit berbeda dengan masa muda anak-anak
yang lain. Apalagi kita anak pertama, anak pertama yang selalu ibu tunggu
kehadirannya di rumah. Selamat menjalankan kuliahmu, semangat untuk ibu dan
adik-adikmu. Semakin cepat kamu sukses semakin cepat kamu bisa membayar waktumu
saat tidak bersama ayahmu. Segeralah membayar waktu yang kau lewatkan tanpa ibu
di sampingmu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tak
Bisakah?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pagi
ini saya duduk di ujung sebuah perpustakaan besar, terlihat orang-orang yang
berlalu lalang di hadapan saya. Ujung ruangan inilah tempat favorit saya, entah
karna anginnya yang berhembus atau hanya sekedar karna aku bisa merasakan
keberadaan diriku sendiri. Ditemani sekotak jendela kecil di samping saya, bisa
anda bayangkan betapa nyaman dan tenangnya tempat itu. Dari atas sini saya bisa
melihat orang – orang yang berlalu lalang, tersenyum, tertawa, atau hanya
sekedar berjalan membawa setumpuk buku dan tas jinjingnya. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Aku memang tidak
berniat untuk membaca, aku datang hanya sekedar ingin beristirahat dan
menikmati ruangan yang sudah lama kurindukan ini. Semenjak aku sendiri, ruangan
ini sering menjadi tempatku mencurahkan segalanya, bahagia, tangis, tawa, dan
kecewa aku luapkan. Menuliskannnya, aku hanya bisa menuliskannya. Entah mengapa
kepercayaan ini tak pernah hadir pada diri seseorang, aku hanya percaya pada
tulisanku, aku percaya dia bisa menjaga rahasiaku, bisa menjaga perasaanku,
bisa mengerti mengapa aku merasakan hal ini dan mengalami semua peristiwa yang
tidak pernah kubayangkan sebelumnya. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Aku hanya seorang gadis SMA kala itu,
betapa bahagianya ketika kami hendak berlibur ke bali, hari itu adalah hari
keberangkatanku ke bali, ayah yang seperti biasanya mengajakku berkeliling
untuk sekedar melihat-lihat keramaian, atau memang sengaja menghabiskan waktu
di jalan. Aku bahagia bisa menjadi bagian dari kehidupan ayah. Sore itu kami
berjalan-jalan ke pusat kota, hanya sekedar untuk membeli camilan ku saat
perjalanan nanti malam. Ayah yang tak tampak seperti biasanya hanya terdiam,
sesekali tersenyum mendengar betapa bahagianya aku bisa ke bali. Aku tau ayah
bukanlah orang yang pendiam, ayah selalu menceritakan kisah – kisah hebat
padaku, entah itu pengalaman ayah sendiri maupun orang lain, namun sore itu
ayah tampak lebih banyak diam dari biasanya. Sampai sudah kami di rumah,
seperti biasa ibu selalu duduk di depan rumah. Ibu hanya duduk dan menanyakan pukul
berapa aku akan berangkat, sangat aneh, karna tidak biasanya ibu menanyakan aku
hendak diantar siapa.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt;">Aku hanya terdiam, aku menjawab siapapun aku tak masalah
bu. Malem ini aku diantar ibu, sesampainya di tempat pemberangkatan ibu hanya
mengucapkan hati-hati di jalan, bersenang-senanglah, jangan lupa untuk meminum
obatnya. Malam itu memang ayah tak tampak di rumah, ibu bilang ayah sudah tidur
di kamarnya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Seminggu
sudah aku dibali, hari ini kami berencana pulang ke pekalongan. Pukul 10 pagi
kami tiba di Pekalongan. Ibu menjemputku di depan sekolah. Sesampainya di
rumah, aku bergegas membereskan diri dan bersiap menceritakan segala kehebohan
dan kesenangan ku di Bali. Ayah selalu berangkat kerja di pagi hari dan pulang
di sore hari. Kemalaman harinya, aku menyadari hingga larut malam begini ayah
tak kunjung datang. Aku bertanya pada ibu, bu ayah di mana? Kok belum pulang?.
Ibu hanya diam, tak menjawab pertanyaanku. Hingga akhirnya ibu mengatkan hal
yang sangat mengejutkanku, ayah dan ibu akan bercerai. Ibu terserah kamu mau
ikut dengan siapa. Bagai disambar petir di siang bolong. Aku tak menyangka hal
ini akan terjadi pada keluargaku. Aku tak pernah membayangkan bagaimana nasib
ku dan ketiga adikku. aku hanya diam, tak bisa menjawab apa-apa. Keluarga yang terlihat
bahagia dengan keempat anaknya, tak ku sangka pernikahan yang sudah 18 tahun di
bangun oleh ayah dan ibuku akan hancur seperti ini. Selama ini aku hanya
mengira perceraian hanya ada di dalam film dan sinetron-sinetron itu. Aku tak
habis pikir dengan kedua orang tua ku. Saat itu aku membenci keduanya, kenapa
harus jalan seperti ini yang dipilih, tidak bisakah mereka berdamai seperti
pertengkaran biasanya?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tak
bisakah kita kembali seperti dulu ayah?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sulitkan
ibu untuk memberikan cinta ibu kembali kepada ayah?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<i>Tentang penulis :</i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<i>Studi saat ini di Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada</i></div>
Hamur Inspiringhttp://www.blogger.com/profile/09772530393294564042noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4414565625267809028.post-50870080459695148422016-12-22T12:53:00.000+07:002017-04-03T14:48:07.708+07:00UnBroken<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center; text-indent: 28.35pt;">
<i><span style="font-size: large;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; line-height: 150%;">Oleh : </span><span style="font-family: "times new roman" , serif; text-indent: 37.8px;">Nofendianto Rahmaan</span></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 28.35pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 28.35pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Setiap
fragmen kehidupanku menyatu perlahan menjadi untaian kisah yang indah.
Kupejamkan mata, sesaat kurasakan betapa hidup ini penuh dengan bulir-bulir
keindahan. Indah di saat aku menyadari kaki ini telah meninggalkan jejak begitu
jauh dalam kehidupan yang terjal. Indah di saat hati ini diisi oleh kepercayaan
bahwa Sang Pencipta selama ini tidak pernah meninggalkanku dan selalu
menyertaiku mengaruhi lautan luas bernama kenyataan. Dan indah, di saat batin
ini telah mengosongkan dirinya dan bersedia diisi dengan ucapan syukur kepada
Sang Pemberi Kehidupan. Semua keindahan itu bermula di sini…<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 28.35pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 28.35pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Namaku
Nofendianto Rahmaan, orang tuaku dan beberapa temanku memanggilku Fendi.
Beberapa teman ada yang memanggilku Nofen. Lucu juga punya dua nama panggilan.
Sejak dahulu, aku selalu merindukan kehadiran seorang adik perempuan yang bisa
menemaniku. Namun, sepertinya Tuhan belum juga mewujudkannya sampai saat ini.
Yap, sejak aku lahir status ‘ontang-anting’ atau anak tunggal laki-laki
tersemat kepadaku. Ayah dan Ibuku hanya memiliki aku di dunia ini sebagai
anaknya. Di satu sisi, aku senang sekali sebab akulah anak yang pastinya
dibanggakan oleh kedua orangtuaku. Aku juga yang akan diberikan perhatian dan
kasih saying utuh dari Ayah dan Ibuku. Dan sudah pasti aku tidak perlu berbagi
barang-barang yang kumiliki kepada saudara-saudara kandungku karena aku tidak
memilikinya. Yeai, rasanya dunia ini begitu sempurna untuk dijalani, hanya ada
aku, Ayah, dan Ibu. Tetapi, entah mengapa apa yang aku bayangkan itu tidak
kurasakan seluruhnya dengan bahagia. Mata ini sering sekali berbinar dengan
penuh harapan di saat melihat seorang anak laki-laki yang bisa bermain dengan
penuh canda dengan adiknya perempuan. Rasanya seperti hasrat yang tidak bisa
dipendam lagi. Ingin rasanya tanganku meraih tangan adik kecilku dengan lembut,
menggandengnya menuju ke padang luas, dan kami berbaring di atas rumput sambil
melihat birunya langit cerah penuh asa. Oh betapa angan itu selalu bisa membuat
<i>sense of happiness</i>-ku meningkat.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 28.35pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 28.35pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Aku
hanya ingin merasakan kasih yang utuh, hanya itu saja yang aku pinta. Bukankah
hal itu yang didambakan oleh banyak orang di dunia? Maka, tak salah kan jika
aku juga menginginkannya? Keutuhan kasih, satu hal yang mungkin belum aku dapat
rasakan sekarang. Entah, sampai kapan aku terus begitu. Seorang teman berkata
tentangku, “Mungkin kebahagiaanmu <b>bukan</b>
pada keutuhan keluarga, Fen”. Yap, mungkin saja itu benar. Jika kau pernah
bermain <i>puzzle, </i>saat dimana setiap
bagian dapat terpasang pada tempatnya itu adalah suatu kebahagiaan yang mungkin
tidak akan mudah diungkapkan. Tetapi, akan terasa berbeda saat kepingan
terakhir yang dapat membuatmu tersenyum setelah berjibaku dengan permainan itu
hilang entah kemana dan kamu tidak tahu apa yang harus kamu lakukan. Rasanya
kecewa dan marah, perpaduan antara rasa asam buah mangga muda dan pahitnya jamu
daun papaya. Tak terbayangkan! Seperti itulah ketidakutuhan yang aku rasakan.
Aku tidak mengerti apa bagaimana kepingan terakhir keluargaku dapat membuat
kebahagiaan keluargaku begitu terpuruk, hingga aku menjadi bagian dari
keterpurukan itu. Entah bagaimana aku berpikir, aku mendapatkan kesimpulan
sederhana yang sejauh ini mampu membuat hatiku luluh tenggelam dalam kedamaian
yaitu Dialah yang sengaja mengambil kepingan itu. Dia ingin menjadikan hidupku
penuh arti melalui rencana-Nya yang aku belum pahami dan temukan hingga
sekarang.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 28.35pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 28.35pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Oh
Ayah, oh Ibu. Aku tidak mengingat kapan kalian terakhir kali berkumpul dan
bercanda riang layaknya suami dan istri. Aku merindukan <i>moment </i>itu, <i>moment</i> di
saat kita berkumpul bertiga, Ayah mengajariku banyak hal yang aku belum pahami
dan Ibu sibuk mengolah bahan makanan menjadi santapan yang nikmat untuk kami
santap. Aku tidak yakin apakah aku pernah merasakan <i>moment</i> itu sebelumnya, meskipun hati ini tetap berharap bahwa <i>moment</i> itu pernah terukir indah dalam
kisah kehidupanku.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 28.35pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 28.35pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Ayah.
Ibu. Kapan kalian akan bersatu kembali? Kapan kalian akan berdamai dan saling
mendamaikan satu sama lain kembali? Aku sungguh ingin hal itu terjadi dalam
hidupku. Oh <i>God</i>, jika aku dapat
meminta sesuatu kepada Tuhan, maka aku sangat ingin bisa diizinkan untuk
merasakan kebersamaan itu lagi. Kebersamaan yang saat ini bagiku hanya sebuah
angan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 28.35pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 28.35pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Ayah.
Sebenarnya, aku sudah tahu semuanya saat ini tentangmu. Tak ada satu katapun
terucap melalui bibir ini tentang fakta itu kepadamu. Aku mengetahuinya, tetapi
aku menutupinya untuk sebuah alasan yang mampu mengiris hatiku ini tiap kali
aku mengingatnya. Ayah meninggalkanku bersama Ibuku. Ayah tidak pernah lagi
hadir dalam kehidupan kami. Kehadiranmu hanya bisa kami lihat melalui saldo
rekening bank yang selalu Ayah isi setiap bulannya. Tetapi, itukah yang kami
butuhkan? Apakah Ayah tidak tahu apa yang kami butuhkan atau Ayah sengaja
menutup diri dari kami dan tidak ingin mengetahui apapun tentang kami? Semenjak
Ibu mengajakku ke Jakarta saat aku duduk di bangku kelas 5 SD dahulu, aku sudah
tidak merasakan lagi kehadiranmu, Ayah. Sebuah kenyataan yang mengubah
kehidupanku dan Ibuku yang baru dapat kupahami saat aku beranjak dewasa.
Kenyataan yang membuyarkan impianku untuk merasakan kebahagiaan sejati di dalam
keluarga. Ya, aku sudah mengetahuinya, Ayah. Aku mengetahuinya dan mencoba
menerimanya hingga detik ini, meski sering sekali aku harus berjalan dalam
hujan untuk mencoba menyamarkan air mata ini darimu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 28.35pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 28.35pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Memori
tentang masa kecilku sering sekali terhapus dan tergantikan oleh kenangan buruk
tentangmu, Ayah. Saat itu, saat aku diam sendiri menikmati keheningan kota
Jakarta, kalian datang menghampiriku. Tak kulihat raut wajah bahagia yang
nampak pada Ibu, begitupun juga padamu, Ayah. Tersentak dan terheran-heran,
itulah yang aku alami saat Ibu mencoba merapikan seluruh barang-barang kami dan
mengajakku pulang kembali ke Yogya malam itu juga. Kepolosan menjadikanku
pribadi yang hanya dapat diam seribu bahasa tanpa mengerti apa yang sebenarnya
terjadi dengan Ayah dan Ibu saat kalian pergi berdua untuk mencari makanan
untukku. Tertancap dengan kuat di ingatanku, Ibu yang berangkat menuju ke
Jakarta dengan penuh rasa rindu ingin bertemu dengan Ayah tiba-tiba berubah
menjadi layaknya seorang korban yang melihat tak ingin melihat seorang
penjahat, bahkan enggan untuk sebatas mendengar namanya. Iya, sejak saat itu
engkau berhasil membuat hati Ibuku menjadi pilu penuh luka lara yang takkan
sembuh seperti sedia kala, Ayah.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 28.35pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 28.35pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Hari
berganti hari, bulan pun bergulir dengan lembutnya dan tak terasa aku sudah
menginjak remaja. Tak kusadari berapa lama aku bertumbuh tanpa bimbingan dan
pengajaran dari sosok Ayah di hidupku. Ibulah yang menjadi pendidikku di rumah.
Ibu juga yang mengajariku hal-hal yang tak aku pahami di dalam hidup ini
melalui cara pandangnya yang penuh dengan kelembutan. Bahkan, aku tak merasa
ada yang kurang dalam hidupku tanpa kehadiranmu, Sampai suatu hari, sebuah
keisengan membawaku pada memori itu. Buku-buku tergeletak di lantai tak
beraturan, debu menempel di hampir setiap bagian ruangan kamar layaknya sebuah
tempat tinggal yang tidak dihuni dalam waktu lama. Yap, haha itu adalah kondisi
kamarku. Kamar seorang remaja yang sedang belajar mengenali keindahan dunia ini
lengkap dengan keingintahuannya yang besar dan kebandelannya yang mendapatkan <i>rating</i> 4 dari 5 bintang. Entah bagaimana
Ibuku bisa tahan terhadap diriku ini. Sebab aku tidak ingin merepotkan Ibuku,
aku berusaha membuatnya bangga karena telah memilikiku sebagai satu-satunya
anak dengan cara melakukan hal luar biasa yang sungguh berkesan. Aku
membersihkan dan merapikan kamar tidurku, sendiri. Hmm, aku tahu apa yang ada
di benakmu, iya tidak salah, itulah hal luar biasa yang aku maksudkan. Aku
merapikan dan membersihkan kamarku sendiri tanpa bantuan Ibuku. Wow, mungkin
Ibuku akan terperanjat penuh heran ada angin apa sampai-sampai aku
melakukannya. Hehe.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 28.35pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 28.35pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Kucoba
mengelompokkan setiap benda di kamar yang memiliki fungsi yang sama. Alat tulis
kuletakkan bersamaan di satu tempat, perlengkapan tidur aku sisihkan dan
rapikan dengan penuh kehati-hatian yang diikuti oleh rasa was-was apakah
terdapat noda “iler” di bantal atau gulingku. Sebuah tas kecil berwarna putih
berlapiskan garis ungu menarik perhatian mata kecilku. Perlahan, aku buka ta
situ dan mencoba meraih apa yang ada di dalamnya. Sepasang benda yang belum
pernah aku lihat seumur hidupku kugenggam, sorot mataku tak henti-hentinya
mengamati benda tersebut sambil mencoba menganalisis benda apakah itu.
Syukurlah, aku belajar dengan baik di sekolah dulu sehingga aku sudah dapat
membaca. Terbacalah benda itu sebagai “Buku Nikah” yang dilengkapi oleh foto
yang aku kenali, namun tidak mampu memastikan siapakah gerangan mereka ini.
Kata demi kata kulahap dengan penuh keingintahuan, pikiran mencoba memahami isi
dari buku yang kutemukan itu. Sebuah informasi biasa yang menjadikan hidupku
tak biasa pun kutemukan. Aku melihat tanggal pernikahan kedua orangtuaku.
Kurenungkan dalam-dalam apa yang telah kutemukan baru saja dan entah mengapa
dada terasa sesak sesaat saat mengerti suatu hal dari informasi itu. “Aku anak
yang tidak diinginkan oleh kedua orang tuaku”, itulah pikiran pertama yang
terlintas di benakku yang menancap begitu lama sehingga mempengaruhi
pandanganku terhadap kedua orang tuaku. Begitu sakitnya, sehingga setiap kali
aku mengingat Ayah atau Ibuku maka sebuah pertanyaan akan selalu muncul di
dalam hati “Apakah benar aku ini anak yang tidak mereka inginkan?”. Mengapa
mereka menyembunyikan kenyataan ini dariku selama ini? Aku tidak dapat
mengekspresikan perasaan saat itu, saat dimana diriku mengetahui bahwa <b>kelahiranku merupakan sebuah kecelakaan dan
diri ini merupakan anak yang tidak pernah diinginkan</b>. Bagaimana mungkin
anak remaja yang ingin mengenal akan indahnya dunia ini harus dipertemukan
dengan sebuah fakta mengiris perih yang memaksaku untuk tumbuh dalam kesedihan?
Di saat itu, aku merasa Tuhan tidak adil kepadaku. Aku sungguh tidak mengerti
akan rencana-Nya yang “ajaib”, setidaknya begitulah yang dijelaskan pada <i>textbook</i> pendidikan agama yang selama
ini aku pelajari. Bagaikan sebuah kaca, diriku telah hancur menjadi butiran
terkecil yang sangat mudah terbawa oleh angin dan hilang tanpa jejak.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 28.35pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 28.35pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Bertahun-tahun
lamanya aku tumbuh dengan memikul kenyataan pahit itu kemanapun aku melangkah.
Tak kuketahui mengapa hal itu dapat terjadi. Ikatan antara seorang Ibu dan anak
mungkin yang membuat Ibuku menyadari dengan segera perubahan perilaku pada
diriku. Tak kuharapkan dan tak kuduga, Ibuku menceritakan kejelasan informasi
yang semakin membuatku terpukul. Ayahku telah memiliki dua istri, salah satunya
adalah Ibuku. Istri Ayah yang lain tinggal bersama dengan Ayah dan hidup
bahagia bersamanya yang semakin lengkap dengan kehadiran dua anak. Tak kumengerti
mengapa Ayah dapat mempunyai dua orang istri, dimana saat itu dan sampai
sekarang status pernikahan Ayah dan Ibuku tidaklah berubah. Ayah memutuskan
hubungannya dengan kami dan mungkin mencoba menutupi kehadiran kami di dalam
hidupnya. Tak kukenali keluarga Ayahku, begitupun juga teman-teman dan sanak
saudara dari keluarga Ayahku. Kenyataan bahwa aku adalah anak yang tidak
diinginkan semakin dalam mengakar di dalam pikiran dan hatiku. Betapa bodohnya
aku yang masih berharap mendapatkan kasih sayang dan keutuhan keluarga dari
seseorang yang berusaha untuk tidak menganggapku ada, bahkan mungkin
kehadiranku dan Ibuku hanya dinilainya sebagai beban semata. Tak kuingini lagi
saat-saat berkumpul antara Ayah, Ibu, dan aku terjadi. Tak kuharapkan kembali
Ayah dapat menerimaku seperti sedia kala. Tusukan kepahitan ini telah membuatku
buta akan rencana Tuhan dalam hidupku. Hingar bingar dunia seolah-olah seperti
suara jangkrik di malam hari yang terdengar sayup-sayup dari kejauhan. <b>Sungguh, hidupku hancur!</b><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 28.35pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><b><br /></b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 28.35pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Tak
kutemukan obat yang berhasil membuat diriku ini pulih seperti sedia kala.
Noda-noda kesedihan dan kekecewaan begitu pekat menempel di dalam rongga hati
dan sungguh sulit untuk dapat membuangnya. Puji Tuhan, tak Kau buat harapanku
sirna seluruhnya kepada-Mu, Tuhan. Di saat aku menangis dalam diam, Kau duduk
di sebelahku dan menenangkanku. Isak tangis tak Kau coba hilangkan dari
wajahku, namun Kau hadirkan kedamaian dan keikhlasan dalam hati untuk menerima
semua ini. Di saat aku terjatuh bahkan masuk ke dalam lubang terdalam, Kau
selamatkanku dan mengangkatku menuju pengharapan. Kejadian ini mungkin telah
merusak dan menghancurkan hidupku. Namun, satu hal yang aku pelajari, kejadian
ini tidak membuatku kehilangan pengharapan dan kepercayaan kepada Penciptaku.
Sungguh, takkan ada satu hal pun di dunia ini yang terjadi tanpa seizin
dari-Mu, Tuhan. Maka, hati yang remuk lebam yang dibalut dalam tubuhku ini
berusaha untuk melakukan hal terakhir yang mampu dilakukannya, yaitu percaya
penuh pada rencana-Mu, Tuhan. Tak ada lagi yang dapat kulakukan selain
membiarkan-Mu bekerja di dalam hidupku, menuntunku pada lika-liku perjalan yang
mengarah kepada puncak sukacita nan sejati. Engkau pengharapanku, Tuhan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 28.35pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 28.35pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Di
balik setiap ratap tangis, pasti ada gelak tawa bahagia. Begitulah yang
kurasakan hingga saat ini. Aku percaya, pengalaman hidupku sebagai anak dari
keluarga <i>broken home </i>bukan rencana
yang kecelakaan. Engkau ingin agar aku dapat memahami arti sebuah ikatan
keluarga, Tuhan. Engkau juga ingin agar aku menyadari bahwa perlindungan-Mu dan
penyertaan-Mu takkan meleset sedetikpun dari hidupku. Terima kasih Tuhan untuk
kehidupan yang Engkau berikan. Saat ini, aku bersyukur dengan apa yang aku
alami. Kekecewaan mungkin masih aku rasakan saat aku mengingat
kejadian-kejadian di masa lalu. Namun, inilah aku manusia yang penuh dengan
kekurangan yang semata-mata hanya membutuhkan pertolongan ajaib-Mu, Tuhan.
Broken home membantuku memahami arti kasih yang lebih dari yang aku kira. Ia
membantuku menyelami setiap inci kehidupan dengan hati yang penuh dengan kasih.
Melaluinya, aku menyadari bahwa mungkin Tuhan menghancurkan hidupku di satu
waktu. Aku marah, aku kecewa, dan hanya kesedihan yang aku derita. Namun, tak
selamanya hujan akan terus menaungi langit. Akan datang saatnya pelangi indah
yang hadir membawa keceriaan dalam hidup yang memampukan kita melupakan
kesedihan akibat hadirnya hujan. Tuhan akan membentukku kembali menjadi pribadi
yang lebih indah dan bermanfaat. Layaknya sebuah bejana yang cacat, dihancurkan
oleh sang seniman hingga keping-keping terkecil dan menyatukannya dengan penuh
kasih, membentuknya dan akhirnya menjadi bejana yang lebih indah. Demikianlah
kehidupanku yang aku jalani. <b>Kehidupanku
hancur, namun tidak hancur</b>. Terima kasih Tuhan atas kasih yang tidak
terkatakan kepadaku.<o:p></o:p></span></div>
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><i><br /></i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: large;"><i>Tentang Penulis :</i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: large;"><i>Studi saat ini di Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia</i></span></div>
Hamur Inspiringhttp://www.blogger.com/profile/09772530393294564042noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4414565625267809028.post-30994696717249049052016-12-22T12:44:00.002+07:002017-04-03T14:49:16.062+07:00DORAMA<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<span style="font-size: large;"><span style="font-family: "times new roman" , serif; line-height: 150%;">Oleh : </span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 16px;">Maharani Ratih Prilayanti</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">“Apapun
yang akan kau lakukan, bila dari awal kau menyimpan keraguan jangan lakukan
itu. Sesuatu yang dipaksakan itu tidak baik hasilnya”. Sepenggal kalimat itu
menjadi pengingatku dalam mengambil keputusan. Bukan karena nasihat orang lain,
tapi hidupku sendiri yang memberi banyak pelajaran. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; line-height: 150%;">Saat
menulis cerita ini, bagiku aku hanya anak perempuan tunggal berumur 21 tahun
yang tinggal dengan ibuku karena orangtuaku berpisah sejak 3 tahun yang lalu. Orang
bilang aku adalah anak <i>broken home</i>,
tapi aku sendiri tidak merasa <i>“broken”</i>
karena yang aku tidak merasa rusak. Aku masih merasa diriku utuh seperti anak
lainnya, walaupun orang lain menganggap berbeda. Disini aku tidak ingin
menyudutkan salah satu pihak, niatku hanya membagi ceritaku dan dapat kau ambil
pelajarannya. <o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Orangtuaku
memang belum lama berpisah, tapi selama menjadi anak aku tidak merasakan kebahagiaan
nyata. Semacam merasa bahagia tapi kau tahu cepat atau lambat bencana akan
datang. Rasanya seperti kau sudah tahu kapan ajalmu akan datang namun orang di
sekitarmu sedang berusaha membahagiakanmu. Hanya kepalsuan. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Dilahirkan
menjadi anak tunggal tidak selamanya kau akan dimanjakan oleh orangtuamu.
Menjadi anak tunggal juga berarti kau harus menanggung perih sendiri, dan itu
terjadi padaku. Saat aku umur 6 tahun, aku harus mengetahui bahwa orangtuaku
tidak seharmonis yang aku bayangkan. Anak 6 tahun mana yang mengerti tentang
masalah rumah tangga, yang aku tahu hanya orangtuaku bertengkar dan buatku itu
wajar karena mereka memang sering bertengkar. Namun, masalah yang terjadi bukan
berawal dari itu, tapi sejak orangtuaku belum menikah. Yang aku tahu ibu dan
ayahku memang hampir gagal menikah karena ibuku perlahan mengetahui watak asli
ayahku. Seperti yang kau duga, akhirnya memang ayahku tetap memaksa dan
pernikahan terjadi. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Setelah
pernikahan masalah mulai muncul terus menerus bahkan sebelum aku lahir. Mulai
dari kebohongan, fitnah, wanita lain, judi, dan hutang. Aku tidak pernah
mengerti semua hal itu sampai aku menjadi bocah yang baru masuk SD yang dipaksa
mengerti masalah orang dewasa. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Aku
masih ingat waktu itu aku dititipkan ke tetanggaku karena ibu dan ayahku ada
urusan. Aku sudah merasa janggal sedari itu. Aku memang selalu ikut kemana
ibuku pergi. Entah darimana aku tahu kalau hari itu ternyata orangtuaku sedang
bertemu dengan selingkuhan ayahku dan suaminya. Saat itu aku juga belum paham
apa itu selingkuh, tapi semesta sepertinya menginginkan aku dewasa lebih cepat.
Dalam waktu singkat aku tahu masalah yang terjadi, dari bagaimana bisa terjadi
sampai identitas perempuan itu. Tidak lama setelah pertemuan itu ibuku
mengajukan gugatan cerai.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Perjalanan
gugatan cerai tersebut tidak berjalan mulus, ayahku selalu berusaha menunda
persidangan dengan berkali-kali tidak datang. Kurang lebih setahun
terombang-ambing tetapi ibuku mengalah dan rujuk kembali karena melihat aku
yang masih kecil dan ayahku yang bersedia berjanji hitam diatas putih untuk
berubah lebih baik.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Selama
sebelas tahun setelah rujuk, kehidupan kami tidak seperti yang diharapkan. Masalah
masih terus datang silih berganti dan masih sama seperti sebelumnya. Hutang,
perselingkuhan, judi, dan kebohongan masih terus berlanjut. Ayahku sering
berhutang kemana-mana dengan alasan bisnis tanpa sepengetahuan ibuku, yang kami
tahu hanyalah penagih hutang yang datang silih berganti pada ibuku bahkan ada
yang menagih padaku. Mulai dari yang masih bersikap baik sampai bersikap kasar.
Kami pun juga tidak tahu ayahku menggunakan uang-uang tersebut untuk apa,
bahkan ayahku pun tidak memberikan nafkah yang cukup untuk kami. Pernah suatu
ketika penagih hutang datang ke rumah untuk mengambil satu-satunya motor yang
kami punya karena ayahku menggadaikan tanpa sepengetahuan ibuku, dan motor itu
adalah pemberian kakekku untuk ibuku. <i>And
in that time, I lost my words.</i> <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><i><br /></i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Kehidupan
semakin buruk saat aku kelas 6 SD. Aku sudah kehilangan mukaku karena ulah
ayahku. Ayahku memang seorang <i>programmer</i>,
pekerjaan yang menjanjikan untuk generasi ayahku yang masih jarang orang ahli
dalam bidang tersebut. Tetapi ayahku tidak memanfaatkan ilmunya dengan baik.
Ayahku menangani proyek pengadaan internet di sekolahku namun dana yang
seharusnya digunakan untuk mengerjakan proyek malah dibawa kabur oleh ayahku.
Padahal uang dua puluh juta tersebut adalah hasil hutang salah satu guru
sekolahku dengan konsekuensi gaji dipotong. Kau bisa bayangkan sendiri
bagaimana perasaanmu jika ayahmu bisa berbuat demikian padahal kau masih
bertemu dengan gurumu setiap hari. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Masalah
tidak sampai disitu saja, di rentang waktu yang tidak lama kejadian besar
menimpa keluargaku. Masih ingat betul rabu siang itu aku sakit dan tidak masuk
sekolah dan tiba-tiba ayahku yang tidak biasanya pulang saat jam istirahat
pulang ke rumah dan menanyakan keberadaan tas ransel hitam yang biasa dibawa.
Aku tidak tahu dimana ransel itu berada. Ternyata tas ransel itu yang membuat
hidupku berubah dalam sehari saja. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Tas
ransel itu berisi uang pembayaran beberapa orang yang mempunyai cicilan
pembayaran di kantor ayahku. Aku tidak tahu mengapa ada orang yang membayar
melalui kantor ayahku padahal ayahku tidak bekerja di posisi yang berhubungan
dengan keuangan. Uang yang ada di dalam ransel itu jika dikalkulasi sekitar dua
puluh juta dan ransel tersebut hilang. Beberapa hari kemudian, ransel itu
kembali namun tidak dengan uang yang ada di dalamnya. Seperti yang kau tebak,
ayahku dituduh menyelewengkan uang perusahaan dan dipaksa mengundurkan diri
dari kantornya. Sampai sekarang aku juga tidak tahu ayahku benar-benar
kehilangan secara tidak sengaja atau memang menyelewengkan uang tersebut
setelah kelakuan ayahku yang sering berhutang sana sini tanpa tahu digunakan
untuk apa. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Kau
juga tahu apa yang terjadi selanjutnya, <i>he
is jobless</i>. Gaji ibuku sudah dipotong untuk melunasi hutang ayahku,
sebelumnya orangtuaku juga sedang membangun rumah kami. Padahal aku mulai masuk
smp dan butuh biaya. Apalagi aku masuk ke SMP terbaik di Jogja dan di kelas
akselerasi. <i>Fyi, </i>biaya kelas
akselerasi di SMP N 5 sekitar dua ratus ribu dan gaji ibuku hanya dua puluh
lima ribu karena habis dipotong untuk melunasi hutang ayahku. Lalu bagaimana
dengan kehidupan kami? Ibuku setiap hari hanya tidur 2 jam karena membuat kue
dan pepes untuk memenuhi biaya sehari-hari dan sekolahku yang mahal. Setiap
pagi ibuku mengantar ke pasar untuk dititipkan ke pedagang. Siang hari
giliranku mengambil sisa dagangan dan menitipkannya kembali ke warung dekat
rumah. Hal itu berlangsung beberapa tahun sampai hutang ibuku di kantor lunas.
Ibuku selalu mengusahakan yang terbaik untukku meskipun biaya sekolahku mahal
tetapi ibuku selalu berusaha untuk memberiku pendidikan yang terbaik. Kau juga
bisa menebak apa yang dilakukan ayahku selama itu. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><i><br /></i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><i>He is doing nothing</i>, <i>stay at
home with his laziness and never seeking any job</i>. Sampai tahun terakhir di
SMP, ayahku baru mendapat pekerjaan dan itupun ibuku yang mencarikan. Saat itu
kontrakan rumah kami juga habis dan kami tidak punya uang untuk mencari
kontrakan baru. Rumah yang sedang kami bangun juga belum bisa ditinggali karena
uang muka di bank yang seharusnya sudah lunas juga diselewengkan ayahku.
Akhirnya kami menumpang di rumah salah satu teman ibuku yang tidak dipakai
selama 4 bulan dan kemudian mulai tinggal di rumah kami yang baru setengah
jadi. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Di
pekerjaan yang baru tentunya gaji ayahku tidak sebesar di kantor sebelumnya.
Gajinya hanya cukup untuk membayar cicilan rumah. Ibuku membuat kesepakatan
untuk membagi tanggungjawab dengan ayahku. Ayahku membayar cicilan rumah dengan
gajinya dan ibuku berusaha untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Awalnya
memang ayahku membayarkan cicilan rumah kami untuk beberapa bulan. Seperti yang
kau bisa terka, keadaan itu hanya berlangsung sesaat kemudian ayahku tidak
membayar cicilan rumah kami nunggak hingga bertahun-tahun. Ayahku berargumen
bahwa rumah yang kami tinggali belum mendapat IMB dan bank mempunyai andil
karena menyetujui kredit dari <i>developer </i>yang
belum mengajukan IMB. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Kau
masih ingat tadi aku bercerita tentang guruku yang uangnya dilarikan ayahku?
Suatu ketika saat aku masih SMP, aku mendapat surat dari beliau. Tanpa
membukanya aku sudah tahu surat itu ditulis oleh siapa. Aku hapal betul itu
tulisan tangan guruku yang enam tahun mengajarkan agama padaku. Kau bisa
membayangkan bagaimana perasaanku saat itu. Anak SMP yang ditagih hutang
ayahnya di sekolah dan tidak tahu ayahnya berhutang untuk apa dan uangnya
kemana. Aku juga paham bagaimana perasaan guruku yang kehilangan jejak ayahku
padahal setiap bulan gajinya harus dipotong karena uangnya dibawa kabur ayahku,
aku memakluminya. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Saat
aku SMA ternyata hutang itu juga belum diselesaikan ayahku. Saat kelas 3 SMA
adalah saat yang berat bagiku. Hari itu hari jumat dan aku baru selesai
olahraga di sekolah. Salah satu temanku memberitahu jika aku mendapat surat dan
bisa diambil di guru piket. Aku tidak curiga sama sekali karena aku mengira
surat dari dinas pendidikan atau yang lain karena aku memang mengikuti beberapa
lomba saat aku SMA. Hal yang sama terulang kembali, surat yang aku dapatkan
adalah dari guru agamaku dengan tulisan tangan khasnya. Aku tidak membacanya
sampai habis. <i>It ruined my day. </i>Seharian
aku tidak bisa fokus belajar. Aku juga tidak tahu darimana guruku tahu aku
melanjutkan SMA dimana, tapi aku paham uang sebesar itu pasti sangat berarti
untuknya. Sorenya aku memberikan surat itu pada ibuku, dan pertengkaran semakin
intens sejak surat itu datang. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Bukan
itu saja, ayahku ternyata terlibat bisnis dengan tetangga rumahku dan melarikan
uang sepuluh juta dan menjaminkan motor yang ada di rumahku jika uangnya tidak
kembali. Aku tidak habis pikir tentang perbuatan ayahku, dia melarikan uang
tetanggaku dan motor yang dijaminkan adalah motor tanteku yang dipinjamkan ke
ibuku karena kami hanya punya satu motor. Tetanggaku berkali-kali menagih ke
rumah dan mengancam akan mengambil motor itu. Padahal ibuku juga sudah
menjelaskan itu bukan motor milik ayahku namun dia tidak peduli. Selama ini
jika ada orang yang menagih hutang ke rumah ayahku selalu tidak ada dan yang
menghadapi adalah aku dan ibuku. Ayahku sengaja pulang larut supaya orang-orang
yang berurusan dengannya tidak bisa menemuinya. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Malam
itu hari rabu saat aku sedang belajar untuk latihan UN matematika SMA. Pak
Sulis tetanggaku itu datang ke rumahku menagih hutang lagi dengan nada yang
tinggi. Mulanya aku masih berusaha tenang dan tidak ikut campur saat ibuku
berbicara dengannya di depan pintu rumahku. Dia masih ngotot untuk mengambil
motor tanteku karena ayahku tidak membayar hutangnya. Karena ibuku malas
berdebat lalu ibuku mengakhiri percakapan dan menutup pintu. Tetapi dari luar
Pak Sulis teriak-teriak akan mengambil motor itu dan mengangkat motor itu
sendirian dari teras rumah padahal motor tersebut dalam keadaan dikunci ganda.
Aku pun membuka pintu rumah dan menarik motor itu supaya tidak dibawa oleh Pak
Sulis. Kemudian melepas motor tanteku dan melampiaskan amarahnya di muka ibuku.
Anak mana yang terima ibunya dimaki orang apalagi dengan jarak 10 cm dari muka
ibuku. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Aku pun menjauhkan ibuku dari Pak Sulis dan memarahi balik. Pertengkaran
kami kian memanas karena Pak Sulis berani memukulku dan kemudian tetangga
sekitar rumahku melerai kami dan meminta Pak Sulis pulang dan tidak mengganggu
aku dan ibuku. Setelah kondisi mulai tenang, aku dan ibuku masuk ke rumah dan
aku menangis sejadi-jadinya. Mengapa semua ini terjadi dan mengapa ayahku tidak
pernah berubah. Tapi aku sadar, luka ibuku pasti lebih pedih dan aku berusaha
menahan tangisku. Bila hanya meratap tidak akan ada yang berubah, aku harus
berusaha membahagiakan ibuku dengan caraku. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Ujian
nasional semakin dekat begitu juga ujian masuk PTN, tapi keadaan keluargaku
semakin tidak stabil. Walaupun begitu aku harus berhasil lulus SMA dan bisa
kuliah di UGM. Hanya itu yang aku bisa lakukan untuk ibuku yang sudah berusaha
membesarkan aku. Beberapa hari sebelum aku ujian saringan PTN, ibuku mengajakku
bicara. Ibuku meminta pendapatku apabila ibuku ingin menggugat cerai ayahku
lagi apakah aku keberatan dengan keputusan ibuku. Aku sama sekali tidak merasa
sedih saat ibuku menanyakan hal itu. Aku sepenuhnya mendukung keputusan ibuku.
Ibuku lega mendengar jawabanku, tetapi beliau masih ingin tidak mengganggu
konsentrasiku sehingga ibuku akan mengajukan gugatan setelah aku masuk kuliah. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Saat
itu hampir pukul tujuh malam, hari itu pengumuman hasil tes tertulis masuk PTN.
Aku sudah siap membuka hasilnya. Ada kekhawatiran dihatiku karena di SNMPTN
undangan sebelumnya gagal masuk UGM dan aku melihat wajah ibuku yang kecewa.
Tepat pukul tujuh malam aku <i>log in </i>dan
membuka hasil ujian tulisku. Tidak disangka aku diterima di UGM dan aku
langsung teriak kegirangan sembari menghampiri ibuku yang sedang mengaji. Aku
berkata pada ibuku jika aku diterima di UGM dan ibuku seketika menangis haru
dan memelukku. Sambil menangis berdua kami menuju kamarku dan melihat
pengumumannya. Ibuku bertanya diterima di jurusan apa tetapi aku tidak tahu
karena terlalu senang aku hanya melihat kop UGM yang terpampang dan tidak
melihat diterima jurusan apa. Konyol memang momen itu. Lalu cermati dan
ternyata aku diterima di jurusan Pendidikan Dokter Gigi yang menjadi pilihan
pertamaku. Ibuku memelukku dengan erat dan menangis haru sembari memujiku yang
berhasil memberi kebahagiaan kecil untuknya. Hatiku pun juga luar biasa bahagia
karena melihat ibuku bahagia dan memujiku karena memang aku jarang dipuji oleh
ibuku sebelumnya. <i>The true happiness is
when you make your love ones happy.<o:p></o:p></i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><i><br /></i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Akhir
tahun 2012 ibuku mengajukan gugatan cerai ke pengadilan agama. Tentu saja
ayahku tidak menerima keputusan ibuku. Sudah sejak aku kuliah, pertengkaran
dalam rumah kami semakin menjadi. Setiap pagi aku bukan dibangunkan oleh
mentari pagi namun dengan pertengkaran ayah dan ibuku. Hutang ayahku yang ada
dimana-mana dan tidak jelas untuk apa masih mendasari kekacauan di rumahku.
Sampai bulan Januari 2013 akhirnya aku dan ibuku memutuskan untuk tidak tinggal
bersama ayahku dan memilih menyewa sebuah kamar kost kecil. Bukan hanya karena
pertengkaran yang terjadi setiap hari, namun ayahku juga sudah mempermalukan
aku di kampus dengan berbuat onar karena aku tidak mau ditemui di kampus.
Ayahku menyumpah serapahi aku di depan banyak orang karena lebih memilih
mendukung ibuku daripada dia. Dia juga mengancam akan mengeluarkan aku dari
kampus. Kau tahu seharusnya yang dilakukan seorang ayah yang masih waras bukan
seperti itu. Entah perasaanku harus bagaimana, yang jelas aku sudah benar-benar
malu dan sempat enggan untuk masuk kuliah lagi. Tetapi aku selalu mengingat
pengorbanan ibuku selama ini yang berusaha menyekolahkan aku dengan susah
payah.<b> Kalau aku menyerah di titik ini lalu buat apa selama ini usahaku untuk
membahagiakan ibuku?</b><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Sepanjang
kami berpisah dari ayahku hingga ayah dan ibuku resmi bercerai di bulan Mei dan
bahkan sampai tahun 2014, aku dan ibuku selalu menerima pesan singkat dan
telpon yang bernada teror dari ayahku. Ayahku berusaha membalikkan fakta dengan
menuduh ibuku yang memiliki hubungan dengan laki-laki lain. Setiap hari
berkali-kali kami dibombardir dengan teror dan sempat membuat aku stress dan
tidak fokus dengan pendidikan. Akhirnya awal tahun 2014 mulai ada titik terang
bagi kehidupan kami. Adik laki-laki ibuku dan kakekku datang ke rumah lamaku
dan mencoba menyelesaikan masalah agar kami tidak terus menerus mendapat
ancaman dari ayahku. Hari itu juga menjadi kesempatan terakhirku bertemu
ayahku. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Hampir
dua tahun aku dan ibuku hanya tinggal di sebuah kamar kost kecil yang keadaannya
kurang layak. Tetapi aku berusaha untuk dapat menjalani studiku dengan baik
karena aku percaya Tuhan tidak akan mengingkari janjinya jika kita mau berusaha
dan berdoa serta bisa mengikhlaskan takdir yang terjadi. Benar saja, Desember
2014 aku dan ibuku bisa menempati rumah baru kami yang diberikan Tuhan melalui
kakekku yang mendapat rezeki. Rumah ini lebih besar dan bagus dibandingkan
rumah lama kami, bahkan juga dapat kami bangun beberapa kamar kost yang dapat
menambah pemasukan keluarga kami. Menerima dan berdamai dengan keadaan memang
tidak mudah, namun jika kita percaya akan garis yang diberikan Tuhan kita akan
mendapat kemudahan dalam menjalani takdirnya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Dua
puluh bulan sejak terakhir aku melihat ayahku aku kembali melihatnya saat aku
baru sampai setelah dua bulan KKN. Dia datang malam itu ke rumahku dengan
badannya yang jauh lebih kurus dan tidak terurus ketimbang saat masih bersama
ibuku. Ada perasaan yang berkecamuk saat itu. Antara rindu akan sosok ayah, iba
dengan kondisinya, tetapi hatiku masih marah dengan perbuatannya selama ini.
Aku ingat sekali saat pamit pulang, ayahku mencium keningku seperti ada rasa
rindu dengan anaknya yang selama ini tidak dia perlakukan dengan baik. Entah
perasaan itu nyata atau semu aku tidak peduli. Seperti tali yang sudah putus
dan berusaha disambung lagi, ikatannya tidak sama dengan yang tidak pernah
rusak. Begitu pula hubungan kami sekarang, walaupun aku mencoba untuk bersikap
baik dan menerima tetapi aku juga hanya manusia yang sedang belajar arti
ikhlas. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Sampai
saat aku menulis cerita ini, alhamdulillah hubungan ayahku dan aku semakin
membaik namun seperti yang aku katakan tadi segalanya tidak akan pernah sama.
Apapun yang sudah terjadi, baik buruknya kedua orangtuaku mereka tetap
orangtuaku dan takdir Tuhan tiada yang kuasa melawan. Aku hanya perlu menerima
dan menjalani kehidupan dengan baik dan berusaha membanggakan keluarga. Hidup
itu seperti drama yang harus kita lakonkan agar kita tahu bagaimana akhirnya. Hadapi
untuk menyelesaikan masalah, berdoalah untuk meminta bantuan Tuhan, dan
ikhlaskan untuk melapangkan hatimu. Dua puluh tahun kehidupan ini akan aku
jadikan pelajaran yang teramat berarti di masa mendatang, semoga untukmu juga.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><i>Tentang penulis :</i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; line-height: 150%;"><i><span style="font-size: large;">Maharani
Ratih Prilayanti, perempuan kelahiran 1995 yang berasal dari Yogyakarta. Sejak
bangku sekolah akrab dengan perlombaan dan mendapat prestasi mulai dari bidang
olahraga atletik, agama, karya tulis, hingga kehutanan. Pernah mendapat
beberapa prestasi dalam bidang karya tulis dari DIKTI dan menjalani student exchange di University of
Tokushima dengan beasiswa Pemerintah Jepang. Saat ini sedang menyelesaikan
studinya menjadi dokter gigi dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Kontak
yang dapat dihubungi melalui email: raniratih@gmail.com</span></i><span style="font-size: 12pt;"><o:p></o:p></span></span></div>
Hamur Inspiringhttp://www.blogger.com/profile/09772530393294564042noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4414565625267809028.post-52886169425151836522016-12-22T12:39:00.000+07:002016-12-22T12:39:14.034+07:00Terimakasih Resilensi, Dari Kami Para Pejuang Broken Home<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif";">Oleh : </span><span style="font-family: Times New Roman, serif;">Irvandias Sanjaya</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif";">Resiliensi
merupakan gambaran dari proses dan hasil kesuksesan beradaptasi dengan keadaan
yang sulit atau pengalaman hidup yang sangat menantang, terutama keadaan dengan
tingkat stres yang tinggi atau kejadian kejadian traumatis (O’Leary, 1998;
O’Leary & Ickovics, 1995; Rutter, 1987). Hal tersebut memang hanya
perkataan hitam diatas putih pada lembaran kertas buku teori. Namun dari sana
kita bisa melihat gambaran nyata tentang bagaimana kita harus bersikap pada
kehidupan sehari-harinya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif";">Lalu
apakah menjadi korban <i>Broken Home</i>
merupakan sebuah situasi yang sulit dalam kehidupan dan berkorelasi dengan
tingkat stres yang tinggi maupun kejadian traumatis? Jawabannya ada pada diri
kita (korban <i>broken home</i>) masing-masing.
Lantas apa sih <i>broken home</i> itu?
Jangan-jangan kita nantinya berbicara panjang lebar mengenai <i>broken home</i>, tapi sebenernya kita tidak
tahu apa artinya. Menurut Ulwan (2002) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan
keluarga <i>broken hom</i>e adalah keluarga
yang mengalami disharmonis antara ayah dan ibu. Pernyataan Ulwan ini dipertegas
oleh Atriel (2008) yang mengatakan bahwa “<i>broken
home</i>” merupakan suatu kondisi keluarga yang tidak harmonis dan orang tua
tidak lagi dapat menjadi tauladan yang baik untuk anak-anaknya. Bisa jadi
mereka bercerai, pisah ranjang atau keributan yang terus menerus terjadi dalam
keluarga.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif";"> Penjelasan diatas memang ibarat
setetes air diantara hamparan luas samudera. Semua orang boleh mendefinisikan
arti dari <i>broken home</i> dari sudut
pandang kita masing-masing. Bahkan kita yang merasa hidup dikeluarga yang
biasa-biasa saja dan bahkan dikelilingi segala kemewahan dunia sekalipun dengan
orangtua yang tidak mempunyai masalah, jika kita merasa bahwa kita adalah
korban dari <i>broken home</i>, maka semua
orang tidak boleh melarangnya. Karena kembali, masing-masing orang boleh
mempersepsikan suatu stimulus menurut apa yang kita definisikan secara
subjektif.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif";"> Disini saya tidak tahu apakah saya
sekarang ini menjadi korban dari situasi <i>broken
home</i> atau tidak. Saya sendiri masih bingung karakteristik dan detail
seperti apa yang bisa membuat <i>prejudice</i>
bahwa seseorang terdiagnosis secara klinis terkena <i>broken home</i>. Dan sebenernya apakah <i>broken home</i> ini sendiri sebagai penyebab atau malah sebagai akibat
dari adanya stres, kejadian yang traumatis dan bahkan membuat seseorang
kehilangan semangat hidup. Saya yang selama hampir 18 tahun tinggal bersama
dengan keluarga inti saya disebuah rumah yang tidak terlalu mewah di daerah
Jakarta merasa ada yang berubah sejak hampir 7 tahun belakangan ini.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif";"> Keluargaku memang tidak
kenapa-kenapa. Kami sebagai anak dan mereka sebagai orangtua tidak merasakan
ada yang berbeda. Kami sebagai anak tetap bersekolah, belajar dan berbakti
kepada mereka layaknya anak normal. Orangtua kita pun masih tetap bekerja
mencari nafkah dan sebisa mungkin memberikan perhatian, kasih sayang
(materil/non materil) seperti biasa. “Biasa” disini berbeda dengan biasa-biasa
dikeluarga lainnya. Saya dan adik yang dari kecil sudah didoktrin dengan sebuah
paradigma “Pendidikan adalah nomor satu” selalu mendapatkan prioritas pertama
dalam hal akademik. Bahkan orang tua saya pun tidak sayang jika mereka harus
merogoh kocek yang tidak sedikit agar anak-anaknya meraih pendidikan setinggi
mungkin. Saya dengan jujur mengatakan bangga sekaligus terharu dengan
pengorbanan apa yang telah mereka berdua lakukan kepada saya. Bahkan saya tidak
yakin orangtua lainnya akan berbuat yang sama seperti apa yang orangtuaku lakukan
selama ini. Terimakasih mah, pah.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif";"> Lantas dimana duduk permasalahannya?
Sepertinya keluarga saya baik-baik saja, hidup rukun, sakinah mawadah warohmah
dan ibarat <i>Family wanna be</i>. Jika iya
dan masih beranggapan seperti itu, mungkin teman-teman masih terjebak dalam
nuansa <i>hallo effect.</i> <i>Hallo effect </i>adalah kesan positif atau
negatif yang kita dapat dari orang yang baru kita temui berdasarkan
karakteristik tertentu. <i>Hallo effect</i>
ini pertama kali diteliti oleh Edward .L. Thorndike. Singkatnya, efek halo adalah
sebuah pandangan singkat dan sekilas dari tampilan fisik/luar terhadap sesuatu.
Jika kita kaitkan dengan konteks keluarga <i>broken
home</i>, mereka yang (mungkin) terkena <i>broken
home</i> akan terlihat normal dari tampilan luar/fisik (bagaimana mereka
membangun relasi dengan dunia luar) dan seakan keluarga tersebut tidak sedang
terkena sebuah “musibah” apa-apa. Kasarannya, aku rapopo. Namun jika kita
menelisik lebih jauh tentang kehidupan keluarga tersebut secara lebih mendalam,
disana kita akan menemukan sebuah keroposan yang secara terang-terangan maupun
tersembunyi yang ditunjukan oleh keluarga <i>broken
home</i>.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif";"> Selamat datang dikeluarga kami. Hal
diatas bisa dibilang proyeksi dari apa yang selama ini kami (saya) rasakan.
Orang-orang luar bahkan keluarga terdekat kami pun melihat bahwasanya keluarga
kami layaknya keluarga normal lainnya. Entah kenapa dan bagaimana, rasanya
keluarga ini sudah sangat berbeda sejak ada sebuah kejadian yang tidak
diinginkan datang dan menimpa keluarga ini. Saya yang saat itu masih berada
dikelas 2 SMP merasa bingung dan harus menerima keadaan bahwa selama 1 tahun
lebih, saya hanya diasuh oleh satu orangtua dengan keadaan saat itu Ibu dan
Ayah belum bercerai namun berpisah karena adanya faktor orang ketiga. Disana
yang notabene masih belum terlalu mengerti seperti di ‘nina-bobokan’ oleh
keadaan. Saya dan adik yang waktu itu berada bersama ibu dirumah harus rela
menahan rindu untuk hanya bertemu dengan sosok ayah seminggu sekali.
Pertengkaran mereka tidak ada yang tahu asal usulnya. Bahkan hingga sekarang
ketika saya tanya kepada kedua belah pihak, mereka cenderung menutupi dan
mengalihkan kepada isu pendidikan. Seolah dengan pendidikan, segala macam
masalah dapat tertutupi, seakan dengan pendidikan semua jenis problematika
hidup tidak datang menghampiri.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif";"> Kembali pada masa SMP silam, keadaan
keluarga kami memang sempat membaik. Ayah dan Ibu kembali dipersatukan tepat
pada hari ulang tahunku ke-14. Hari itu seakan menjadi hari terspesial dalam
hidupku. Aku yang saat itu masih ‘merengek’ meminta diberikan sebuah hadiah
seketika langsung diam terpana ketika melihat Ayah dan Ibu kembali berpelukan
didepan mataku. Aku dan adik tidak perlu lagi untuk bertemu secara diam-diam
dengan Ayah ketika kita memerlukan sesuatu hal. Namun kebahagiaan tersebut
seakan tidak mau bertahan lama dikeluarga kami. Ayah yang memang sewaktu dulu
hingga sekarang memang lebih sering tugas berpergian keluar kota setiap
minggunya semakin memunculkan spekulasi “<i>Apakah
keluarga ini akan kembali seperti dahulu?</i>” Aku yang dahulu masih memiliki
pandangan <i>positive</i> dan menganggap hal
ini ibarat bumbu-bumbu penyedap rumah tangga memunculkan stigma dan anggapan “<i>Ah, nanti pasti kalau aku ulang tahun lagi
pasti mereka akan kembali seperti dahulu lagi</i>”. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif";"> Sayang seribu sayang, hal tersebut
tidak kesampaian. Bahkan sampai aku melewati 6 kali masa ulang tahun, kejadian
indah seperti dahulu tidak terulang kembali. Aku sebagai anak saat ini hanya
dapat pasrah. Aku sendiri mengakui bahwa kedua watak dari Ayah dan Ibu
sama-sama keras. Mereka memiliki prinsip akan kehidupan, mengelola keuangan,
dan mendidik anak yang menurutku agak sedikit sama, namun berbeda dalam hal
penerapannya. Ayah yang terkenal dengan sikap tegas, lugas dan dihormati ketika
sedang menjalani tugasnya sebagai seorang pemimpin diluar mempunyai cara
pandang kehidupan yang sebisa mungkin tidak terlalu boros dalam bertindak,
agama yang kuat, dan menilai pendidikan itu perlu, namun tidak menjadi patokan
utama dalam dijadikan kriteria kesuksesan yang ulung. Masih banyak hal diluar
sana yang dapat dilakukan diluar kegiatan akademik. Hal itu ditunjukan ketika
beliau harus menyelesaikan perkuliahan S1-nya dalam jangka waktu yang tidak
sebentar (8 tahun) karena kesibukannya yang beliau selalu rindukan sampai saat
ini menjadi seorang Aktivis kampus. Meskipun pada akhirnya, satu hal yang saya
sayangkan, beliau semacam kehilangan kharismanya ketika sudah berada didalam
keluarga.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif";"> Mamahku adalah sesosok wanita
cerdas, pintar, ahli Hukum tulen yang mempunyai pandangan bahwasanya “Kita
boleh menikmati kehidupan asal selama Ilmu masih dikandung badan”. Beliau yang
jika aku tarik pada saat masa kuliah bertolak belakang dengan kondisi ayah
mencoba menanamkan idealisme akan sebuah tatanan nilai yang dianggapnya benar
dan selalu <i>over protektif</i> terhadap
sang anak. Beliau yang saat ini bekerja sebagai seorang Pegawai Negeri Sipil
golongan “atas” ini mempunyai sebuah kekurangan yang menurutku cukup harus
dihindari oleh perempuan lainnya, yaitu terkait tingginya ego beliau baik
diluar dan didalam rumah. Ditambah gaji beliau lebih tinggi dari sang suami
semakin menambah kekuatan beliau dalam mengambil posisi dalam keluarga.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif";"> <b> Mungkin mereka berdua lupa dan masih
menganggap bahwa keluarga ini hanya diisi oleh mereka berdua saja.</b> Anak hanya
dijadikan alat pelengkap yang dititipkan oleh Tuhan. Mereka lupa, bahwasanya
keluarga adalah ekosistem terkecil yang dimiliki oleh seorang individu. Jika
menelisik teori Bronfenbreiner tentang ekologi manusia yang menyatakan bahwa
sejatinya manusia memiliki lima ruang lingkup dalam kehidupannya, dan
masing-masing dari kelimanya saling berkaitan. Mulai dari mikrosistem yaitu
pada bagaimana dan dimana anak tersebut mengahabiskan banyak waktu luang.
Sistem ini adalah anak yang lebih berinteraksi kepada semua orang termasuk <b>keluarga</b>,
teman sebaya, sekolah, dan tetangga. hingga kronosistem yang menitik beratkan
pada kondisi sosio historis dari perkembangan orang. Disana diibaratkan jika dari
titik terkecil sudah mengalami sebuah permasalahan, maka kedepannya adalah
ibarat bola salju yang terus membuntuti.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif";"> Hal ini nyata adanya, aku yang
selalu merasa iri dengan teman-teman lainnya ketika sudah membicarakan masalah
keluarga serasa ingin berteriak kepada Tuhan “Mengapa engkau tidak memberikan
keluarga seperti yang lainnya?” Aku yang tidak merasakan rasa kasih sayang,
rasa cinta dan perhatian dari keduanya merasa terkadang bingung untuk
mengungkapkan keluh kesah yang kuterima disekolah (pada saat SMP dan SMA)
kepada mereka berdua karena aku yakin, tanpa adanya cerita dariku saja,
sebenarnya mereka sudah mempunyai masalah yang sudah lama tertimbun
dalam-dalam. Maka dari itu segala jenis masalah, problematika tentang nilai
akademik, relasi sosial dan percintaan remaja tidak pernah kuceritakan kepada
mereka. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif";"> Entah satu paket apa memang dampak
dari kejadian tersebut, kehidupan saya diluar keluarga menjadi berantakan. Alih-alih
mencari pelarian, saya malah ‘terlempar’ dari dunia sosial karena sikap saya
yang mungkin tidak sesuai dengan harapan mereka. Saya-pun tidak segan-segan
menjadi bahan bullyan orang lain karena suatu hal. Namun satu hal, saya masih
merasa bersyukur karena tidak sampai terjerumus pada godaan narkotika dan pergaulan
yang salah. Karena saya mempunyai prinsip bahwasanya “Kamu tidak berhak
menyalahkan keadaan atas apa yang kamu lakukan/terima sekarang” Mulai dari situ
saya sadar bahwasanya Tuhan mengirimkan “musibah” Broken Home ini dengan maksud
dan tujuan yang jelas. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif";"> Berbagai macam cara saya gunakan
untuk mencari hikmah dibalik keadaan tersebut. Dan pada akhirnya saya
memutuskan untuk “memanfaatkan” keadaan untuk hal yang saya anggap bisa
mendorong diri saya untuk sampai pada level tahapan resiliensi. Pada umur saya
menginjak 19 Tahun, saya berpindah tempat ke Yogyakarta untuk melanjutkan masa
jenjang studi sarjana. Jika anak-anak rantau lainnya merasa sedih karena harus
berpisah dengan keluarga, maka mungkin saya adalah satu-satunya/sebagian kecil
dari mereka yang merasa “terbebas” dari belenggu permasalahan <i>broken home</i>. Pertamanya memang sulit
untuk melepaskan diri, karena sudah ketergantungan selama hampir dari masa
kanak-kanak hingga menjelang remaja akhir. Namun lama kelamaan saya merasakan
sebuah “kebebasan” dalam mengeksplore diri. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif";"> Saya yang saat itu merasa bersyukur
jauh dari Orangtua karena secara tidak langsung “keluar” dari belenggu
permasalahan keluarga yang ibarat benang kusut yang tidak bisa diuraikan lagi
menganggap bahwa saat inilah saya menunjukan kepada mereka bahwasanya keadaan
lingkungan bisa membawa dampak kepada tuannya. Mulai dari segi kehidupan yang
sifatnya kecil hingga besar pun terjadi dalam diri saya. Ibarat terjadi
revolusi ke arah yang entah disatu sisi <i>positive</i>
karena saya bisa bebas dan mempunyai otoritas dalam diri atas kontrol diri saya
dan tidak terganggu karena permasalahan keluarga, namun disatu sisi, saya
merasa ini bersifat <i>negative</i> karena
saya merasa “keluar dan tidak bertanggung jawab” untuk menyelesaikan
permasalahan. Saya yang selalu memantau keadaan keluarga dari jarak jauh via
pembantu dirumah merasa semakin sedih karena keadaan tidak kunjung membaik dan
semakin diperparah karena Ayah sudah hampir 3 bulan pulang kerumah, Ibu yang
tidak memperdulikan hal tersebut dan pada tahun berikutnya lebih memilih menemani
menemani Adik saya pada saat berkuliah diluar kota dibandingkan dengan
suaminya, “terror” dari tetangga yang menanyakan “<i>Kok Bapak …. Tidak kelihatan ya Dek, Bu, Mas?</i>” Kami yang terus
berdalih dan menutupi dengan jawaban yang sifatnya <i>normative</i> dengan mengatakan “<i>Ooh,
Ayah sedang keluar kota</i>” seakan malu dan merasa bingung entah untuk sampai
jangka waktu kapan kami harus menerima pertanyaan-pertanyaan tersebut. Dan pada
<i>moment</i> terparahnya adalah ketika Adik
saya memberitakan tentang suatu hal dan ia menangis ketika beliau mendapatkan
pertanyaan yang begitu mendalam bagi kalangan siswa SMA lainnya “<i>Kok ayahmu gak pernah kelihatan baik dirumah
saat kita berkunjung atau menjemput kamu disekolahan sih?</i>” Ternyata memang
benar, pepatah yang mengatakan sebusuk apapun bangkai yang disembunyikan, pada
akhirnya akan tercium baunya. Saya mungkin tidak bisa berbuat banyak. Namun
saya terkadang merasa kasihan dengan kondisi Adik yang harus “terguncang”
psikis dan mentalnya karena permasalahan yang orangtua perbuat. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif";"><br /></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif";">Dan
terakhir, Mah, Pak, tulisan ini mungkin tidak akan sampai kepada kalian. Entah
saya berasumsi atau memang kalian tidak peduli atas kehidupan kami. Muungkin
aku dan adik juga belum bisa menjadi seorang anak yang membanggakan dimata
kalian. Kami pun terkadang masih suka membangkang dari perintahmu. Maafkan kami
juga atas dosa-dosa kesalahan kecil/besar yang kami lakukan selama ini. Kami
bukan bermaksud menyakiti hati kalian. Namun apakah kalian pernah berpikir
bahwasanya memendam situasi/perasaan yang <i>negative</i>
hanya ibarat menunggu bom waktu akan meledak saja? Itulah yang kami rasakan.
Kami mungkin nanti akan memiliki keluarga yang Insa Allah bahagia. Namun kalian
akan menjalani masa tua. Apakah Bapak dan Mamah hanya mau berdiam-diaman saja?
Apakah dengan cara seperti ini bisa membuat keadaan membaik? Ah sudahlah Pak,
Mah. Kewajiban seorang anak hanya berbakti kepadamu dan saling mengingatkan
diantaranya dalam kebaikan. Jika kalian rasa ini yang terbaik. Lantas kami bisa
apa?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif";"> Sumber :<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="background: white; color: #333333; font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 10.5pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"> Santrock,
John W. 2002. <i><span style="border: none windowtext 1.0pt; mso-border-alt: none windowtext 0in; padding: 0in;">Adolescence: Perkembangan Masa Remaja</span></i>.
Yogyakarta: Erlangga</span><span style="font-family: Times; font-size: 10.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 15.75pt; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #333333; font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 10.5pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";"> Hall, Calvin S,
Gardner Lindzey. 1993. </span><i><span style="border: none windowtext 1.0pt; color: #333333; font-family: "inherit","serif"; font-size: 10.5pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-border-alt: none windowtext 0in; padding: 0in;">Teori- Teori Psikodinamik (Klinis)</span></i><span style="color: #333333; font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 10.5pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">. Yogyakarta: Kanisius<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 15.75pt; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #333333; font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 10.5pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 15.75pt; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #333333; font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 10.5pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 15.75pt; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #333333; font-family: Times, Times New Roman, serif;"><i>Tentang penulis :</i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 15.75pt; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #333333; font-family: Times, Times New Roman, serif;"><i><br /></i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 15.75pt; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #333333; font-family: Times, Times New Roman, serif;"><i>Studi saat ini di Fakultas Psikologi, Universitas Gadjah Mada. Prestasi Irvandias :</i></span></div>
<div class="MsoNormal">
</div>
<ul>
<li><i style="font-family: "Times New Roman", serif;">Founder
Hipwee Community Regional Yogyakarta</i></li>
<li><i style="font-family: "Times New Roman", serif;">Inisiator
of Era-GON UGM</i></li>
<li><i style="font-family: "Times New Roman", serif;">Co-Founder
Indonesia Bisa social movement</i></li>
<li><i style="font-family: "Times New Roman", serif;">Culture
Ambassador of Gadjah Mada University 2015</i></li>
<li><i style="font-family: "Times New Roman", serif;">Firefox
Student Ambassador 2016</i></li>
<li><i style="font-family: "Times New Roman", serif;">Setengah
Dewa #1</i></li>
<li><i style="color: #141823; font-family: "Times New Roman", serif;">Awarded
advocacy project by Young Leader Habitat for Humanity 2016</i></li>
<li><i style="font-family: "Times New Roman", serif;">Indonesia
Korea Fair Cultural Exchange Program 2015</i></li>
<li><i style="font-family: "Times New Roman", serif;">UGM-Kansai
University Short Global Exchange Program 2015</i></li>
<li><i style="font-family: "Times New Roman", serif;">Indonesia
Youth Cultural Exchange, Cambodia Program 2015</i></li>
<li><i style="font-family: "Times New Roman", serif;">Indonesia
Singapore Entreprener Exchange Program, 2016</i></li>
<li><i style="font-family: "Times New Roman", serif;">Top
Best 5<sup>th</sup> Exchangers UGM 2015</i></li>
<li><i><span style="font-family: "Times New Roman", serif;">Indonesia
Singapore Exchange Entrepreneurial</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman", serif;">Program, 2016</span></i></li>
<li><i style="font-family: "Times New Roman", serif;">Asia
Pacific Urban Youth Forum, Indonesia Delegates 2015</i></li>
<li><i style="font-family: "Times New Roman", serif;">Top
20<sup>th</sup> (Finalist) of Ideas Summit #2 Bussiness Plan Competition</i></li>
</ul>
<br />
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 15.75pt; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 15.75pt; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #333333; font-family: Times, Times New Roman, serif;"><i><br /></i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 15.75pt; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #333333; font-family: Times, Times New Roman, serif;"><span style="font-size: 14px;"><br /></span></span></div>
Hamur Inspiringhttp://www.blogger.com/profile/09772530393294564042noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4414565625267809028.post-67602997767623681952016-12-22T12:31:00.001+07:002016-12-22T12:31:08.846+07:00(Dalam) Diam<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: center;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">Oleh : Annisa Fitria</span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: center;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;"><i><br /></i></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: center;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;"><i><br /></i></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: center;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;"><i>Ayah<o:p></o:p></i></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;"><i>Ketika suatu hari kamu bertanya pada ibu<o:p></o:p></i></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;"><i>tentang cara ia bertemu dengan ayah,<o:p></o:p></i></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;"><i>ibumu tidak pernah menjawab.<o:p></o:p></i></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;"><i>Sejak itu kamu mengurungkan niatmu<o:p></o:p></i></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;"><i>Untuk bertanya lebih lanjut mengenai
ayah.<o:p></o:p></i></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;"><i>Yang kamu tahu adalah kamu bersyukur
punya ayah.<o:p></o:p></i></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;"><i>Yang kamu tahu adalah cara berterima
kasih<o:p></o:p></i></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;"><i>dibesarkan dalam keluarga yang
menyayangimu sepenuh hati meski terpisah jarak.<o:p></o:p></i></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;"><i>Tuhanku Yang Maha Baik,<o:p></o:p></i></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;"><i>Jika nanti anakku bertanya tentang cara
aku bertemu dengan ayahnya,<o:p></o:p></i></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;"><i>tolong pastikan aku bisa menjawabnya.</i><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman", serif; line-height: 150%;"><span style="font-size: x-small;">(Sumber : tulisan penulis dalam
tumblernya)</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman", serif; line-height: 150%;"><span style="font-size: x-small;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kalau aku diminta untuk
menceritakan mengenai kisah keluargaku, jujur saja hal itu lebih susah
dibandingkan mengerjakan soal ujian nasional. Aku tidak pernah terbuka pada
siapa pun tentang kondisi orang tuaku sampai aku duduk di bangku S2. Kuliahku
di magister profesi psikologi klinis sebenarnya ‘memaksa’ ku untuk terbuka dan
berproses dengan masa lalu. Istilah ‘berproses’ menjadi begitu sering ku dengar
sebagai kata yang mewakili penerimaan secara sederhananya. Kalau kamu bisa
menerima dirimu sendiri, maka kamu akan lebih mudah menerima orang lain. Pekerjaan
sebagai psikolog nantinya bisa jadi akan mempertemukanku dengan orang lain yang
masalahnya sama denganku dan aku percaya bahwa di dunia ini tidak ada yang
namanya kebetulan. <i>“Lalu bagaimana kamu
bisa berjalan bersama dengan klienmu untuk melayani mereka jika kamu sendiri
tidak pernah selesai dengan masa lalumu?”</i> Begitu filosofi yang diyakini di
perkuliahanku selama ini.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Aku
berusaha menenangkan diriku sendiri bahwa tidak apa-apa mencoba mempercayai
orang lain. Tidak pernah terbayang darimana aku harus memulai ceritaku.
Deg-degannya bukan main saat itu. Rasanya lebih dari pertemuan dengan seseorang
yang kamu suka, kalau kamu pernah jatuh cinta. Aku merasa seperti penjahat yang
mau melakukan pengakuan dosa, tapi aku bukan penjahat. Kali pertama aku
bercerita pada salah seorang sahabatku sejak S1. Ketika itu kami dipasangkan
dalam suatu kesempatan praktek konseling di kelas. Itu pun masih ku biarkan
sahabatku dulu yang pertama kali menyampaikan kisahnya. Katakan aku pengecut
sesuka hati kalian. Pengecut yang kemudian menangis sejadi-jadinya setiap kali
menyebut kata “ayah” dalam ceritanya. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Hai
Ayah! sudah lama ya aku tidak menyebut namamu dalam cerita keseharianku. Secara
matematis bisa aku simpulkan 1:1000 aku menggiring namamu masuk dalam ceritaku
dibandingkan dengan mama. Waktu itu, bukan aku tidak mau menceritakanmu pada
teman-temanku, tetapi memang aku tidak tahu kenangan apa yang bisa aku bagikan
pada orang lain. Aku minta maaf tapi begitulah perasaanku. Pernah dosenku
memintaku untuk bercerita tentangmu dalam sebuah kesempatan terapi. Apa boleh
buat, baru saja aku mulai berpikir ternyata air mata lebih cepat memberi respon
daripada bibirku sendiri. Aku sadar bahwa memang ada yang salah dengan
hubunganku dan ayah selama ini. Saat ini sepertinya aku sudah lebih siap untuk
berbagi dengan orang banyak. Ini lah kisahku dengan ayah.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Asosiasi
yang bisa aku berikan jika aku mendengar kata ayah adalah “dingin”. Bagiku,
ayah memang dingin. Dingin.....sekali sampai aku tidak tahu kapan ayah senang,
marah, ataupun sedih. Ayah tidak pernah sekali pun marah atau membentakku. Di
dunia ini semua anak pasti pernah dimarahi ayahnya, tapi aku tidak. Hebat kan?
Seharusnya masa kecilku dengan ayah menyenangkan, tapi ternyata diam nya ayah
itulah yang membuat kami tidak hangat. Yang aku tahu, sejak kecil mama dan ayah
tidak pernah sekamar seperti layaknya orang tua di sinetron layar kaca. Walaupun
begitu, dulu setiap hari Minggu, aku masih bisa merasakan pergi makan atau
belanja bulanan bersama. Dulu, aku masih bisa sholat berjamaah diimami ayah di
rumah. Dulu, aku suka cara ayah bercanda saat kami main PC games di kamar. Dan
yang terakhir aku ingat, dulu, kami masih bisa liburan sekolah ke Yogyakarta
bersama walaupun banyak situasi yang harus ‘dimaklumi’ sepanjang perjalanan.
Mungkin itu terakhir kali aku merasa ada momen ‘keluarga lengkap’ dimana ayah
dan mama berada bersama-sama setidaknya dalam satu mobil.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Oh
iya, aku punya seorang adik perempuan sekaligus temanku berbagi di rumah. Mamaku
sering mengeluh tentang ayah, tapi lagi-lagi ayah hanya bertahan dalam diam.
Kalau dalam sejarah pernah ada perang dingin antara Uni Soviet dan Amerika, begitulah
suasana rumahku. Ayah dan mama berbicara lewat aku dan adikku. Kadang aku dan
adikku saling menyuruh untuk menyampaikan pesan diantara keduanya karena kami
tidak mau membuat perang dunia ketiga terjadi di rumah. Tapi untunglah hal itu
tidak pernah terjadi. Ayah bukan tipikal orang yang ekspresif dan menunjukkan
perhatiannya kepada keluarga, Aku sudah terbiasa tampaknya. Keluargaku yang
pernah ku rasa lengkap kehadirannya, perlahan-lahan mulai pudar. Kami tidak
lagi makan di satu meja makan, tidak lagi buka puasa atau sahur bersama, tidak
lagi saling tegur sapa, dan aku juga terbiasa tidak bertemu dengan ayah selama
beberapa hari meski kami berada dalam satu atap.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Isu perceraian sudah
pernah aku dengar beberapa kali dari mulut mama. Tapi mama selalu bertahan
karena aku dan adikku, dan karena ayah sendiri terlihat acuh tak acuh. Aku dan
adikku mulai tinggal jauh dari keluarga karena kami kuliah di luar kota
Jakarta. Mama nampaknya semakin tidak sanggup bertahan tinggal di rumah tanpa kami.
Akhirnya mama memutuskan untuk pindah ke Bandung setelah pensiun di tahun 2015.
Ya, mama dan ayah resmi berpisah secara geografis sejak satu tahun lalu. Tidak
pernah ada kata bercerai terlontar dari mulut keduanya. Begitu pula dengan
teman-teman kuliahku yang semakin kritis bertanya tentang ayah. Pada
kenyataannya aku memang terlalu munafik untuk mengakui ketidakharmonisan kedua
orang tuaku. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Aku katakan pada semua
orang bahwa ayahku sibuk sehingga jarang mengunjungiku di Jogja. Aku katakan
pada semua orang kalau mamaku selalu bolak-balik Jakarta-Bandung agar tampak
tidak mencurigakan. Sampai suatu hari, salah seorang sahabatku bertanya <i>“ayah itu orangnya seperti apa sih, Nis?”</i>
Tentu saja aku bingung menjawabnya, tapi aku berkilah dengan mengatakan bahwa
ayah memang sangat pendiam dan sangat sabar sebagai satu-satunya lelaki di
rumah. Satu hal yang aku sadari setelah itu bahwa dibandingkan kata ‘dingin’,
kata ‘sabar’ terdengar lebih baik dalam menggambarkan ayahku. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Betapa tidak, lebih
dari 20 tahun mengenal ayah tetapi teramat jarang mengungkapkan amarah dan
kekecewaannya pada anggota keluarganya sendiri. Bertahan dalam diam itu pasti
menyiksa ayah. Tentu saja, sampai saat ini pun aku tidak paham maksud dari
segala diamnya. Kata beliau sih supaya tidak bertengkar, karena ayah masih
tetap ingin bertahan dalam keluarga istimewa kami sampai kapanpun meskipun
begini keadaannya. Yang aku tahu saat itu, ayah masih tetap ingin keluarga kami
ada. Tapi sulit rasanya terutama bagiku untuk bertahan dalam keluarga yang
tidak seperti keluarga. Kalau aku jadi ayah, pasti aku sudah tidak akan sesabar
itu. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kedua orang tuaku
memang sudah tidak satu rumah lagi. Tidak pernah ada surat cerai dari
pengadilan, tapi mereka sudah berpisah secara agama. Kata ayah, lebih baik berpisah
secara agama daripada mama maupun ayah sama-sama berdosa karena meninggalkan
kewajiban masing-masing dalam rumah tangga. Aku bisa mengerti, sangat mengerti.
Mama tidak pernah melarangku menghubungi ayah. Mama bilang, <i>“sampai kapanpun tidak ada yang namanya
mantan ayah, nak”. </i>Kata berpisah pernah aku dengar pertama kali saat aku
duduk di bangku kelas 3 SMP. Saat itu aku berusaha merelakan kalau memang kedua
orang tuaku bahagia dengan jalan hidupnya masing-masing. Tapi tentu saja aku
berbohong. Aku yang dulu tampaknya masih egois dan terlalu peduli dengan
pandangan orang lain akan keluarga yang dianggap sempurna.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tapi coba lihatlah dengan
lebih dewasa, ternyata Allah sangat sayang padaku. Sekali lagi aku diberikan
kesempatan untuk merasakan keluarga lengkap meski hanya satu hari. Ayah dan
mamaku datang pada hari kelulusanku di bulan Agustus 2015. Tidak apa aku harus
menjemput mereka di hotel yang berbeda dan tidak masalah bagiku karena harus
berpura-pura di hadapan semua orang bahwa keluargaku tampak baik-baik saja.
Setidaknya, aku bisa punya foto keluarga karena memang keluarga istimewaku
tidak pernah punya foto bersama yang terpasang di ruang keluarga. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Hari itu tanggal 20
Agustus 2015. Aku wisuda. Dua hari sebelum upacara wisuda, aku menghubungi ayah
dan meminta beliau hadir. Yang ku ingat pertanyaan ayah adalah <i>“ayah boleh datang, nak?” </i>Tentu saja
boleh! Aku senang sekali karena ayah mau datang. Momen itu adalah pertama
kalinya aku meminta ayah melakukan sesuatu untukku. Datang ke acara kelulusan
S1 ku adalah kali pertama setelah sejak TK sampai SMA ayah tidak pernah datang
dalam hari besar kelulusanku. Ayah meminta aku memilihkan baju untuknya. Saat
itu aku merasa sepenuhnya menjadi anak perempuan tertua ayah. Aku dan ayah
tidak pernah sedekat malam itu ketika ayah bercerita padaku atas segala
penyesalan dan kekecewaannya terhadap keluarga istimewa kami. Aku bisa melihat
ayah mau menangis karena begitu pun aku. Hari itu aku sepenuhnya merasa
memiliki seorang ayah. Ayah yang selama 23 tahun aku rindukan kehadirannya,
hari itu beliau ada untukku. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Satu hal yang aku
sadari, ayahku yang dingin tetaplah seorang ayah. Ayahku yang dingin ternyata
tetap merasa kehilangan ketika mendapati lemari kedua putrinya kosong dan tidak
ada lagi pakaian di dalamnya. Ya, karena aku dan adikku ikut dengan mama pindah
ke Bandung. Ayah bilang padaku, saat itu ayah sesungguhnya merasa jauh dari
kami. Sangat jauh. Ayah merasa sudah tidak ada lagi orang disampingnya. Air
mataku hampir tumpah bahwa ternyata beliau tetaplah ayahku, bagaimana pun
kecewanya masa kecilku. Kupikir wisuda bisa menjadi hari bersejarahku dengan
ayah selain hari pernikahanku nanti.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kedua orangtua
sebenarnya diizinkan masuk ke dalam gedung upacara wisuda, namun duduk terpisah
dengan wisudawan. Tidak mudah bagi ayah dan mamaku untuk duduk bersama setelah
sekian tahun tidak berkomunikasi. Pada akhirnya, ayah ditemani adikku
menyaksikan prosesi wisuda dari gedung yang berbeda melalui layar lebar. Adikku
menghampiriku setelah selesai upacara, <i>“kak,
ayah bangga banget sama kamu. Tadi pas kamu dipanggil dia minta aku buat terus ambil
gambar dan jangan sampai kelewatan.” </i>Ayahku memang tidak pernah menyatakan
rasa bangganya secara tersurat, sampai aku tidak pernah sadar bahwa beliau bisa
merasa bangga pada anaknya. Terima kasih, Ayah. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sepertinya aku banyak
bercerita tentang ayah daripada mama. Sebenarnya alasannya sederhana, karena aku tidak pernah
mengungkapkan secara langsung apa yang aku rasakan kepada ayah selain lewat
tulisan dan ini pertama kalinya. Keluargaku istimewa. Begitulah keadaannya.
Tapi ayah dan mama punya porsi masing-masing dalam setiap rentang kehidupanku.
Aku belajar banyak hal tentang agama dari ayah. Aku belajar kesabaran dan
kesederhanaan dari ayah. Ayah membuatku tumbuh menjadi pribadi yang berani
mengambil keputusan saat mama ragu akan keinginanku untuk belajar ke luar
negeri 7 tahun lalu. Ayah yang selalu menemaniku saat mama tidak mau makan
gulai kepala ikan di rumah makan padang. Ayah yang selalu aku ingat, kalau aku
makan nasi panas dengan lauk pepes di rumah makan sunda. Ayah yang tidak pernah
memarahiku dan selalu menegurku dengan caranya yang diam-diam menyentil terlalu
dalam. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sebenarnya, ayah dan
mamaku itu saling melengkapi. Allah itu Maha Adil yah, hanya saja aku yang
kurang bersyukur dengan kondisi keluarga istimewaku. Keluargaku mungkin tidak
tinggal bersama layaknya keluarga lain. <b>Keluargaku mungkin tidak sehangat dan sedekat keluarga lain</b>, tapi
aku ada karena ayah dan mamaku pernah bersama. Aku mensyukuri segala yang telah
Allah berikan karena mereka tidak pernah bertengkar di hadapanku, mereka tidak
pernah melakukan kekerasan fisik padaku, mereka tidak pernah menyalahkan atau
menuntutku. Terima kasih telah mendidikku sampai saat ini dalam agama dan cinta
kasih, dalam diam dan dalam jarak. Aku sayang kalian, mama..ayah.. </span><span lang="IN" style="font-family: Wingdings; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: Wingdings;">J</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: Times, "Times New Roman", serif; text-indent: 0.5in;"><i><br /></i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: Times, "Times New Roman", serif; text-indent: 0.5in;"><i><br /></i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: Times, "Times New Roman", serif; text-indent: 0.5in;"><i><br /></i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: Times, "Times New Roman", serif; text-indent: 0.5in;"><i><u>Tentang penulis</u> :</i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="IN" style="font-family: Wingdings; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: Wingdings;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<i><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Nama lengkap saya Annisa Fitria dan
biasa dipanggil nisa. Saya lahir di Jakarta, 27 Juni 1992. Saat ini saya sedang melanjutkan sekolah di
Magister Profesi Psikologi Klinis Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Kalian
bisa menghubungi saya melalui </span><span lang="IN"><a href="mailto:annisafitria92@hotmail.com"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">annisafitria92@hotmail.com</span></a></span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">. </span></i></div>
Hamur Inspiringhttp://www.blogger.com/profile/09772530393294564042noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4414565625267809028.post-78321556803300860262016-12-22T12:24:00.000+07:002017-04-03T14:48:57.190+07:00La Tahzan Innalaha Ma'ana<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: large;"><span lang="IN" style="font-family: "times new roman" , "serif"; line-height: 150%;">Oleh : </span><span style="font-family: "times new roman" , serif; text-align: justify;">Nabilla Rizky Fitriana</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: large; text-align: justify;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span lang="IN" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Hai, perkenalkan namaku Nabilla Rizky
Fitriana, anak ke tiga dari empat bersaudara, sekarang aku sedang menempuh
studi di fakultas kehutanan Universitas Gadjah Mada, saat ini aku berada di
semester 3 hendak memasuki semester 4. Pada semester 3 aku mengambil mata
kuliah salah satunya adalah silvikultur. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span lang="IN" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span lang="IN" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Di tengah hiruk pikuk praktikum
silvikultur 2015 saat menumpangi bus yang membawa kami ke tempat tujuan yaitu
wanagama, sang supir bus berhasil memecah tidurku saat dia menyetel dvd-nya dan
memutar sebuah video clip dangdut campursari dan membuat suasana bus menjadi
bising karena kami para <s>penumpang</s> mahasiswa ikut bernyanyi, seperti
sedang karaoke, lagu tersebut berjudul “korbane wong tuo” liriknya yang mengena
tuh dibagian ini “pak opo salahe ibu. Kowe nganti tego ninggal anakmu. Pak aku
kangen bapak. Pengen bali kumpul dadi siji”
dalem hati Cuma bisa bilang “njiirrrrr, ini lagu gue bangettt, wkwkw”.
Lagu itu membuatku <i>flash back </i> beberapa tahun yang lalu. Tahun tahun yang
begitu suram bagiku. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span lang="IN" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span lang="IN" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"> Selama
ini aku selalu menyembunyikan identitas bahwa aku adalah<i> </i>seorang anak <i>broken home</i>
, karena menurut ku itu merupakan aib keluarga yang tak sepantasnya aku
ceritakan, sejak SMA kelas 1 semester 2 tepatnya aku menyandang “gelar” itu.
Tak banyak kawan yang tau tentang hal itu, hanya teman terdekatku saja, jika
aku menceritakan hal tersebut tanpa disuruh tanpa diperintah, bulir bulir
mataku langsung terjun bebas mengalir di pipi hehehe sedikit labay si, tapi
memang itu kenyataannya, dari luar aku memang terlihat ceria, seolah tak ada
beban, terlihat gagah, tangguh dan kuat, namun aku tetap saja wanita biasa yang
kata orang wanita itu lebih “sensitif” lebih perasa dan lebih menggunakan hati
dibanding pikirannya ya otomatis aku cengeng sekali dalam hal ini, aku tak pernah
menangis saat musuh ku memukul ku, menendang ku atau membantingku saat
pertandingan di lapangan, karena sakit di fisik tidak ada apa apanya dibanding
sakit di hati huehuehe. Kebetulan saat SMA aku mengikuti ekstrakulikuler Merpati
Putih sehingga aku dapat “melampiaskan” kegundahan, kesedihan, kemarahan itu
saat berlatih atau saat bertanding
dilapangan. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span lang="IN" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span lang="IN" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><b>Tak ada satu orang pun yang menginginkan
keluargnya berpisah</b>, aku jamin tak seorang pun. Namun ini semua merupakan
skenario dari sang pencipta, skenario terbaik yang telah Dia tuliskan untuk
hambanya, ya aku hanya bisa “pasrah” menerima hal itu, banyak kejadian yang aku
rindukan dikeluarga ku, terutama saat berkumpul bersama, bersenda gurau,
bercengkrama, berjalan-jalan, dan yang paling kurindukan adalah berlebaran
bersama. Mungkin sudah 5 tahun kami tidak merayakan hari raya umat islam secara
utuh, awalnya saat takbiran hatiku sedih, mengingat esok tak ada opor ayam
masakan ibu yang akan dimakan bersama keluarga, tak ada pergi sholat ied
bersama saat ke masjid, tak ada acara sungkeman yang biasanya dilakukan, yaaah
nasi sudah menjadi bubur, tak ada yang bisa kulakukan untuk memutar waktu
itu. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span lang="IN" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span lang="IN" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Dijaman media sosial seperti sekarang
sering aku melihat teman temanku meng<i>upload</i>
foto bersama seluruh anggota keluarganya, ya, aku iri, sangat iri bahkan,
kenapa keluarga ku tak bisa seperti itu, jujur saja kami tidak pernah foto
bersama, tak ada satupun foto kami lengkap sekeluarga, jika ada ibu, tak ada
bapak, jika ada bapak, tak ada ibu. Ehehe sepertinya disini aku yang sangat
terluka dibandingkan dengan saudaraku, ya walaupun mereka juga terluka, namun
disini posisinya aku mungkin anak yang dekat dengan bapak, dia selalu memujiku
didepan orang orang, selalu mengajak ku pergi saat ada urusan dengan temannya,
mengajak ku pergi ke pantai berdua saja, ya hanya aku dan dia. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span lang="IN" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span lang="IN" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Sekarang bapakku sudah memiliki keluarga
baru, ya keluarga kecil yang mungkin selama ini beliau dambakan , yang dapat
memberi kebahagiaan yang mungkin selama ini tak didapatkan saat bersama kami.
Saat ini bapakku tinggal bersama istri barunya dengan 2 anak dari istri barunya
di Cilegon, kota tempat aku tumbuh saat masa kanak kanak. Pada saat pernikahan
mereka berlangsung, aku dan saudaraku tidak ada yang diundang untuk datang ke
hari bahagia mereka, entahlah apa yang ada dipikirannya, mungkin dia tau aku
tak akan merestui pernikahan tersebut hehe.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span lang="IN" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Sejak saat itu, aku memiliki kebiasaan
baru, yaitu menangis saat malam sudah tiba ketika aku hendak tidur, aku tak menyangka
ini terjadi kepadaku, aku berharap ini hanya sebuah mimpi buruk yang jika aku
terbangun maka akan selesai mimpi buruk itu, namun aku sadar ini memang
terjadi, dan aku harus menerimanya. Seperti sepenggal paragraf yang aku baca di
novel yang berjudul <i>Dunia Sophie</i> yang
sedikit menyadarkan ku “Tidak ada sesuatu yang terjadi secara kebetulan. Segala
sesuatu terjadi karena ada sebabnya. Maka, tidak ada gunanya mengeluh, jika
takdir sudah datang mengetuk pintu” sejak saat itu aku selalu mengingat kata
kata dalam novel ketika aku merasa galau, sedih dan kacau. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span lang="IN" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span lang="IN" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Hari hari di SMA ku lalui dengan baik,
aku menjuarai beberapa kejuaran yang aku ikuti, perstasi terbaik menurutku
adalah saat bertanding di Bogor, saat itu bapakku hadir menengokku dan
mendoakan ku, namun jadwal tandingku malam hari sedangkan dia harus pulang
disore harinya sehingga dia tak menonton ku, namun itu sudah membuatku bahagia,
aku diajak makan bubur ayam pada pagi hari, bahagia sekali bisa makan bersama
lagi, itu akan selalu ku kenang. Bapak ku menyemangatiku, dan Alhamduilillah
aku menjuarinya, walaupun hanya menjadi runner up. Lalu prestasi selanjutnya
saat mewakili kabupaten ditingkat provinsi atau biasa disebut O2SN, yah Cuma
sampai perempat final <i>sih</i>, namun itu
adalah salah satu dari sekian cita cita ku, yaitu mempunyai jaket bertuliskan
“Banyumas” di belakangnya, senang sekali rasanya memakai jaket itu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span lang="IN" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span lang="IN" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"> Saat kelas 3 sma aku bingung untuk melanjutkan
studi ku, aku memutuskan untuk memilih fakultas Kehutanan di Universitas Gadjah
Mada, dan Alhamdulillah aku diterima, namun itu tak berjalan mulus, aku menjumpai
masalah, disitu, bapakku berkata dia tidak mau membiayaiku karena aku kuliah di
jogja, dia akan membiayaiku jika aku kuliah di purwokerto saja. Namun Allah
sudah menakdirkan ku untuk tetap kuliah disana, akhirnya bapak ku membiayai UKT
ku saja, dan ibu yang mebiayai kehidupan ku sehari-hari. Ibu mencari pekerjaan
kesana kemari supaya dapat mengirimkan aku “sangu” untuk hidup di jogja mulai
dari membuat nasi bakar hingga malam, lalu pada pagi hari harus mengantarkan ke
toko toko, membersihkan rumah teman ibu yang sudah tidak ditinggali dan menjaga
ibu dari teman SMAnya. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span lang="IN" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span lang="IN" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Aku harus berjuang disini, belajar
dengan giat supaya medapat ilmu yang bermanfaat dan nilai yang baik, serta membuat
bangga mereka, dan membahagiakan mereka. Ternyata kehidupan di bangku kuliah
tak seperti di SMA, aku menjadi jarang berlatih Merpati Putih, tak seperti saat
SMA dulu, orientasiku mulai berubah, tanggung jawabku disini lebih berat
dibanding saat SMA, maka aku memutuskan untuk vakum sementara dari latihan
latihan yang menguras tenaga. Aku fokus pada studi ku supaya aku cepat lulus, sehingga
tidak membebani orang tua dalam membiayai kehidupanku saat kuliah. Di semester
2 kehidupan di kampus lebih bervariasi lagi, mulai dari pelajarannya praktikumnya
dan kegiatan organisasi yang ku jalani, karena aku kurang pandai membagi waktu,
maka IP ku turun hehehe itu menandakan aku harus lebih pandai dalam menejemen
waktuku. Tapi tak apa akan ku perbaiki di semester selanjutnya. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span lang="IN" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span lang="IN" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Memasuki semester 3, seperti awal yang
baik dihidupku, aku dipertemukan dengan komunitas yang memiliki latar belakang
yang sama, ya <i>Broken home,</i> disini
pikiran ku menjadi lebih terbuka, lebih bisa sedikit mengikhlaskan, dan aku
lebih termotivasi untuk menjadi lebih baik. Keluarga baru ku bernama HAMUR,
pertama aku tak tau apa artinya, ternyata itu membacanya dengan cara dibalik,
menjadi RUMAH, kau tahu banyak orang keren yang bergabung di komunitas
inspirasi, HAMUR ini adalah rumah kedua bagi kami. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span lang="IN" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span lang="IN" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Saat pertama kali aku bercerita tentang
hidupku ke mba Dian, dia berkata” kamu harus membiasakan cerita sama orang,
biar bisa lega, terus dapet banyak suport dan doa buat kamu” aku pikir benar
juga, sejak saat itu aku menjadi lebih terbuka dalam menceritakan kehidupanku,
ya walaupun tetap saja bulir itu jatuh tepat di pipi ku. Namun itu membuatku
lebih lega dan membuatku memiliki teman
yang mengerti tentang kehidupan ku. Salah satu anggota hamur juga pernah
berkata” terimaksih tuhan untuk pengalaman broken homenya” yaa, aku fikir, kita
hanya butuh berterimakasih dan berdamai dengan masa lalu, maka kau akan lebih
ikhlas, jika kau berhasil berdamai dengan masa lalu maka tak ada yang
mengikatmu di belakang, kau akan menjadi lebih kuat untuk melangkah karena
beban mu sudah kau tinggalkan, sudah kau ikhlaskan. Seperti kata- kata seorang
novelis terkenal yaitu Darwis Tere liye, “ hidup ini hanya tentang kedamaian
hati. Saat kau mampu berdamai, maka saat itulah kau telah memenangkan seluruh
pertempuran”, “akan selalu ada hari hari menyakitkan dan kita tidak tahu kapan
hari itu akan menghantam kita. Tapi akan selalu ada hari-hari berikutnya,
memulai bab yang baru bersama matahari terbit”. Maka setelah membaca itu aku
berfikir bahwa aku harus berdamai, aku juga harus memeluk kenangan pahit dan
manis, maka aku akan mengikhlaskan semua, aku akan bahagia dan tak terbebani. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span lang="IN" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span lang="IN" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;">Aku selalu mengingat ayat Al-Qur’an yang
menerangkan bahwa Allah tak akan menguji umatnya kecuali dia mampu, ya, Allah
tau aku kuat, aku mampu, aku kuat menghadapi ini semua. Sekali lagi terimakasih
Allah untuk pengalamannya. Aku harus menjadi anak yang berkualitas dibawah
tekanan, karena sesuatu yang biasa pada tekanan dan dia dapat bertahan, maka
bila “tekanan” itu dilepas dia akan melejit, melambung, dan melesat. Karena
intan terbaik dihasilkan dari tekanan yang ada, jika dia bertahan dalam tekanan
itu, maka akan menjadi intan yang berkilau, kokoh dan mahal. Yang harus aku
lakukan saat ini adalah fokus mengejar cita cita, fokus membahagiakan orangtua,
fokus memerbaiki diri, tak perlu kuingat kenangan itu, jadikan itu sebagai
pembelajaran esok hari, ambil saja hikmah dari semua kejadian kejadian itu. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span lang="IN" style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: large; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span lang="IN" style="font-family: "times new roman" , "serif"; line-height: 150%;"><span style="font-size: large;">Kau tau untuk menjadikan otot tangan,
kaki, perut dan lain lainnya besar dan kuat, itu membutuhkan latihan dan beban yang
menyakitkan, serta didukung nutrisi seperti protein dan vitamin, begitu juga
“otot hati” untuk menjadikannya kuat dan besar perlu kejadian dan pengalaman
yang menyakitkan namun untuk “nutrisi” bagi hati hanya ikhlas dan sabar. Fa
innama’al ‘usri yusro, inna ma’al ‘usri yusro, sesungguhnya bersama dengan
kesulitan ada kemudahan, bersama dengan
kesulitan ada kemudahan, Allah sangat menekankan bahwa disetiap ada kesulitan
maka Allah juga akan memberikan kemudahan, bukan kah Allah tak pernah
mengingkari janjiNya? Percaya saja padaNya maka semua akan jauh lebih mudah,
sandarkan saja padaNya maka semua akan jauh lebih ringan. Tak perlu bersedih
sesungguhnya Allah bersama kita. LA TAHZAN INNALAHA MA’ANA. </span><span style="font-size: 12pt;"><o:p></o:p></span></span></div>
Hamur Inspiringhttp://www.blogger.com/profile/09772530393294564042noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4414565625267809028.post-61547537683486011922016-12-22T12:18:00.000+07:002016-12-22T12:18:10.601+07:00Missing Link<div style="text-align: center;">
Oleh : R.U.A*)</div>
<br />
<br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<i><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Kalianlah
yang berhak mengukir, bukan orang tua atau orang lain.”</span></i><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<i><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sebagai
anak pertama yang dibesarkan dalam keluarga yang kurang harmonis, pada beberapa
kesempatan (terutama untuk satu tahun terakhir) kuucapkan banyak syukur kepada
Tuhan karena masih diijinkan untuk tumbuh dan berkembang dengan kesehatan mental
yang cukup baik. Masa-masa sulit itu sudah terbilang mulus untuk kulalui tanpa
ada seorangpun yang tahu. Ya, mereka melihatku baik-baik saja. Termasuk juga
kalian. Aku yang masih sama, tidak berubah ke dalam bentukan jiwa yang lain.
Aku yang akan tetap kelihatan biasa saja, namun memeluk erat-erat setiap tetesan
air mata yang disimpannya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kujalani
hidup dengan baik-baik saja, seperti kebanyakan orang. Hidup berteman, bercanda-tawa,
adakalanya berhura-hura. Namun di sisi lain, kerap kali kecewaan itu hadir bersamaan
dengan peristiwa yang membuatku merasa berbeda dari yang lain. Hidup sebagai
anak <i>broken home</i> memberiku arti bahwa tak selamanya kebahagiaan dapat
kita terima seutuhnya, bahkan Tuhan sudah merancang bingkai-bingkai kebahagiaan
yang lain, yang jauh tak terkira indahnya dibandingkan ekspektasi kita tentang
kebahagiaan sesungguhnya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Lewat
goresan pena ini, aku terlebih dahulu ingin meluruskan bahwa tidak ada maksud
untuk mengajak kalian mempersalahkan orang tua. Namun, mari kita belajar
bersama-sama, mengambil hikmah dan menarik kesimpulan dari suatu permasalahan
dengan sudut pandang yang lain, bukan sudut pandang seorang anak <i>broken home
</i>pada umumnya. Seperti kepingan <i>puzzle</i>, aku ingin memisahkan
bagian-bagian kisahku yang aku anggap sebagai hadiah sejati dari-Nya untukku.
Aku bersyukur bisa memberikan judul dengan lebih ‘sopan’ atas kepingan tersebut
tanpa menyamai kesan yang terukir dalam memoriku.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dilahirkan
dan dibesarkan hingga berusia empat tahun di Kabupaten Ponorogo, aku tumbuh
sebagai aku kecil yang periang dan dekat dengan nenek. Bahkan bisa dibilang
saat itu, aku adalah anak dari nenekku, bukan anak dari ayah atau ibuku. Ibuku mengajar di SMP I Kauman, sedangkan
ayahku lebih sering di Sulawesi dengan alasan mencari nafkah. Hanya sesekali
saja ayah pulang untuk menengok dan mengajakku bermain. Usia empat tahun adalah
usia emas bagiku, karena di usia itulah aku mulai membuka mata, walaupun
sekaligus menerima kenyataan bahwa kasih sayang ayahku memang telah terbagi.
Kabar baiknya, aku bahagia saat itu, karena aku masih dapat menikmati kebebasan
dan kemerdekaan, hidup penuh dengan tawa tanpa harus bersusah payah memendam
lara. Bahkan, jika kalian bertanya padaku, “Apa fase yang paling membahagiakan
dalam hidupmu?” Pasti akan kujawab dengan lantang, saat aku masih berusia empat
tahun. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dan
di hari ini, tepat saat aku menulis kisahku untuk kalian, aku baru saja melewati
salah satu fase membahagiakan dalam hidup, salah satu kado terindah untuk Ibu
yang tak pernah lelah bertahan, walaupun kado ini masih sangat sederhana. Ya,
saat ini, aku baru saja menyelesaikan karya ilmiahku untuk meraih gelar
sarjana.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<b><i><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sebutan
Sayang Itu Bukan Milik Ibumu<o:p></o:p></span></i></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Mungkin
kalian sudah tak asing lagi dengan pemberitaan bahwa ada banyak hubungan pasutri
di luar sana yang pada akhirnya retak, hanya karena perkembangan dan
kecanggihan komunikasi sekarang. Ya, hal tersebut pula yang menjadi salah satu
penyebab pertengkaran dalam rumah tangga ibu dan ayahku. Tak sekali dua kali
mereka beradu suara hanya karena hubungan ayah yang terjalin dengan orang
ketiga via ponsel. Lebih dari sekali pula aku memergoki, dengan bermodalkan
rasa ingin tahuku sebagai anak remaja. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Waktu
itu, tepat di siang hari saat aku menginjak entah kelas berapa di SMP, aku
melihat <i>handphone</i> ayahku sedang di-<i>charge</i> seperti biasanya, tepat di spot
kumpul keluarga a.k.a ruang tengah. Keingintahuan tentang kebiasaan ayahku
sekelibat melintas dalam kepala, membayangkan sejak ayah pertama kali mempunyai
<i>handphone</i>, yaitu lebih banyak
menghabiskan waktu bersama benda mati itu dibandingkan bercengkerama hangat
bersama keluarga. Pada suatu kesempatan kubuka <i>handphone</i> itu dan kubaca semua isi pesan dalam <i>short message</i>. Tentu saja, kulakukan ini secara sembunyi-sembunyi,
dan mungkin kalian lebih tahu kelanjutan dari pengggalan cerita ini. <i>Finally</i>, ayahku pada akhirnya
memergokiku yang tak pandai mencuri kesempatan dan sontak pukulan itu mendarat
di tubuhku. Pukulan itu bukan saja secara fisik, tapi juga batin.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tak
kalah mengejutkan, ini terjadi saat aku sedang menghadapi UN SMP. Tentu saja, kusetujui
saran atau bahkan mungkin paksaan dari ayahku untuk lebih rajin belajar dan
tidak memakai <i>handphone</i> dalam
sementara waktu. Pada akhirnya UN telah cukup berhasil kulewati dan artinya <i>handphone</i> itu juga harus kembali kepada
si empu! Dengan sifat usilku yang memang sudah melekat, aku mengambil <i>handphone</i>-ku tanpa sepengetahuan ayah.
Benar saja, aku mendapati beberapa pesan romantis yang seharusnya untuk ibuku,
tapi memang bukan untuk ibuku. Meski jiwaku sempat terguncang kala itu, namun kututupi
itu semua dengan caraku, diam, bak tak ada apa-apa di depan keluargaku. Tersadar
dalam pikirku saat itu, bahwa memang sebutan sayang itu bukan untuk ibuku.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<b><i><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Silahkan
Mencari Sumber Nafkah yang Lain<o:p></o:p></span></i></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Bahkan
jika kalian mengijinkan kali ini saja aku tega mengakui, kuberanikan diri untuk
bilang bahwa belum pernah kurasakan jerih payah keringat seorang ayah untuk
putrinya. Ayahku memang sekali dua kali melakukan usaha, namun kontribusi ibuku
tetap sebesar 99,99%. Dengan kata lain, penyebab aku hidup hingga detik ini
memang dari rizki yang dititipkan Tuhan lewat ibuku. Berhenti, jangan biarkan
fikiran kalian meliar hingga menyisakan sekelumit kekecewaan, tidak perlu ! Ini
bukan persoalan uang yang bagiku remeh temeh.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Mungkin,
dalam benak ayahku, beliau teramat ingin membahagiakanku seperti ayah-ayah yang
lain. Namun yang menuntunku untuk menggoreskan kesan ini, bukan karena aku
kekurangan uang atau tidak puas atas pemberian ibuku. Bahkan lebih dari itu,
aku mengharapkan sebuah wujud tanggung jawab seorang ayah yang nyata, ayah yang
rela banting tulang demi sesuap nasi untuk anak dan istrinya. Bagiku itu indah.
Bagiku itu sakral. Hanya itu saja. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<b><i><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kepingan
Pecahan Piring Akhirnya Bercerita<o:p></o:p></span></i></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tak
sekali dua kali perdebatan antara ayah dan ibuku berujung pada terciptanya kepingan
pecahan piring. Atau salah satu yang lebih parah, lemparan kursi dan sayur
panas yang melukai ibuku. Saat itu, aku benar-benar marah kepada ayahku, hingga
berujung sikap bungkam selama berhari-hari. Malu? Tentu saja. Suara itu
pastilah meluncur secara tepat sasaran di telinga para tetangga.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pecahan
piring itu akhirnya kubersihkan juga, biasanya keesokan harinya atau sesaat
setelah perdebatan tersebut berakhir, tentunya dengan air mata yang sudah
mengering. Sekadar mengingatkan kembali tentang tulisanku di awal cerita ini,
bahwa aku akan selalu memeluk erat-erat air mata itu, tanpa harus keluargaku
tahu. Keheningan menyertaiku bersamaan dengan pandanganku pada pecahan piring
itu, mereka seakan ingin mengutarakan sesuatu padaku. Belakangan kucoba untuk
mencerna pesan mereka, hingga kutemukan jawaban bahwa jangan pernah melibatkan
kepingan piring hanya untuk menyelesaikan kesalahpahaman. Tuhan telah
menganugerahi kita dengan mulut dan lidah yang berguna untuk menyelesaikan
sebuah perkara lewat komunikasi yang baik. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<b><i><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Missing
Link itu Bernama Kematian</span></i></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sejak
awal semester lima, ayahku memang menderita penyakit serius. Tubuhnya yang
gagah mulai layu, senyumnya yang menawan mulai tergantikan dengan rintihan
kesakitan. Dugaanku, ayah terkena penyakit komplikasi karena gaya hidupnya yang
tidak sehat akibat merokok, banyak minum manis, dilengkapi dengan kurangnya
aktivitas. Akhirnya, kulewati semester lima dengan bolak-balik Kudus-Jogja
hanya untuk menjenguk ayahku yang keluar masuk rumah sakit. Untungnya, semua
telah di-<i>cover</i> oleh asuransi
kesehatan, sehingga tidak membebani kantong ibuku demi membayar tagihan selama
masa perawatan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Jujur
saja, detik ini saat kuketik bagian ini untuk kalian, air mataku tak sengaja
menetes. Rasa haru tiba-tiba menyelimuti pikiranku, tapi tenang saja. Ini hanya
sementara. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dari
diagnosis dokter, ayahku diketahui menderita penyakit komplikasi berupa ginjal,
paru-paru, jantung, hipertensi dan diabetes. Satu hal yang bisa aku teladani
dari ayahku saat itu adalah, bahwa jangan pernah mengeluh untuk sesuatu yang masih
bisa diusahakan, yaitu kesembuhan. Ayahku begitu optimis dalam menghadapi penyakitnya.
Saat itu rasa bangga dan sayang terhadap ayah perlahan pulih. Harapan bahwa
ayah akan berubah terbentang nyata. Terimakasih yang tiada terkira kepada Tuhan
berkali-kali aku panjatkan. Aku bahagia
bukan karena merasa senang di atas penderitaan orangtua, namun lebih kepada
adanya keluangan waktu ayah untuk dapat bercengkerama dengan kami dan Tuhan. Terlebih,
Ayah berulang kali meminta maaf kepada ibuku atas kesalahan yang telah
dilakukannya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Namun,
saat kondisi ayah mulai membaik, harapan itu pada akhirnya terlihat semu. Ayah
seakan lupa dengan janji sucinya saat sakit melanda. Dalam batin kecilku, aku
percaya, Tuhan ingin menahanku, mengujiku sekali lagi dan lagi. Harapanku
sempat pupus namun tetap, aku ingin ayah dapat berubah untuk menggenapi
kebutuhan sosok ayah yang aku idamkan selama ini. Aku sangat mengharapkan waktu
itu datang. Aku sangat ingin mendekap erat sosok ayah yang seperti dulu, di
awal usia pernikahan, di saat aku balita. Semuanya terasa manis dan tak ada
sejengkal pun jarak yang memisahkan kami. Sebuah jarak yang tercipta bukan
karena tempat, namun jarak yang terbentuk oleh pudarnya ikatan seorang ayah
kepada anaknya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Aku
lelah. Pada akhirnya kubersimpuh di pangkuan Tuhan, memohon agar Dia dapat
segera membuka semua jawaban yang selama ini tersimpan. Kali ini air mataku
pecah, luluh lantah, dalam balutan mukena hingga menyisakan tanda basah yang
mengering.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Inilah
saatnya, aku bercerita tentang <i>missing
link</i> yang aku maksud. Tepat pada tanggal 10 Juni 2015. Malam sebelumnya,
ibu meneleponku agar aku segera pulang untuk melihat kondisi ayah. Saat itu aku
berfikir, bahwa pastilah ayah akan sama seperti hari-hari yang lalu, terkulai
sakit namun setelah itu ‘lupa’ lagi. Keesokan harinya, entah mengapa tiba-tiba
aku tersentak, menangis, sangat merindukan ayah. Akhirnya, kuputuskan untuk
pulang, berharap kondisi di rumah baik-baik saja. Sesampainya di kampung
halaman tercinta, aku langsung berlari dari bis menuju rumah sakit, tak sabar
ingin melihat bagaimana kondisi ayah. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sesampainya
di ruang tempat ayahku dirawat, badanku lemas. Kakiku mendadak dingin, sekuat
tenaga aku menahan air mataku agar tidak jatuh di depan sanak saudara apalagi
ibuku. Ayahku yang kuat, ayahku yang optimis, saat itu terkulai tak berdaya.
Jangankan berbicara, bahkan sekadar menyapa dan membuka mata untukku pun sangat
sulit dilakukan. Ya, ayahku benar-benar dalam keadaan kritis saat itu. Seketika
kepalaku mendadak terasa sakit, terlebih hari itu adalah minggu tenang, minggu
dimana aku semestinya harus berkonsentrasi untuk menghadapi ujian penentu
semester enam. Hasil ujian itu akan amat menentukan, apakah aku dapat mengambil
skripsi di semester tujuh atau tidak. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pada
akhirnya, tepat selepas maghrib saat proses cuci darah pertama yang ayah jalani,
ayah menghembuskan nafas terakhir. Yang kusesali, aku tak dapat melihat dan
menyaksikan secara langsung karena saat itu aku berada di ruang opname,
sementara ayah di ruang cuci darah. Tante berlari di ruang tempatku berada
dengan raut muka teramat sedih namun tertahan, mungkin tak ingin membuatku
menjadi rapuh. Akhirnya, kuterima kabar itu. Kabar yang bukan saja tentang
kematian, tapi tentang pupusnya harapan untuk dapat melihat ayah berubah dan
mengganti hutang nilai-nilai dan panutan yang belum sempat terbayar lunas.
Sejatinya hingga sekarang, aku sedih dan kecewa bukan karena kematian itu, tapi
lebih kepada kehausan sosok ayah yang belum sempat sepenuhnya kucicipi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<b><i><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Berdamailah
Dengannya Demi Keringkan Luka<o:p></o:p></span></i></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Rupanya,
untuk beberapa kali Tuhan ingin memberiku pelajaran berarti di tengah kesedihan
yang muncul tenggelam kala itu. Wanita itu, sering mengirim pesan kepada ibuku
mengenai hutang ayah yang belum dilunasi. Sontak saja, ibuku lebih sering uring-uringan
daripada biasanya. Pada akhirnya aku memberanikan diri untuk menyelesaikan
semuanya dengan wanita itu, tanpa sepengetahuan ibu. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kuajak beliau untuk
berbincang-bincang dari hati ke hati (via media sosial), sembari memohon bahwa
hutang itu baiknya diikhlaskan saja jika
memang benar adanya. Bukan karena apa-apa,
dalam ajaran agamaku, jika terdapat hutang tanpa bukti dan saksi, maka hutang
tersebut tidak wajib dibayar. Landasan tersebut juga diperkuat dengan hasil
diskusiku bersama dosen agama yang sempat kutemui.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Aku
berusaha menjelaskan, bahwa memang aku tidak pernah mengetahui seluk beluk hutang
itu apalagi kecipratan untuk menikmatinya. Pembicaraanku dengannya pada
akhirnya merembet, menjadi semakin dalam, menjadi semakin dekat. Hingga pada
akhirnya, wanita itu justru berhubungan baik denganku—hingga saat ini. Kabar
baiknya, dari kejadian ini kutemukan sebuah kalimat inspiratif baru: “Untuk melupakan kepahitan, maka
berdamailah dengan penyebab kepahitan itu, kendati pun dia telah menorehkan sejarah
menyedihkan dalam hidupmu.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<b><i><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Hadapi
Semuanya dengan Tertawa<o:p></o:p></span></i></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Suatu
hal yang pantas kusyukuri selama menjalani rentetan peristiwa mengharukan itu,
aku masih <i>keep on the track</i>, tidak melenceng
kepada hal negatif semisal narkoba, atau penurunan prestasi. Kejadian demi
kejadian itu bahkan kujadikan pelecut semangatku untuk lebih baik demi
menjadikan ibuku bangga. Bahkan jika kalian mengalami sepertiku, tolong
belajarlah untuk tidak mencampur adukkan kehidupan dan masa depan pribadimu
dengan kejadian eksternal terpahit apapun. Tetaplah menjadi kamu apa adanya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Terkhusus
untukku, bahwa dari sebutan sayang itu, aku belajar untuk tidak mengumbar
sebutan yang sama kepada sembarang orang (yang bukan hakku). Bahwa dengan seizin
Tuhan, aku mampu mencari segenggam recehan hasil keringatku sendiri. Dan bahwa
dengan kepingan pecahan piring itu, kupahami bahwa <i>broken home</i> tidak berhak untuk membuatmu ikut pecah berkeping-keping
seperti piring itu. Termasuk atas <i>missing
link</i> yang sempat kukecap, yang memberiku semangat untuk memutus mata rantai
<i>broken home</i> pada generasi penerusku
kelak.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Selama
aku menjalani pendidikan dari SD hingga kuliah, telah beberapa kali aku memenangkan
kejuaraan yang tidak bisa aku sebutkan satu per satu. Aku juga sempat merasakan
nyamannya mengudara untuk menyapa pendengar lewat job penyiar radio semasa SMA.
Pun pada akhirnya aku diterima di Universitas Gadjah Mada, menerima beberapa
beasiswa hingga menjadi asisten profesor di fakultasku. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kisah
ini kuabadikan khusus untukmu, cinta pertamaku. <b>Ayah</b>.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><i>*) Nama penulis disamarkan</i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
Hamur Inspiringhttp://www.blogger.com/profile/09772530393294564042noreply@blogger.com0